Magic Shop

312 40 4
                                    

"dear tutup luka kamu pakai perban, mom ga mau penyihir lain tau identitas kamu adalah 'darah biru'" mom berjalan ke arah ku memasangkan perban baru.

"Mom, dad akan membawa ku kemana?"

"Toko sihir dear, mom ga bisa ikut mom masih ada urusan di kementerian"

"Sebenernya aku mau mom ikut tapi yasudahlah gapapa" aku tersenyum ke arah mom.

"Sudah selesai"

"Dear ayo berangkat"

"Iya dad" aku berjalan keluar rumah menuju mobil.

"Kau mau kemana dear?"

"Bukannya kita mau berangkat dad? Pake mobil kan?" Aku menatap dad dengan wajah polos.

"Sepertinya anak kita terlalu polos untuk dunia sihir" kini mom bersuara.

"Aku akan memberitahu nya nanti"

"Dear sini masuk" ucap mom. "Ini ambil segenggam abu khusus ini"

Aku mengambilnya segenggam lalu menatap dad tidak mengerti apa yang harus aku lakukan.

"Begini"

Dad mengambil abunya segenggam lalu memegang tangan ku yang tidak memegang abu

"Dalam hitungan ke tiga kamu lempar abunya ke lantai lalu bilang Diagon Alley, oke satu... Dua... Tiga!"

"Diagon Alley!"

Aku melempar abunya ke lantai lalu tiba tiba cahaya muncul. Aku memejamkan kedua mataku dan setelah aku membukanya aku sudah bukan di rumah. Aku seperti di sebuah pasar namun banyak sihir. Ini seperti teleportasi.

"Dear ayo kita beli tongkat untukmu"

Aku hanya mengangguk membuntuti dad dari belakang.

Aku melihat sekeliling sangat takjub disana sini banyak yang sedang mempraktikkan sihir. Ada yang berhasil dan ada yang gagal membuat sihirnya meledak membuat muka mereka jadi hitam, lucu sekali. Lalu selewat aku melihat ada burung hantu, cantik sekali. Warnanya seperti putih dengan corak pada bulunya, mukanya juga cantik. Ukurannya pas untuk ku, tidak terlalu besar namun bagus.

Aku memasuki toko yang di dalamnya terdapat kotak persegi panjang semua, mungkin seukuran kotak pensil.

"Albert Colombus.. sudah lama kau tidak berkunjung kesini"

"Iya mr. Ollivander aku sibuk dengan urusan kementrian"

"Baiklah baiklah kau kesini pasti membutuhkan tongkat, kau ini sangat tidak bisa menjaga tongkat mu dengan baik" orang itu berlalu mencari tongkat.

"Mr. Ollivander sebenarnya tongkat ku masih bagus aku kesini ingin membeli tongkat untuk putri ku Ell"

"H-halo" aku tersenyum ke arah Mr. Ollivander.

"Ow baiklah, tunggu sebentar..." Mr. Ollivander sedang memilih tongkat.

"Dear dad akan keluar membeli perlengkapan yang lainnya, kalau dad disini bisa bisa lama nanti kita ga keburu beli yang lainnya"

"Iya dad"

"Kamu gapapa kan disini sendiri? Mr. Ollivander baik jadi tenang saja"

"Iya dad gapapa kok" aku tersenyum ke arah dad untuk meyakinkannya.

Dad pergi keluar toko, aku hanya melihat sekeliling sambil menunggu Mr. Ollivander memberiku tongkat.

"Ell coba ini"

Aku membawa tongkat yang di berikan Mr. Ollivander. Aku tidak tau cara menggunakannya, aku melihat Mr. Ollivander meminta bantuan.

"Ayunkan saja nanti tongkat yang akan memilihmu"

Something SpecialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang