🤍 SK 38 • Dua Garis Merah 🤍

43 2 0
                                    

Mereka bilang kamu hanya akan jatuh cinta sekali, tapi itu tidak benar
Setiap kali aku melihat mu, aku jatuh cinta lagi dan lagi
♡♡♡





Dareel POV

Saat alana mengikuti acara lempar bunga bersama jihan. Aku pergi keluar untuk menerima telfon dari edwin. Dari kejauhan aku melirik alana yang sepertinya mencari keberadaan ku.

Aku segera menyudahi panggilan ku dan menghampiri alana. Saat aku akan mendekati alana, tiba-tiba dia sedikit berlari dan menutupi mulut nya. "Alana... " Panggil ku, namun sepertinya alana tidak mendengarnya.

Aku mengikuti alana dari belakang, ternyata dia memasuki kamar mandi. Hampir lima belas menit aku menunggu didepan kamar mandi wanita. Apa yang terjadi pada alana? Apa semuanya baik-baik saja?

Karena sangat khawatir, aku tidak bisa menunggunya lagi. Aku berbalik hendak memasuki kamar mandi, namun alana telah keluar terlebih dahulu.

Dengan wajah yang pucat dan mata yang sayu alana berjalan dan duduk di sebuah kursi. "Hey, apa yang terjadi?" Tanya ku menyeka keringat yang ada di kening alana.

"Perut ku sangat mual, dareel. Aku mau makan kue disana tapi perut ku seperti di aduk-aduk saat melihat krimnya." Aduh alana padaku. Wajah alana benar-benar pucat, bahkan keringatnya terasa dingin.

"Ayo kita berpamitan pada nattali dan dion, setelah itu aku antar kamu ke dokter." Ucapku membantu alana bangkit. "Nggak, gak usah ke dokter. Dirumah aja, mungkin aku cuma butuh istirahat." Alana menggeleng, menolak untuk ke dokter.

"Apa kamu tadi makan makanan pedas? Mungkin ini lambung." Aku menatap alana tajam. Alana memang sangat susah untuk di nasehati bila sudah menyangkut makanan pedas, tiada hari tanpa makanan pedas.

"Akhir-akhir ini aku gak makan pedas, makan ku juga teratur kok." Ucap alana saat kami berjalan menghampiri nattali dan dion yang tengah berbincang dengan tamu lainnya.

"Ke dokter aja alana, lihat wajah kamu pucat." Paksa ku pada alana. "Dareel... aku bilang gak mau, ya gak mau ih." Alana melepaskan gandengan ku dan sedikit berteriak padaku.

"Yaudah iyaa," aku mengusap rambut alana, sikap pemarahnya muncul lagi jadi aku harus lebih bersabar. "Kamu mampir dulu di apartement?" Tanya alana kembali dengan suara lembutnya. "Boleh?" Alana mengangguk sebagai respon.

*

Setelah berfoto dan berpamitan dengan kedua pengantin, aku dan alana segera pulang. Kini kami berdua berada didalam mobil. Aku melirik alana yang sedang menatap jalanan luar jendela.

Aku mengusap kepala alana. "Apa mualnya masih terasa?" Tanya ku, alana menggeleng sebagai respon. Namun tiba-tiba alana meminta ku untuk menepikan mobil. Alana segera keluar dan berjongkok di samping jalan.

Uueekk..

Aku memasuki mobil untuk mengambil tisu dan minyak angin. "Al... pakai ini." Aku menyampirkan jas di bahu alana lalu menggulung rambutnya keatas dan mengoleskan minyak angin di area leher dan punggungnya.

"Perut ku sangat mual." Erang alana meremas tangan ku, tangannya bergetar. "Al, ayo sekarang ke dokter." Aku mengusap keringat dan mulut alana dengan tisu. "Pulang ke apartement aja," ucap alana, air matanya sudah mengumpul di pelupuk mata.

Aku menghembuskan nafas, bagaimana cara memaksa alana yang keras kepala ini. "Ayo, masuk mobil." Aku menggedong alana dan kembali mendudukkan di kursi depan.

Aku tersenyum dan mengusap pipi alana, selama perjalanan hampir tiga puluh menit alana sama sekali tidak bersuara. Aku benar-benar khawatir, aku menatap alana yang kini sedang menatap jalanan samping.

Sekian Kalinya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang