🤍 SK 18 • Aku & Kamu 🤍

62 3 0
                                    

Apakah aku boleh menganggap dia milikku selamanya? Jangan, kau boleh mencintainya tapi dia bukan milikmu, berhentilah menyiksa hatimu!
♡♡♡





Alana POV

Aku menatap Dareel yang kini sedang menyiapkan bahan-bahan didapur. Aku menunduk melihat bekas kemerahan di dada ku, aku telah melakukannya dengan Dareel. Aku memberikan hal terpenting seorang wanita kepada Dareel.

Bagaimana selanjutnya, aku juga tidak tahu. Aku juga tidak tahu apa yang kini aku rasakan, apakah aku menyesal atau malah bahagia karena memberikannya pada Dareel.

Bagaimana pun ini tidak benar, sedari awal hubungan kami tidak baik-baik saja. Mengapa aku percaya dengan Dareel, setelah dia meninggalkan ku dan datang kembali. Alana... kenapa kau mudah di kalahkan oleh perasaan mu, ingatlah, setiap kau hancur itu karena kau terlalu lemah dan perasaan mu lah yang bertanggung jawab. Rutuk ku dalam hati

"Al, bahan makanannya kurang, apa perlu kita belanja dulu?" Suara dareel dari dapur membuyarkan lamunan ku. "Ah ya, gue lupa memesan bahan masakan. Kemarin dan hari ini bibi sedang ijin, gue lupa" Ucap ku.

"Apa kita delivery saja?" Tanya dareel berjalan menghampiri ku. Aku hanya mengangguk sebagai respon, "Baiklah, kamu mau makan apa?".

Setelah menunggu beberapa saat, makanan yang dipesan dareel telah sampai. Kini kami berdua berada di meja makan, aku melirik kearah dareel yang telah menghabiskan makanannya.

"Al, boleh aku meminta sesuatu padamu?" Tanya dareel saat aku telah menyelesaikan makan ku juga. "Apa?" Tanya ku meneguk air putih, "mulai sekarang panggil aku kamu ya, jangan lo gue. Aku bukan orang asing buat kamu, bahkan sekarang aku bertanggung jawab atas diri kamu. Bisakan?" Ucap dareel menatap ku.

Aku menggangguk dan melanjutkan memakan puding, "Bertanggung jawab atas diri gue? Maksud lo apa?" Tanya ku pada dareel yang sedari tadi tidak berhenti menatapku.

"Barusan kamu setuju panggil aku kamu, kok lo gue lagi?" Dareel balik menanya ku. "Kalau lo gak jelasin ya gue tetep gitu manggilnya" ucap ku tak mau kalah.

"Aku tidak pernah bermain-main dengan hubungan, Al. Kita telah sampai sejauh ini dan aku gak akan melepaskan mu semudah itu," Aku menatap dareel diam, tiba-tiba aku memikirkan papa, bagaimana jika papa tau apa yang terjadi pada ku dan dareel.

"Oke, aku kamu, mulai sekarang aku kamu, fine," Ucap ku melanjutkan memakan puding tadi yang tertunda. "Apa kamu menganggap ini lelucon?," Ucap dareel pelan, namun saat aku menoleh raut muka dareel seperti menuntut penjelasan.

"Enggak, aku gak bercanda," jawab ku menekan kata Aku. "Cuma sedikit bingung aja, hubungan seperti apa yang kamu maksud. Antara kita bukankah sudah berakhir delapan tahun lalu?," Lanjut ku balas menatap dareel.

"Aku sekarang disini dan aku akan memulainya lagi. Meskipun ribuan kali pertanyaan itu keluar dari mulut kamu, akan tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Mau atau tidaknya kamu, aku akan tetap menjaga milik ku," Dareel berdiri dan berjalan ke dapur setelah mengatakan pernyataan panjang itu.

Aku menyusul dareel, "Hubungan yang kamu maksud itu, hubungan yang kamu lakukan kepada siapa saja?," tanya ku pada dareel yang kini sedang mencuci tangan. "Kepada siapa saja?" Ulang dareel menatap ku bingung.

Aku tersenyum mengalihkan pandangan ku, "One night stand? Pernah dengar? Apa hubungan seperti itu yang kamu maksud?" Aku bertanya pada dareel yang kini menatap ku tajam.

"Yang kita lakukan kemarin apakah aku terlihat seperti mempermainkan mu? Apa kamu tidak merasakan bagaimana aku memperlakukan mu?," dareel menggeleng dan berlalu meninggalkan ku.

Sekian Kalinya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang