🤍 SK 1 • Mimpi Itu Lagi 🤍

270 9 0
                                    

Hallo 👋👋
Ini tulisan pertamaku, jadi tolong dimaklumi dan dimengerti atas kesalahan penulisan dan bahasanya ya 🙂
Aku juga berusaha dan belajar untuk menulis lebih baik lagi 😊





Alana POV

"Menurut kamu siapa wanita tercantik?".
"Wanita yang ada di depan ku".
"Maaci, Dareel juga ganteng". Jawab Alana tersipu malu.
Seperti biasa setiap pagi sebelum bel masuk kelas, Dareel dan Alana selalu duduk berhadapan di koridor kelas. Entah itu hanya duduk biasa ataupun berbicara hal yang tidak penting seperti tadi.

"Al, bila suatu saat aku pergi. Apa kamu akan mencari ku?". Pertanyaan tiba - tiba darel membuat Alana tampak berpikir.
"Kok dareel tanya gitu? Emang kamu mau kemana? Alana ikut ya?" Jawab Alana enteng.
"Kalau aku pergi jangan mengejar ku, jangan mencari ku. Anggap aja kamu gak pernah ketemu lelaki miskin yang bernama Dareel Aldari, bisa kan?".
Tidak menjawab pertanyaan Alana. Dareel berkata seolah - olah dia akan pergi meninggalkan Alana.

*

"Non.. Non... Bangun non ini sudah jam 7, Tuan Surya dari tadi telfon mulu"
"Hmm"
"Kata Tuan Surya ada meeting jam 8 non"
"Hmmm"
"Astaga non ayo bangun nanti Tuan Surya marah lagi"
"Bi ini masih pagi loh masih jam 5"
"Nona Alana Lovata ini sudah jam 7 non ini jam 7". Ulang bibi berkali - kali membuat Alana terjingkat bangun mengingat akan diadakan meeting pembukaan perusahaan cabang papanya, Surya Abraham.
"Shit. Mimpi itu lagi". Jawab Alana berlalu pergi kekamar mandi.

Sesampainya di perusahaan. Seperti biasa, Alana selalu terlihat anggun dan memukau. Riasan yang natural namun tetap terkesan glamor, rambut panjang dan hitamnya bergoyang sesuai langkah kakinya, kulit putih yang memukau, ditambah postur tubuh yang tinggi dan body ideal membuat para pekerja disana tidak berhenti menatapnya.

Setelah sampai di depan sang papa, Alana hanya memasang muka datar tanpa ekspresi.
"Apa yang kamu lakukan? Bersikaplah seperti anak baik pada umum nya di depan rekan - rekan papa, tersenyumlah" titah Surya pada Alana
"Tersenyum? Baiklah, itu sangat memuakkan Tuan Surya Abraham yang terhormat". Jawab Alana santai, namun tetap menuruti perintah papanya, yang dibalas tatapan tajam oleh Surya.

Hubungan antara mereka tidak seperti ayah dan anak pada umum nya yang seperti keluarga penuh perhatian, cinta dan kasih sayang. Di mata Alana, Surya adalah soarang pebisnis yang gila akan kekuasaan. Papa? Bahkan Alana lupa kapan terakhir ia memanggilnya dengan sebutan itu.
Ketika diluar sana anak perempuan menjadikan ayahnya sebagai panutan berbeda dengan Alana, papanya malah membuat hidupnya hancur dan terasa kesepian.

Kasus perselingkuhan Surya dengan asistennya 8 tahun lalu membuat Alana kehilangan bunda dan adik bayi yang masih ada di kandungan waktu itu, bundanya mengakhiri hidup dengan gantung diri didepan Alana yang saat itu berusia 17 tahun.
Sebelum itu, Surya pula yang membuat Alana kehilangan sosok lelaki yang begitu dicintainya. Entah ancaman apa yang di katakan Surya pada malam itu yang membuat dia pergi meninggalkan Alana.

Seharusnya... apapun ancaman itu, apapun yang dikatakan papanya pada lelaki itu tidak membuat dia pergi meninggalkan Alana. Dia bilang Alana adalah surganya, Alana adalah wanita kedua yang sangat dicintainya setalah ibunya, bahkan dia pernah berjanji tidak akan meninggalkan Alana, berjanji akan selalu ada untuk Alana. Tapi dia pergi dengan mudahnya setelah itu karna rasa takut pada seorang Surya Abraham, papa Alana.
Dan Alana sangat membenci itu, Dua lelaki yang membuatnya patah dan hancur. Dua lelaki yang merubah hidup Alana.

"Terima kasih Bapak Surya atas kinerja bapak dan para pegawai bapak, perusahaan kita memuncaki urutan pertama perusahaan tersukses tahun ini. Ah iya apa si cantik ini anak bapak? ". Tanya Bagas Wijaya, teman papanya.
"Aku pulang duluan, masih ada urusan lain. Permisi". Ucap Alana cepat pada Surya yang di jawab anggukan saja.

Sangat membosan kan berada di lingkungan pria hidung belang dan bermuka dua seperti mereka, teman - teman papanya. Mungkin, papanya juga salah satunya. Batin Alana

*

Setelah seharian berkutat dengan laptop, Alana melihat arloji yang menempel pada pergelangan tangannya, jam 9 tampak jelas terpampang.
Seperti biasa hari - hari Alana selalu di sibukkan dengan urusan kantor, hanya di hari libur saja ia punya waktu. Waktu itu selalu ia luangkan untuk pergi ke makam bundanya dan pergi dengan sahabatnya, Nattali.

Ah iya kenalkan, dia wanita cantik berambut panjang bergelombang dan tubuh yang mungil itu adalah sahabat ku, tidak, tidak, lebih tepat nya dia sudah seperti kakak bagiku.
Kakak begitu aku memanggilnya, persahabatan kita sudah terjalin lama sejak aku memasuki perguruan tinggi.

Tidak seperti teman yang lainnya, bagiku Natt tidak pernah menuntun ku melakukan hal yang tidak aku sukai, ia juga tidak pernah memaksa ku untuk bercerita hal yang memang tidak ingin ku ceritakan, Nattalia selalu ada untuk ku baik suka maupun duka. Dan hanya Natt yang tau betapa patah dan hancurnya aku saat itu, ia sosok sederhana mengingatkan ku pada sosok bunda yang begitu ku sayangi.

Drrrtttttt... Dering telfon membuat lamunan ku pecah.
"Hallo kak"
"Masih di kantor kah kamu?"
"Hemm ini mau pulang"
"Inget yaa, besok weekend harus ikut aku sama dion makan. Tau kan itu acara apa, aku pingin orang - orang terdekat aku ngerayain pertunangan kita"
"Iya iya inget bawel, kirim alamatnya aja ya kan. Emang banyak tamu yang kalian undang?"
"Lumayan sih, dari aku cuma ngundang kamu sama tiga atau empat keluarga. Dari Dion dia ngundang papa sama mama nya, eh sama 2 sahabatnya juga".

Ah iya, Kak Dion, dosen di salah satu universitas terkenal di Jogjakarta dia adalah tunangan Natt. Hubungan mereka terbilang singkat setahun berpacaran dan sekarang sedang mempersiapkan pertunangan. Kak Dion sangat baik, ia juga sabar dan selalu mendukung apapun yang terbaik untuk Natt. Dan... jangan lupakan pula, Natt selalu memaksa ku untuk berkenalan dengan teman - teman dosen Kak Dion yang lainnya. Yaa meskipun aku selalu menolaknya.

"Hemm gitu ya, yaudah kak. Perlu apa lagi besok? Biar sekalian aku bawain"
"Udah beres semuanya, tinggal mastiin kamu harus dateng. Hmmm.. Al, are you oke?". Selalu seperti ini, Natt selalu tau apa yang aku rasa. Tapi besok hari yang penting untuknya, lain kali saja aku cerita padanya.
"I'm okey, sekarang kakak akan lebih sibuk, jaga selalu kesehatan kakak sama kak dion. Yaudah nih kak aku pulang dulu"
"Pasti, yaudah hati - hati, jangan kayak orang kesurupan kalau nyetir"
"Bisa di atur". Tawa dari Nattali terdengar dari telfon.

Pulang dan tidur, itu yang harus dilakukan saat ini. Bahkan rasa lelah sudah tidak di rasakannya lagi, memang sangaja Alana membuat dirinya sibuk entah untuk melupakan masalalunya atau bahkan sebagai pelampiasannya karna belum sepenuhnya melupakan sosok lelaki yang 8 tahun lalu pergi meninggalkannya.

******
TBC


Vote and Comment, please!!
Thanks guys 🥰

09 Juli 2021

Sekian Kalinya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang