39

307 45 30
                                    

Di kantornya Elinor menitipkan putrinya pada Sarah, hanya dia sajalah teman yang paling ia percayai untuk menjaga putrinya. Sedangkan Elinor memutuskan untuk izin ke toilet.

Wanita itu menangis sejadinya, kini ia merasa menjadi wanita paling bodoh dan paling bersalah di dunia ini. Ia menyakiti perasaan putrinya tanpa sadar, merebut masa kanak kanannya darinya. Bagaimana dengan Severus?

Dia pasti sudah tidak memperdulikannya lagi, ataupun putrinya. Ia mungkin sedang menatap  nisan itu seperti beberapa tahun yang lalu. Yang ada di dalam pikiran Elinor hanyalah kebingungan, ia tak tau bagaimana cara untuknya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada sang putri.

"Aunty Sarah.."

"Yes, darling.. apa kau membutuhkan sesuatu?"

"Aku hanya ingin menanyakan sesuatu aunty" Sarah mengepang rambut panjang anak sahabatnya itu dengan lembut tiap helainya. "Aunty kenapa tak menikah seperti mommy?"

"Aku sibuk Aletha, tak sempat untuk memikirkan hal itu saat ini.." balas Sarah gamblang, "Kalau Tante merasa sibuk, berarti mommy begitu ya?"

"Iya Aletha, kami bekerja disini sama sama sibuk"

"Lalu kenapa mommy dulu menikah, kenapa tidak usah saja seperti aunty Sarah?" Pertanyaan gadis itu membuyarkan konsentrasinya mengkepang rambut hitam gadis itu, ia tak bisa memberikan penjelasan lagi. "Karena ibumu menikah dengan ayahmu terlebih dulu dan melahirkanmu setelahnya ia baru bekerja di sini sayang"

"Aunty.."

"Apa mommy bahagia bersama Daddy Severus?" Gadis itu berbalik menatap wajah sahabat ibunya itu. Sarah melihat mata gadis itu berbinar, banyak pertanyaan dari sorot matanya. "Ibumu selalu mengatakannya kalau dia bahagia menikah dan memiliki putri cantik seperti dirimu Aletha sayang"

"Tapi kenapa mommy selalu menangis setiap menyebutkan nama Daddy?" Gadis itu binggung, "Ia mencintainya dengan teramat sangat, kau akan tau nanti Aletha"

וווווווווו

Karl melihat Elinor dengan mata sembabnya melangkah tergesa gesa setelah mengambil segelas kopi. Ia berusaha mengejarnya, "Elinor.. Elinor.. ada apa?"

"Tak ada apa apa sir, kau bisa pergi" Karl menatapnya dengan sorot tak terdefinisi, "Kau tak bisa berbohong dariku Elinor.. ceritakan padaku"

"Aku tak mau.."

"Ada apa sebenarnya?" Keduanya saling berhadapan di lorong sepi. "Kau bisa menceritakan nya padaku.. aku tau kau tak baik baik saja Elinor"

Ia berusaha melepaskan tangan itu, dan melangkah pergi. Karl tak ingin melepaskannya. "Lepaskan aku! Kalau aku begini aku akan dituduh selingkuh!!"

Karl menarik tangan wanita itu, kedalam rangkulannya. "Suamimu menuduhmu?" Dari balik dekapan itu Elinor mengangguk, "Keluarkan tangismu sekarang.. dan tampar aku!"

"Aku tak bisa"

"Kau di tuduh berselingkuh karena aku kan?" Elinor diam tak bergeming menatap wajah atasannya itu. "Kau di tuduh suamimu sendiri berselingkuh dengan pria tua seperti ku? Kau akan dapat apa jikalau itu benar terjadi huh?" Dia tersenyum lembut pada Elinor, wanita itu terbawa melepaskan senyumnya. Ia menepuk dada pria itu. "Tak ada mungkin"

Elinor melangkah pergi, meninggalkan pria itu berdiam diri disana. Meratapi punggung wanita itu pergi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang