🤍 SK 14 • Ancaman Video 🤍

59 7 0
                                    

Tembok kalau kita pukul, kita yang sakit. Rindu juga begitu, kalau kita lawan, kita juga yang perih.
♡♡♡





Ethan POV

"Mau aku beliin permen coklat dari berbagai negara gak,? Tapi ada syaratnya," Tanya ku pada Alana yang sibuk mencicipi coklat beraneka rasa itu. Masih sama seperti lima tahun lalu, coklat menjadi makanan favorit alana. Dan.. aku? Apapun yang ada pada alana adalah favorit ku.

"Mau, mauu.. Apa syaratnya,?" Ucap alana menatap ku serius. "Menikah dengan ku," Jawab ku spontan, Astaga... Apa yang ku ucapkan ini, bodoh Ethan. Aku mengatupkan bibir ku dan menatap alana yang kini sedang melongo di depan ku.

Namun, sedetik kemudian alana tertawa terbahak, dan mengibaskan tangan nya di hadapan ku. "Tuh kan, makin nyebelin isssh," Ucap Alana masih tertawa. Aku tersenyum melihat alana tidak menganggap serius ucapan ku, tapi kenapa hati ku terasa sakit. Tidak Ethan, jangan membuat semuanya menjadi rumit.

"Kapan pulang lagi ke indonesia,? Di amerika, apa semuanya baik-baik saja,?" Tanya alana mengganti topik, mulai serius. "Kemarin, kemarin aku baru dateng. Ya, semuanya baik-saja, perusahaan papa sedikit ada masalah makanya aku balik lagi kesini," Jawab ku menjelaskan pada alana.

"Apa yang bisa ku bantu? Aku bisa membantu kak," Tawar alana menatap ku sambil mengunyah permen coklat, menggemaskan sekali.

Aku menggeleng sebagai respon, "Tidak, kan udah ada kakak ku. Udah hampir selesai juga," Jawab ku sekena nya. "Hem gitu ya, syukurlah kalau sudah membaik," Alana tersenyum lembut padaku. Tuhan.. senyum itu yang selalu ku rindukan setiap hari.

"Tapi kakak gak balik lagi kan ke Amerika? Maksud aku kan setelah tiga tahun, ini yang pertama kakak kembali ke indonesia. Jangan pulang dulu lah, Banyak yang pingin aku bicarain." Ucap alana.

Tunggu.. apa yang terjadi, aku melihat alana mengusap matanya. Apa dia menangis? aku berpindah duduk di sampingnya, "Hey, aku akan menetap beberapa hari. Al, apa semuanya baik-baik saja?," Tanya ku mengusap punggungnya.

Alana mengangguk, "Baik-baik saja," Jawab alana tersenyum lagi pada ku. Tidak, jika sudah seperti ini maka semuanya tidak baik-baik saja.

Memang selama tiga tahun di amerika aku tidak terlalu mencari tau keadaan alana di indonesia. Karena tujuan ku menetap di amerika untuk menghilangkan rasa ini, aku hanya bertanya sedikit bagaima keadaan alana pada nattali.

"Aku sudah ada disini, al. Kakak mu sudah pulang, kapanpun kamu mau cerita, aku selalu siap. Semua yang terjadi padamu, katakan padaku," Benar dugaan ku, pasti telah terjadi sesuatu.

Dareel POV

"Lo yakin mau ngelakuin ini,? Lo yakin minta tolong gue buat ngeretas keuangan perusahaan Surya Abraham,?" Ucap Edwin menatap ku serius, yang ku balas dengan anggukan.

"Lo tau resiko apa yang bakal lo dapet, kalau lo gagal atau ketauan,? Reel, gue tau lo hebat masalah beginian, tapi kan itu udah lama. Lo juga udah komitmen nggak mau lagi terlibat masalah kayak begituan. Gue takutnya nanti lo sama alana makin jauh, reel,". Benar ucapan Dion, tindakan ini memiliki konsekuensi. Tapi aku tidak bisa diam melihat alana terluka setiap harinya, Apalagi hari pertunangan alana dengan vano semakin dekat.

"Gue tau, gue udah janji ngejauhin tindakan kriminal kayak gitu. Tapi gue gak bisa liat alana terus-terusan di sakiti sama papanya. Kalau kehilangan harta bisa bikin surya abraham berubah, gue akan tanggung resiko nya," Ucap ku memberikan flasdisk berisi semua salinan dokumen keuangan perusahaan kepada Edwin.

Sekian Kalinya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang