23. Keributan Pagi Hari

6K 548 62
                                    

23. Keributan Pagi Hari

"Gak usah kebaperan, belum tentu dia punya perasaan yang sama seperti yang kamu rasa."



Note : kalau gak suka sama ceritaku, silakan pergi. Jangan ninggalin komentar yg jelek2 setelah baca, apalagi yg bacanya ampe end😌



Angkasa membuka pintu kamarnya perlahan. Pukul tiga dini hari, dia baru pulang karena acaranya berlangsung lama.

Angkasa berjalan pelan menuju ranjang yang disana sudah ada Dara yang tertidur lelap. Angkasa berbaring di samping cewek itu lalu memejamkan matanya agar kembali tertidur.

Tapi, sesuatu mengusik perhatiannya. Matanya melirik kaca besar yang tertuju ke balkon kamarnya yang tidak tertutup oleh gorden. Mungkin Dara lupa menutupnya.

Instingnya membawanya untuk berjalan menuju kesana. Dengan pelan, Angkasa menutup gorden hitam tersebut agar menutupi kaca itu.

"Angka ...," Dara yang terusik langsung membuka matanya.

Angkasa sedikit kaget saat melihat mata dan hidung Dara memerah. Serta pipinya yang banjir air mata. Suaranya juga serak.

"Lo kenapa?" tanya Angkasa.

Dara menghampiri Angkasa yang masih berdiri di tempatnya tadi. Lalu segera ia peluk suaminya itu. "Tadi Papa telepon aku hiks, dia bilang enggak sayang lagi sama aku hiks, di-dia juga bilang ka-kalau Mama juga benci sama aku," ujar Dara dengan air mata yang kembali merembes keluar dari pelupuk matanya.

Tangan Angkasa tergerak mengusap pipi gadis itu dengan lembut. Angkasa pikir, Dara adalah orang yang punya niat jahat karena hadir di hidupnya. Awalnya, Angkasa mengira jika Dara adalah perempuan yang hanya menginginkan hartanya saja. Angkasa juga pernah berniat untuk membuat Dara menderita.

Namun, melihat betapa hancurnya Dara sekarang membuat Angkasa berpikir lagi. Akankah dia akan menghancurkan apa yang telah hancur?

Mulai detik ini, Angkasa akan berubah. Dia benar-benar ingin membuka hatinya untuk Dara, istrinya.

"Ada gue, Papa, dan temen-temen gue yang sayang sama lo."

***

Angkasa menghela napas gusar. Pagi-pagi begini kamarnya sudah berantakan akibat ulah keponakannya. Ama dan Barra saling melempar bantal sofa kamarnya hingga busa-busanya keluar, sedangkan Alta memegang dotnya yang air susunya menetes membasahi kasur.

"Ra ...." panggil Angkasa serak. Baru bangun tidur tapi yang ia lihat malah begini! Huh, sabar Angkasa ... orang sabar banyak anaknya.

"Sebentar!" balas Dara sedikit berteriak karena dia sedang mandi.

Angkasa berdecak kesal lalu mengangkat Alta yang semula duduk di ranjangnya. Lalu dia membawa balita itu duduk di sofa, menyaksikannya pertarungan antara Ama dan Barra.

Si kembar itu masih asyik melempar bantal satu sama lain. Hingga tiba-tiba lemparan Ama mengenai wajah Angkasa.

"Udahan mainnya, nanti aunty susah beresin kamarnya," ucap Angkasa dengan alis ditekuk. Tentu penampakan wajahnya yang menyeramkan membuat Ama dan Barra takut.

ANGKASADARA 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang