27

433 55 40
                                    

Elinor terbangun dari malamnya yang dingin mengusap sisi kasurnya tanpa jejak kehangatan sekalipun di sana. "Mungkin Severus sedang menemui Lily di peristirahatannya" pikirnya.

Elinor melilitkan selimut tebal yang akan menghangatkan tubuh putrinya, ia membawa gadis kecil itu pergi bersamanya. Bersama di tepian Danau Hitam yang terlihat semu dan dingin. Merebahkan diri dan menyenderkan punggungnya pada pohon rindang dimana awal mula ia terbuka dan menerima Severus semulanya adalah pria yang tak pernah ia kenali.

"Ibu ingin membawamu pergi sayang, bersamaku. Hanya denganku" mengusap pipinya lembut yang memiliki keseluruhan kemiripan dengan sang ayah. "Mengapa aku bisa terjebak dalam dunia ini. Mengapa aku harus berada di persimpangan antara cinta dan kecewa seperti ini?"

Gumamnya penuh akan luka dan kecewa. Hingga ia terusik bangun, menghisap cairan kehidupan asal dari sang ibu. Ia memainkan helaian pirang milik ibunya. "Aletha hidup sama mama aja ya nak"

"Mama hanya ingin selalu bersama Aletha, tanpa satupun orang tau siapa kita, nak.. maafkan aku" asanya tak lagi semembara yang lalu. "Siapa yang menarik ku hidup untuk berada di dunia aneh ini? Kenapa aku harus salah menerima dan mencintai seseorang karena garis takdir yang tak pernah berada di sini?!"

Ia seakan mengutuk dirinya sendiri oleh rasa ke tidak terimaannya dalam hidup. Banyak cita yang hendak ia capai, namun apa? Apa yang saat ini terjadi? Ia tak menjadi apapun. Menjadi seorang ibu dan istri saja harus dikhianati oleh kecintaan suaminya yang mencintai wanita lain yang sudah tidaklah lagi berada di dunia.

"Jikalau aku mampu mengutukmu karena ikatan ini, aku tak akan pernah kembali lagi datang di dalam hidupmu!" Suaranya bergemetar, antara kasih dan perih yang mencumbui relungnya di dalam satu waktu. Batinnya tak lagi kuat, ia sudah meratapi punggung Severus berkali kali menatap bangunan kecil dengan tertulis 'Lily Evans'. Ia menangis, menangis dengan menyerukan nama yang tertera di sana.

Hatinya tak lagi kuat bertahan. Serasa tertipu adalah penjelasan paling pas Elinor rasakan saat ini. Seharusnya tangis dan sakitmu itu kau bagikan padaku, aku yang sudah berjanji menemanimu sebagai wanita terikatmu. Tapi kau membuatku berada di antara ketiadaan.

Jeritan lirih di dalam batinnya yang bergemuruh. Langit tak lagi sama, bulan yang semulanya tertutup kabut mulai menampakkan dirinya. Seakan kemantapan dirinya penuh ambisi keputusan hidupnya sudah bulat sama seperti bulan malam itu. "Hanya ada mommy yang selalu ada untukmu, sayang"

Minerva memenuhi keinginan Albus Dumbledore, menjaga wanita muda itu untuk tidak pergi lagi dari lingkungan Hogwarts. Menemui tubuhnya yang sedang bersandar kala angin malam yang nakal hendak membuatnya membeku. 

Mendengarkan senandung lirih menenangkan dengan sedikit isak yang tak tertahan. Mungkin Elinor sedang berada di dalam keterpurukan di hidupnya. Antara ingin namun tak ingin mengganggu, ia hanya dapat memandanginya dari jauh.

Mungkin dia perlu waktu menyendiri. Minerva tak mau gadis itu terganggu dengan kedatangannya.

Tak lama berselang Dumbledore datang menghampiri, menepuk bahu wanita tua itu bersama dengan Severus yang harus kembali tersadar dengan dunianya saat ini.

Langkahnya mendekat. "Dadda.." panggil ceria bayi perempuan di dalam peluk ibunya. "Kenapa kau kemari?"

"Elinor.."

"Bukankah kau biasanya pergi menemui Lily malam malam begini. Untuk apa kau menemuiku" pandangannya tak lepas dari melihat bayinya yang tak berhenti tersenyum. "Maafkan aku.."

"Kau tak seharusnya minta maaf, seharusnya aku yang pergi sejak aku terjebak di sini" Severus merendahkan dirinya. Duduk berhadapan di samping sang istri. "Elinor, look at me"

"Elinor, please." Ia menangkup wajah itu, meminta izin agar kedua maniknya berhadapan dengan temu miliknya. Elinor membuang tampangnya. "You're not my world anymore, hanya Aletha yang aku punya"

"Kau punyaku, kau duniaku Elinor!"

"Itu hanya bualan mu Severus! Kau kemana saja selama ini! Duniamu yang sesungguhnya hanya tertuju pada Lily, not me!" Bangkit dan pergi bersama putrinya ia berjalan menjauhi tubuh itu. Bersinggungan dengan kedua orang tua itu di sana. "Aku tau kalian berniat baik kepada ku, tapi jangan pernah kalian mengasihani hidup ku!"

Kembali kedalam ruangan kerja Severus yang dengan tak menyangkanya ia bertemu pria itu di sana. Ia berusaha memeluk tubuh Elinor dan putrinya, dengan gerak cepatnya Elinor melepaskan diri dari jerat itu. "Jangan sentuh aku lagi!"

"Kau pikir aku tak pernah tau semua yang kau lalukan? Mengapa kau menyembunyikan semuanya dariku Snape? Apa aku harus mati seperti Lily agar kau memperhatikanku?" Tetesan itu tak tertahan, dadanya serasa perih.

Bak sekuntum mawar merah, tangkai berduri yang kau pegang erat. Kini keindahan itu melukaimu. —melukai kepercayaanmu akan ketulusan cintanya.

Elinor tak lagi perduli terhadap siapapun, termasuk suaminya sendiri yang melukai hatinya lagi. "Aku istrimu atau bukan?"

"Kau istriku." Severus mengangguk besar. "Don't leave me, I can't live without you!"

"You can live without me, you still have Lily.. I'm nothing" ia menangis dari marah yang menderu. Putrinya ikut menangis, menepuk tubuh bayi kecil itu untuk meredakan tangisnya. Ia berusaha. "Bisakah kau menghargai ku karena aku adalah ibu dari putrimu ini? Terserah kau akan jatuh cinta dan mencintai siapa? Aku tak lagi perduli."

"Pada akhirnya kita hidup di dalam kesendirian kita masing masing."

"Aku akan pergi jika kau mengizinkannya" pintanya perlahan.

"No. No! Jangan tinggalkan aku, aku mohon berikan aku kesempatan sekali lagi Elinor.."

Ia terkekeh mendengar permohonan pria tinggi berjubah hitam itu di sana. "Kau saja tak pernah memperdulikan ku sepenuhnya, untuk apa?"

"Elinor.. aku akan menjelaskan semuanya, please let me—"

"Jika kau mengakuiku istrimu, menangislah di pundak ku, sir! Bukan di batu itu!" Tak tahan lagi suaranya kini mulai meninggi. Snape tak terima. "Lalu apa maumu? Berpisah? Kau mau pergi? Silahkan!"

"Huh.. Rupanya itu keputusanmu, baiklah" berjalan memasuki perapian, membuat tubuhnya masuk sepenuhnya di sana.

Elinor masih tak habis pikir, usahanya mencintai pria yang semulanya tak pernah ia kenali di dalam hidupnya, takdir akan ketidakjelasan yang harus ia terima berimbas pada kecewa dan kesia siaannya seperti ini. Ia pikir pria itu akan merengkuh dan memilihnya, namun pikirnya itu salah. Severus lebih mencintai Lily daripada dirinya yang di beri ucapan cinta setiap harinya.

"Jangan pernah mencariku lagi, jangan pernah kau datang lagi ke dalam hidupku dan mengambil putriku ini dariku!"

Ia pergi dan menghilang tanpa jejak  bersamaan dengan debu dan kabut yang berhembus.


















































TBC


THE WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang