♡♡♡
•
•
•
•
•
•Dareel POV
Tepat pukul 19.00 aku berada didepan apartement, seperti kata ku tadi siang, aku mengajak Alana berkeliling dan mengunjungi pasar malam yang diadakan mingguan.
Tidak begitu lama, terlihat Alana berjalan kearah ku menenteng helm putih dan memakai hoodie putih serta sepatu putih, seperti yang ku pakai saat ini. Bedanya hoodie Alana berwarna putih, sedangkan milikku berwarna hitam namun dengan model dan motif yang sama.
"Lama banget," Ucap ku membenarkan hoodie Alana yang sedikit kebesaran. "Sengaja," Jawab Alana, dengan gemas aku mengacak rambutnya.
"Coba hadep sana," Aku membalikkan tubuh Alana, "Eh ngapain," Alana menoleh kebelakang, menatap ku. "Mana karet rambut kamu," Alana mengulurkan tangannya, aku mengambil kuncir rambut yang ada di pergelangan tangannya.
"Lah kok di kuncir? Kan percuma aku tadi nata rambut" Ucap Alana saat aku merapikan rambutnya. "Aku lebih suka rambut kamu di kuncir daripada di gerai, soalnya kalau di gerai cantiknya nambah bikin banyak yang ngelirik, gak boleh," Ucap ku mengecup singkat bibir Alana.
Aku memakaikan helm di kepala Alana, "Pengangan yang kenceng, nanti mental" Ucap ku menggoda Alana. Alana memukul pelan helm ku namun dia memasukkan tangannya di saku hoodie ku, aku tersenyum pelan.
Sepanjang perjalanan, aku beberapa kali menatap wajah Alana lewat kaca spion. Dia terlihat sangat bahagia, bahkan berulang kali Alana tersenyum dan menutup matanya.
"Al, kedinginan nggak?," Tanya ku setengah berteriak. "Dingin, tapi seru banget reel," Ucap Alana, aku mengusap tangan Alana yang ada didalam saku hoodie ku.
"Tunggu disini, aku mau beli tiket nya," Pintah ku setelah sampai di halaman pasar malam pada Alana yang di jawab anggukan saja. Aku segera mengantri kebarisan loket untuk membeli tiket kami berdua.
Alana POV
Malam ini seharusnya aku pergi dengan Vano untuk menemui keluarga besar nya. Namun aku sengaja pergi dengan Dareel, aku tidak mau menemui keluarga Vano dan aku juga tidak mau melihat wajah mesum Vano.
Aku tidak peduli apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting sekarang aku bisa merasa bebas meskipun hanya tiga sampai empat jam kedepan bersama Dareel.
Non dimana? Tuan Surya marah non, cepet pulang, ada Tuan Vano juga. Aku membaca pesan dari bibi, aku tidak peduli, kemarahan papa tidak sekali dua kali namun berkali-kali dan itu membuat ku sangat terbiasa.
Dengan cepat aku mematikan ponsel ku agar tidak ada yang mengganggu. Dareel berjalan kearah ku dan membawah beberapa lembar tiket dan juga coca cola kesukaan ku. "Ayo," Dareel menarik tangan ku.
Saat pertama kali masuk, aku begitu tepesona dengan aneka wahana disini. Kata Dareel ini pasar malam mingguan, namun bagiku ini lebih dari pasar malam biasanya, ini seperti tempat bermain aneka wahana luar biasa.
Ya Tuhan.. aku ingin menaiki semua wahana disini. Hey Alana, berhenti besikap seperti tidak pernah menaiki wahana ini, jagalah image mu alana dan juga tutup mulut mu yang terbuka itu. Memalukan sekali, rutuk ku dalam hati.
Aku menoleh pada Dareel yang ternyata juga menatap ku, "Aku beli delapan tiket, kita bisa menaiki semua wahana yang ada disini," Ucap Dareel mengusap rambut ku. "Hari ini, hari yang sangat kita inginkan delapan tahun lalu, bukan?" Lanjut Dareel menatap ku, aku mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekian Kalinya [END]
RomanceKamu yang meninggalkan ku Kamu yang menorehkan luka Kamu pula yang membuat ku mati rasa tentang cinta Seperti kata mereka 'Jika dia cinta, dia akan kembali' Namun bagiku 'Jika dia cinta, dia tidak akan pernah pergi'. 🍁🍁🍁 Sepertinya, kata mereka l...