19. Malam Kelabu

4.7K 498 15
                                    

HAIII SEBELUM MULAI AKU MAU INFOIN KALAU CERITA ANGKASADARA ADA PENERBIT YANG MAU MEMINANG.

NAHHH, KALO CERITANYA DI NOVEL-IN KIRA-KIRA ADA YANG MAU BELI GAK?



19. Malam Kelabu

“Kita adalah sepasang masa lalu. Kamu yang semu, dan aku yang sendu.”

Dara meringis pelan saat Raja membersihkan luka di lututnya dengan kain basah. "Aja ... sakit," adunya saat Raja sedikit menekan lututnya agar tidak ada debu yang menempel.

Goresan antara lutut dan aspal begitu kuat sampai-sampai celana panjang yang Dara kenakan robek dibagian itu. Untung hanya lutut dan telapak tangan saja yang luka.

"Cuma ini doang, kan?" tanya Kenzo memastikan setelah memberi plester pada luka kecil di telapak tangan Dara.

"Iya, lutut aku sakit banget. Kalo digerakin makin sakit," Dara malah menangis saat itu juga. Rasa sakit sudah biasa ia dapatkan tapi tetap saja tubuh dan hatinya sulit beradaptasi dengan itu.

"Sttt ... udah jangan nangis," Dewa datang dan langsung mengusap kepala Dara dengan sayang guna menenangkan gadis itu.

"Perih ...," kata Dara jujur.

"Astaga, ini Dara kenapa?!" pekik Mario khawatir.

"Jatoh," ucap Dara cepat sebelum Raja menjawab pertanyaan Mario dengan jujur. Jika Mario tahu dia diserempet orang, maka pria itu akan panik nantinya.

"Aduh ... kenapa bisa jatoh gini, sih?" Mario memperhatikan dengan detail, untung saja hanya lutut dan telapak tangan yang terluka. "Angkasa mana?" tanya Mario kepada ketiga anaknya yang lain.

"Tuh," Kenzo menunjuk Angkasa dengan dagunya saat cowok itu baru masuk rumah.

"Angkasa ... kamu ini gimana, sih? Jagain Dara aja gak bisa," ujar Mario pusing.

"Bodyguard Papa banyak, pelayan Angka puluhan, orang kepercayaan Papa ada. Ngapain nyuruh aku jagain tu anak? Lagian, dia juga udah gede. Gak perlu dijagain," sahut Angkasa panjang lebar.

Dara mengusap air matanya yang jatuh karena ucapan Angkasa mengenai ulu hatinya. Dara heran sendiri dengan dirinya, kenapa dia cengeng sekali? Padahal yang di ucapkan Angkasa benar adanya.

"Papa tahu sendiri, aku gak suka cewek manja." ucap Angkasa dingin.

"Angkasa—"

"Udah, Pa. Angkasa capek, mau istirahat," putus Angkasa sebelum pembicaraannya dengan Mario terlalu jauh.

***

Keesokan paginya, keadaan Dara lumayan membaik. Kakinya masih sakit, tapi tidak sesakit tadi malam. Dan pagi ini, Dewa-lah yang mengantarkannya ke sekolah. Tentu Dara tidak menolak karena dia senang dengan Dewa. Menurutnya, Dewa baik.

"Mau dianterin sampe kelas?" tawar Dewa seraya mengulurkan tangannya setelah membukakan pintu untuk Dara.

Dara menggeleng pelan setelah menerima uluran tangan Dewa. "Enggak usah, aku bisa sendiri, kok. Harus mandiri," ucap Dara. Dia mau belajar mandiri mulai dari sekarang. Siapa tahu, dengan dia yang mandiri Angkasa akan suka kepadanya.

ANGKASADARA 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang