Terkadang Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang bukan untuk bersama, melainkan untuk belajar mengikhlaskan
♡♡♡•
•
•
•
•Dareel POV
Aku berjalan memasuki kampus, seperti hari - hari biasanya aku mengajar di perguruan tinggi Jogjakarta. Disini aku dikenal sebagai dosen yang dingin dan jarang tersenyum.
Entahlah... hanya saja tersenyum bukan lagi hal yang mudah ku lakukan. Hanya satu orang yang bisa membuat ku tersenyum, sampai saat ini pun mengingatnya membuat ku bahagia."Pagi pak". Sapa salah satu mahasiswi, yang ku balas anggukan.
"Pagi Pak Dareel". Sapaan selalu datang padaku saat akan memasuki ruang kerja ku dan lagi - lagi ku balas hanya anggukan saja."Reel, nanti ikut gue ya beli hadiah buat Nattali. Sekalian gue mau beli arloji". Ajaknya pada ku saat aku baru mendudukkan pantat ku di kursi.
Ya dia sahabat ku, Dion Adelard. Kami bersahabat saat sudah lama, hanya dia yang paling dekat denganku dan mengerti masa laluku. Pembawaannya yang ramah, mandiri dan cerdas membuat sosok ini begitu di kagumi sebagai dosen muda terbaik di kampus ini. Sama seperti ku, beda nya aku tidak ramah, Karna memang aku tidak pandai bergaul."Gue gue.. Gue ikut juga, pakai mobil gue aja". Sahut Edwin yang kami balas dengan anggukan.
Dia juga sahabat ku, Edwin Kendrick
Berbeda dari Dion yang ramah, Edwin memiliki sifat ramah sepuluh kali lipat dari Dion. Namun... dia hanya ramah kepada wanita, ingat !!! Kepada wanita saja. Bahkan seluruh kampus sudah tau, tidak ada lagi dosen yang centil selain Edwin. Aku mengenal Edwin 2 tahun lalu saat aku baru kembali dari Singapura dan bekerja di perguruan tinggi ini.Besok adalah hari pertunangan Dion dengan Kekasihnya, Nattali. Acaranya tidak mewah dan tidak mengundang banyak tamu, begitu kata Dion. Hanya keluarga - keluarga inti mereka dan sahabat Dion saja, Aku dan Edwin tentunya.
Pertunangan? Dulu 8 tahun yang lalu, saat aku berusia 18 tahun, aku selalu bermimpi bisa melangsungkan tahap hubungan yang serius seperti pertungan dan pernikahan dengan wanita yang sangat aku cintai dan kagumi saat itu. Tidak... bukan hanya saat itu, namun sampai saat ini aku masih sangat mencintai nya.
"Reel, lo ingetkan dulu gue sering cerita ke lo.. Nattali punya sahabat yang ngebantuin gue biar bisa deket sama Natt. Itu loh yang Muka nya bule - bule gimana gitu". Dion berbicara padaku, dan aku menduga bahwa wanita yang dimaksud Dion itu besok akan menghadiri acara tersebut.
"Hemm gue inget". Jawab ku, tidak tertarik dengan topik pembahasan ini.
"Oh ya gue belum kasih tau namanya siapa, Namanya Alana"
"A -- Apa?". Aku terkejut, pikiran ku mulai tak karuan. Ah aku tidak boleh seperti ini, mungkin nama yang sama, bukan dia. Ya semoga saja."Gue tuh udah lama punya rencana sama Nattali mau kenalin kalian berdua, cuma ya lo tau kan gue sama Nattali aja LDR, jadi yaa gimana kita bisa ketemuin kalian berdua. Jadi besok tuh saatnya lo ketemu sama dia, siapin aja diri lo. Belajar senyum, belajar ngomong. Alana anaknya dingin banget, sebelas dua belas kayak lo". Penjelasan panjang lebar dion membuat ku tidak fokus, namun apa katanya tadi, Dia memiliki sikap dingin, Itu bukan Alana yang ku kenal.
Ya, Alana yang ku kenal sangat ceria bahkan dia bisa berbica sepanjang hari tanpa berhenti. Tidak sadar kini aku tersenyum hanya dengan mengingatnya."Tenang bro, selama ada gue semua terkendali. Apa yang mau di make over dari dosen tertampan Bapak Dareel ini... Heem muka sudah oke, masalah ngomong ke cewek itu serain ke gue biar gue nanti yang ngajarin manusia es ini".
"Lo emang jago nya masalah cewek ke cewek". Sahut Dion menimpali ucapan edwin.
"Terserah, terserah". Putus ku saat melihat edwin akan menyahuti ucapan Dion, bila tidak segera ku akhiri pembicaraan ini, maka perdebatan akan segera dimulia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekian Kalinya [END]
RomansKamu yang meninggalkan ku Kamu yang menorehkan luka Kamu pula yang membuat ku mati rasa tentang cinta Seperti kata mereka 'Jika dia cinta, dia akan kembali' Namun bagiku 'Jika dia cinta, dia tidak akan pernah pergi'. 🍁🍁🍁 Sepertinya, kata mereka l...