Sore hari setelah melakukan perdebatan panjang, kini Bara sedang di ruangan Viola. Menatap gadis nya yang sedang menutup mata dengan alat medis di tubuh nya dan luka yang sudah terutup oleh perban
Bara bangkit dari kursi roda sambil meringis karena jahitan nya yang belum kering
Mengelus kepala Viola lembut. "Sakit ya?" tanya nya dengan air mata yang menetes ketika melihat secara dekat, wajah yang dulu mulus kini penuh dengan plester dan juga perban
"Maaf, aku telat nolongin kamu"
"Kamu nyenyak banget ya bobo nya, sampai-sampai gak bangun. Apa kamu gak kangen sama aku, Vii?"
"Lagi apa disana? Jangan mau ya kalo di ajak papa pergi, tolak ajaa. Aku disini masih butuh kamu, jangann pergi sama papa yaa. Aku gak akan pernah ikhlas loh" lirih nya, sangat menyakitkan kala mengucapkan kata itu. Bara hanya takut Viola ikut dengan papa nya, dan tidak akan pernah kembali
"Bunda dan ayah dalam perjalanan menuju Indonesia. Ayo bangun, kasih mereka kejutan"
"Sakit Vii, sakit banget" lirih nya dan langsung duduk dibangku karena sudah tidak kuat berdiri
"Ajak aku ya kalau mau pergi, jangan sendiri" ucap Bara
"Hidup aku hampa, selama beberapa hari ini" lirih Bara
Regan tiba-tiba masuk membuat Bara dengan cepat menghapus air mata nya dan menetralkan ekspresi wajahnya menjadi datar
"Bisa minta waktu sebentar buat gue ngomong sama Viola"
Bara mengangguk, sebelum pergi Bara mengecup lama kening Viola dan membisikan sesuatu. "Aku keluar dulu ya, jangan lupa bangun"
Setelah Bara keluar, Regan duduk di bangku yang tadi Bara duduki. Dia menggenggam tangan Viola yang tidak ada infusan
"Hai sahabat kecil gue, bangun yuk. Anak-anak yang lain pada kangen sama judes nya lo, kangen romantis nya lo sama Bara. Mama kangen Vi sama lo, dia mau kesini tapi dia juga lagi sakit dirumah" lirih Bara menatap Viola yang masih asik dengan tidur nya
"Dapat salam dari Dita, dia gak kuat masuk kesini. Dia gak bisa liat sahabat nya yang selalu ceria dan sekarang malah tiduran, di bantu alat medis lagi" Regan tersenyum menghibur diri nya sendiri
"Gue gak bisa lama-lama disini, lo tau sendiri suami lo seposesif apa. Bara sayang banget Vi sama lo. Cepat bangun ya, kita tunggu lo bangun. Lo gak boleh ninggalin kita" ucap Regan. Mengelus kepala Viola dan tersenyum, dia pun berjalan keluar
"Udah, lo istirahat" cegah Regan ketika Bara ingin masuk
"Gue gak mau ninggalin Viola sendirian, dia gak suka gue tinggal" ucap Bara
"Istirahat Bar!" ucap Regan
"Gue istirahat didalam" ucap Bara
"Lo gak usah ngeyel deh" ucap Regan
Bara pun duduk dibangku dengan pasrah, mata nya terus menatap pintu ruangan Viola
"Racun yang Kevin kasih terlalu bahaya bagi tubuh Viola. Apalagi, Viola belum makan sama sekali. Dan, kepala nya juga ada serpihan kaca" jelas Farhan membuat Bara menatap nya
"Viola bisa selamat kan?" tanya Bara
"Gue gak bisa jawab itu" jawab Farhan
"Pasti Viola sadar, pasti. Dia sayang sama gue, dia enggak bakal ninggalin gue 'kan" ucap Bara mengacak rambut nya frustrasi
"Gara-gara lo Van, gara-gara lo!" teriak Bara menatap Gevan emosi
"Tenang, lo jangan berisik, ini rumah sakit" ucap Regan menahan Bara
"Gue minta maaf, Bar" ucap Gevan
Tasyi mengusap lengan Gevan. "Diem, kasih Bara waktu" ucap Tasyi
"Bunda" ucap Bara pas melihat kedua orang tua Viola datang dengan koper ditangan nya
"Viola" ucap Bunda langsung masuk keruangan, ayah nya memilih untuk duduk dan menundukan kepala nya
Bara pun berlutut di kaki ayah Viola. "Ayah, maafin Bara. Bara gak becus jaga Viola" ucap nya
"Jangan bawa Viola pergi, Bara gak bisa" ucap nya sambil meringis karena bekas tusukan nya yang sangat sakit
"Bisa kebuka jahitan lo kalo gerak terus" ucap Regan
"Ayah, jangan bawa Viola pergi dari Bara" ucap Bara
"Ayah tidak akan membawa Viola pergi, kamu gak usah khawatir. Sekarang, kamu duduk dan jangan banyak gerak, jahitan pun bisa kebuka itu" tegur ayah
Regan membantu Bara duduk. Pintu terbuka menampilkan sang Bunda yang menangis
"Ayah, tangan Viola dingin banget, bibir nya pucet. Bunda enggak mau kehilangan Viola" isak Bunda nya
Ayah Viola langsung bangkit dan memeluk istri nya erat. "Viola pasti bangun, Viola anak kuat! Anak hebat"
"Bunda enggak akan ikhlas kalo Viola pergi" isak bunda nya dipelukan suami
"Tenang, kita berdoa sama-sama semoga Viola cepat sadar"
"Maafin Bara, bun" ucap Bara
"Tidak perlu minta maaf, kamu juga terluka nak" ucap Bunda sambil duduk dan menarik Bara agar bersandar pada Bahu bunda
"Kata ayah, Viola anak kuat. Jadi, kita harus yakin kalo Viola akan kembali bergabung sama kita. Jangan lemah yuk, Viola butuh dukungan kita biar dia berhasil menerobos semua halangan di dunia nya yang sekarang" jelas Bunda mengelus bahu Bara
"Pasti Viola sedang bertemu dengan papa kam—"
"Enggak! Viola gak boleh ngobrol sama papa, Bara enggak mau Viola ikut dengan papa" potong Bara
Spam komen lagi yawww biar Author tambah semangat untuk Lanjut ke Chapter selanjutnya
—Stay safe and stay healthy semua!
—Jangan lupa selalu pakai masker yaa kalau keluar rumah!Sampai bertemu nanti dipart selanjutnya❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad boy husband
Teen FictionTidak ada didalam list dirinya akan menjadi suami diusia yang masih 18 tahun. Pernikahan atas dasar perjodohan dari keluarga nya Akankah berujung bahagia? Atau malah justru berujung perceraian? Kita tidak tau kedepan nya nanti Apalagi, banyak oran...