14. Dia Yang Manja

5.7K 508 12
                                    

14. Dia Yang Manja

Jangan menoleh kebelakang, jika kamu lelah maka beristirahatlah sejenak. Jangan berhenti apalagi berbalik arah,”

Angkasa menatap laptop di hadapannya dengan bosan. Sesekali dia menghembuskan napas gusar. Hari ini kelasnya sedang kosong jadi dia mampir ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda kemarin.

"Angkasa, meeting akan dimulai satu jam lagi di tempat biasa," Anang selaku sekretaris Angkasa memberitahu.

"Dipercepat bisa? Gue ada janji sama Om Arya hari ini," Angkasa berujar tanpa menatap pria itu.

Anang mengangguk meskipun Angkasa tidak melihatnya. "Baiklah, tigapuluh menit lagi meeting dimulai," putus Anang yang kemudian mengundurkan diri dari hadapan Angkasa.

Selepas Anang pergi, Angkasa membanting berkas-berkas disamping laptopnya. Hembusan napasnya terasa berat seiring gemuruh didadanya berkecamuk. Sedetik kemudian, Angkasa kembali tenang saat melihat foto yang terletak dimeja kerjanya.

"Aku capek banget, Ra," adu Angkasa seolah berbicara kepada Dara.

Melihat senyum gadisnya dalam foto itu membuat dada Angkasa menghangat. Diusapnya foto itu dengan sayang lalu diciumnya dengan pelan.

Setelahnya Angkasa melanjutkan pekerjaannya dengan tenang.

***

Dara pulang dengan keadaan yang mengenaskan. Bau amis menyeruak dari rambutnya yang berantakan tidak teratur, bajunya yang kotor dan roknya yang sedikit robek dibagian ujungnya. Dara sudah menangis saat dari tadi dimobil dan sampai dirumah Angkasa pun Dara tetap menangis.

"Eh, Non Dara kenapa?!" Seorang wanita paruh baya mendatangi Dara dengan tergesa-gesa.

Tangisan Dara kian pecah saat Bi Sumi memegang tangannya yang terdapat memar disana.

"Astagfirullah, Non kenapa bisa begini? Aduh ...," Bi Sumi menggiring Dara masuk kedalam rumah untuk membantu membersihkan tubuh calon istri majikannya itu.

"Kaki aku juga sakit," adu Dara menunjukkan kakinya yang dibalut perban.

"Aku enggak mau lagi ke sekolah, semua orang jahat," Dara bergumam seraya mengepalkan kedua tangannya.

Bi Sumi memandang Dara dengan tatapan heran. Memang Dara biasanya pulang dengan keadaan menangis, tapi kali ini keadaan Dara sangat membuatnya terkejut.

"Ayo, Bibi bantu bersihin badannya," Bi Sumi membantu Dara melepaskan seragam gadis itu lalu membawa Dara masuk kedalam kamar mandi.

Selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Dara dibantu Bi Sumi untuk menyisir rambutnya agar kembali rapi.

"Bibi ... aku enggak mau lagi sekolah," ujar Dara memilin ujung baju yang dia pakai. "Mereka jahatin aku," lanjutnya.

Bi Sumi menatap gadis cantik itu. "Kenapa enggak lapor Guru di sekolah, Non?" tanya Bi Sumi.

Dara menggeleng pelan. "Kak Marcell enggak ngebolehin aku lapor ke Guru. Kalau aku lapor nanti Sella dimarahin,"

ANGKASADARA 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang