25. Peduli

5.4K 553 75
                                    

25. Peduli

Sudah tertampar berkali-kali, tapi menolak untuk sadar diri.



Yg belum follow akun ini dipersilahkan untuk memfollow🌚
Nanggung, follow juga instagram : @_maresa17 || @wattpadcaaa_ || @gengflaster_
Sekalian, tiktok : @cacafrederick_



Angkasa dan Marcell duduk ditempat yang berbeda. Marcell di sofa, Angkasa di kursi samping brankar rumah sakit yang Dara tempati. Keduanya hanya diam tanpa ada yang bersuara. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Satu jam yang lalu transfusi darah sudah dilakukan, Praja mendonorkan darahnya untuk Dara. Tapi Angkasa tidak tahu tentang hal itu. Yang dia tahu pendonor itu adalah Marcell.

Tentu Praja yang sudah mengatur itu semua. Bahkan kini pria itu tidak terlihat wujudnya, entah kemana dia.

"Lo pulang aja, istirahat. Makasih udah donorin darah buat Dara," ucap Angkasa setelah sekian menit keheningan melanda.

Marcell berdehem pelan. "Emangnya gak papa kalau gue tinggal?" tanya Marcell seolah ragu. Dia takut jika nantinya Angkasa malah meninggalkan Dara sendirian.

"Nggak. Lo tenang aja, gue bisa jagain Dara," ucap Angkasa.

Marcell tersenyum tipis mendengar ucapan sederhana yang Angkasa ucapkan. Dia bangkit dari duduknya lalu menepuk pelan pundak seniornya itu.

"Gue titip adek gue, ya, Bang!" ucap Marcell spontan.

"Adek?"

Marcell mengatup mulutnya lalu nyengir. "Maksudnya, dia, kan, sekarang udah jadi istri lo. Jadi ... gue udah anggep dia adek gue mulai sekarang," tutur Marcell.

"Oh." balas Angkasa.

"Ya, udah. Gue pulang dulu, kalau perlu apa-apa lo telepon gue aja, Bang! Babay!" Marcell sempat-sempatnya melambaikan tangannya seolah mereka akan lama berjumpa lagi.

***

Pukul dua dini hari, Dara membuka matanya dan terdiam tanpa berbicara ataupun menggerakkan badannya. Hanya napasnya saja yang terdengar dan matanya menatap plafon putih di atasnya.

Angkasa sudah tertidur di sofa ketika Dara melirik nya. Namun bukan disitu pusat perhatian Dara sekarang. Ia tengah mengingat kembali kata-kata Sella yang ditujukan padanya kemarin siang.

"Anak pungut akan selamanya jadi anak pungut!"

"Aku anak Papa," ucap Dara spontan saat kata-kata menyakitkan itu muncul di benaknya.

Tiba-tiba Dara menangis saat sekelebat memori tentangnya dan keluarganya dulu melintas dalam pikirannya. Tara-nya yang dulu sayang menyayanginya, Kak Cel-nya yang begitu perhatian kepadanya serta kasih sayang yang melimpah dari orang tuanya dulu.

"A-aku anak Papa sama Mama juga ... a-aku bu-hiks bukan anak pungut ...." ucap Dara di sela-sela tangisnya. Kepalanya kembali pusing, dan badannya terasa sangat nyeri.

ANGKASADARA 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang