FOLLOW INSTAGRAM : @_MARESA17 || @WATTPADCAAA_ || @GENGFLASTER_
FOLLOW TIKTOK : @CACAFREDERICK_
WATTPAD : @MARESA17_
•
•
•43. Lautan Masa Lalu
“Bagaimana aku bisa lupa jika aku berada di tempat yang menyimpan segudang rindu seperti ini?”
Sella menangis dalam diam di kasurnya. Air mata terus mengalir tanpa bisa ia cegah. Mulutnya terkatup rapat saat mendengar jika Praja akan menemui Dara di rumah sakit. Tidakkah ayahnya mengerti perasaannya?
Sella benci Dara. Bisakah Praja memahami itu?
Dia tahu Dara sedang sakit, tapi dia juga sakit. Dia tahu Dara sedang terluka, tapi dia jauh lebih terluka dengan kebohongan Praja dan Marcell. Kapan? Kapan mereka benar-benar bisa tulus menyayanginya?
Apa setelah dia benar-benar mati mereka baru akan mengerti?
"Dari kecil, Papa selalu menomorsatukan Dara padahal dia bukan anak kandung Papa." kekeh Sella merasa miris dengan hidupnya.
Di depannya, keluarganya nampak sangat menyayanginya. Padahal jika di belakangnya ... Sella bahkan sangat sulit menyebut mereka sebagai keluarga.
"Kenapa kalian ngelakuin ini cuman karena kasihan sama aku?" tanya Sella pada siapa saja.
"Aku gak selemah Dara!"
"Apa salah aku minta disayang dengan tulus sama Papaku sendiri? Apa aku harus jadi Dara biar mereka bener-bener sayang sama aku?"
"Atau ... aku harus singkirin Dara biar mereka ngerti kalau aku cuman mau jadi satu-satunya?"
Sella terus meracau untuk mengeluarkan unek-uneknya yang selama ini ia pendam. Sella iri, benar-benar iri dengan Dara yang nyatanya mampu membuat keluarganya sangat menyayanginya.
Bohong jika selama ini keluarganya membenci Dara, bohong jika selama ini keluarganya sangat menyayanginya, bohong jika selama ini dia bahagia melihat Dara menderita. Dan, sangat amat munafik jika keluarganya tulus melakukan kebaikan itu untuknya.
"Mulai dari sekarang, aku gak akan pernah mau berhubungan sama laki-laki! Aku gak sudi punya pendamping hidup!"
"Aku ... aku gak mau kaya Mama," gumam Sella dengan bibir bergetar.
***
Malam itu, cuaca sangat dingin karena sehabis di guyur hujan. Hawa dingin itu nyatanya bisa dimusnahkan oleh kehangatan keluarganya. Anak perempuan itu berlari kecil menghampiri keluarganya yang sedang bercengkrama di ruang keluarga.
"Tara jangan duduk di sini, duduknya di sana aja." ucap Dara kecil kala melihat adiknya ingin duduk di samping Praja. Tangan mungilnya menunjuk ke arah samping Wilona.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA 2 [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSEKUEL BISA DI BACA TERPISAH [E-BOOK SUDAH TERSEDIA DI PLAYSTORE/PLAYBOOK, LINK PEMBELIAN ADA DI PROFILE-KU/BISA LANGSUNG DM DI INSTAGRAM. JIKA ADA KENDALA DALAM PEMBELIAN, JANGAN SUNGKAN UNTUK BERTANYA] "ƙιƚα αԃαʅαԋ ʂҽραʂαɳɠ ɱαʂα ʅαʅυ. Ƙαɱυ ყαɳɠ ʂҽ...