40. Hampir Saja

6.2K 762 188
                                    



40. Hampir Saja

“Gak usah nge-bandingin lo sama orang lain. Kalian jelas beda karena di produksi oleh orang yang berbeda!”


Beberapa minggu kemudian.

Sella duduk di kursi taman samping rumahnya dengan kedua kaki di tekuk. Matanya fokus pada air mancur yang berada tak jauh dari posisinya.

"Kapan, ya, Papa sama Kak Cel bener-bener bisa sayang ke aku sesayang mereka ke Dara.." gumam Sella.


Sella menghembuskan napas penuh lelah. Kapan semua drama ini berakhir? Sella benar-benar muak dengan kebohongan mereka yang seolah peduli namun nyatanya tidak begitu.

"Pokoknya, Papa harus sayang sama aku doang. Papa punya aku, bukan punya Dara!"

***

"Mana bisa gitu Dara ...." geram Angkasa saat Dara menginginkan sesuatu yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

Bagaimana Angkasa tidak geram! Istrinya yang tengah hamil muda itu meminta dibelikan buaya putih dan mau tidur dengan binatang buas itu.

"Bisaaa!" kata Dara tetap kekeuh pada keinginannya.

Masih di kandungan saja sudah meminta buaya, tapi semoga saja anaknya tidak jadi buaya darat seperti Raja. Tunggu, bukankah waktu itu Dara mengatakan jika anaknya mirip Raja?

Damn!

"Yang lain, deh," saran Angkasa.

Dara menangis histeris dan nyaris menduduki Rara yang sedang rebahan di sofa, untuk hewan imut itu tahu jika sang mama sambung sedang kesal jadi dia segera menjauh dari jangkauan perempuan itu.

"Aku bilangin ke baby-nya kalau kamu gak sayang sama dia!" ujar Dara sembari mengusap-usap perutnya.

"Ya lo pikir lah! Kalo lo mau pelihara masih bisa gue usahain. Tapi kalo buat diajak tidur, lo halu! Mana mungkin buaya jinak dalam sehari!" ucap Angkasa yang sudah terlampau kesal.

"Katanya pinter! Tapi gak bisa mikir!" umpat Dara ikutan kesal.

"Kalo aja lo gak lagi hamil anak gue, udah gue ceburin ke kali yang penuh sama buaya!"

"KAMU KEJAM BANGET!" teriak Dara melempar Angkasa dengan boneka katak besar yang baru dibelinya beberapa jam lalu.

Semenjak hamil memang Dara jadi sangat rewel dan banyak maunya. Apa-apa harus dituruti jika tidak mau mendengar suara tangisnya yang menggelegar seisi rumah.

Tiba-tiba Angkasa mendapat ide yang sedikit lebih baik. Langsung saja dia keluar untuk menyuruh seseorang membelikan apa yang Dara mau.

Selagi menunggu pesanan datang, Angkasa menenangkan perempuan itu agar berhenti menangis.

Tentang sekolah Dara, perempuan itu memilih home schooling demi kebaikan dirinya dan calon bayinya. Angkasa juga melarang Dara untuk keluar rumah tanpa pengawasan darinya. Alasan Angkasa melakukan itu semata-mata demi melindungi calon anaknya.

ANGKASADARA 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang