37. Nasihat Mario
"Dua orang yang berbeda jelas tidak bisa disamakan. Ibarat air dan minyak, keduanya sudah pasti bertolak belakang."
Marcell duduk bersila di samping Sella yang juga sama posisinya seperti dirinya. Keduanya sedang bermain rumah-rumahan. Ya, terdengar konyol memang. Tapi Sella sangat suka bermain itu meskipun sudah beranjak dewasa.
"Kak Cel jangan ganggu!" Sella menepis tangan cowok itu yang hendak merobohkan rumah kecil di samping rumah besar miliknya.
"Ini rumah gue, suka-suka gue, dong!" balas Marcell yang kembali merobohkan rumah kecil tadi. Sella sangat curang, punya Marcell rumahnya sangat kecil sedangkan punya dia sangat besar.
Sella menatap cowok itu galak, lalu dia menampol lengan sang kakak. "Marcell lo bener-bener bikin gue kesel!"
Marcell hanya tertawa saat sang adik terus memukulinya tanpa ampun. Pukulan Sella tak terasa jika di badannya, namun jika pada Dara sudah pasti sangat sakit.
Ah, Marcell jadi rindu Princess-nya.
"Udah, Ra," ujar Marcell saat Sella menggelitiknya.
Gerakan Sella terhenti. "Ra? Siapa? Lo nganggep gue Dara?!" tanya Sella tak santai.
Marcell terkekeh pelan lalu mencium pipi adiknya itu.
"Tara maksud gue," ujar Marcell.
"Gue gak suka dipanggil Tara!" ketus Sella menghapus jejak ciuman Marcell pada pipinya.
"Sukanya di panggil Sayangnya Marcell?" gurau Marcell berusaha membuat adik tersayangnya tersenyum lagi. Sangat sulit membuat mood Sella membaik.
Sella memukul dada cowok itu lalu bangkit, moodnya benar-benar hancur hanya karena hal sepele. Begitulah Sella.
Mudah tersulut emosi, tidak suka berbagi apa yang ia miliki, dan suka semaunya adalah sifat dari seorang Tara Rasella Maurya. Semenjak trauma berbagai sejak kecil membuat Sella menjadi pribadi yang begitu benci dengan kata berbagi.
Apapun yang dia punya, itu adalah miliknya.
Apakah kehidupan Sella bahagia? Tentu saja tidak.
***
Angkasa menatap sang papa datar. Sambil menggendong Alta, dia berjalan pelan menuju pria itu yang kini sedang duduk manis di sofa dengan beberapa anggota keluarga lainnya.
"Kel, ti La! (Uncle, aunty Dara)" ujar Alta menunjuk-nujuk Dara yang sedang duduk di samping Vanya dengan maksud ingin duduk dengan sang tante.
Alta berontak hingga Angkasa menurunkannya. Dengan langkah pelan, Alta berjalan menuju Dara yang ada disamping mamanya.
"Ma!" Alta menepuk-nepuk paha Vanya, namun malah naik ke pangkuan Dara membuat Vanya mengulas senyumnya.
Dara meraih tubuh kecil Alta untuk di dudukan di pangkuannya. Matanya kembali fokus pada ayah mertuanya dan suaminya yang beradu tatapan.
"Papa minta maaf kalau kamu kesel sama Papa. Papa cuma khawatir aja kamu apa-apain Dara," ungkap Mario.
"Udah di apa-apain juga," celetuk Angkasa dengan wajah datar tanpa ekspresi andalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA 2 [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSEKUEL BISA DI BACA TERPISAH [E-BOOK SUDAH TERSEDIA DI PLAYSTORE/PLAYBOOK, LINK PEMBELIAN ADA DI PROFILE-KU/BISA LANGSUNG DM DI INSTAGRAM. JIKA ADA KENDALA DALAM PEMBELIAN, JANGAN SUNGKAN UNTUK BERTANYA] "ƙιƚα αԃαʅαԋ ʂҽραʂαɳɠ ɱαʂα ʅαʅυ. Ƙαɱυ ყαɳɠ ʂҽ...