🤍 SK 39 • Di tinggalkan lagi 🤍

49 3 0
                                    

Sesekali, jangan paksa dirimu untuk terlihat baik-baik saja. Menangis dan bersedih itu wajar, artinya hati masih berfungsi dengan baik.
♡♡♡





Dareel POV

"Alana... apa yang terjadi?" Aku memasuki kamar alana dan segera memeluknya. Papa alana kini koma dirumah sakit akibat serangan jantung. Entah apa yang sebenarnya terjadi tapi kini alana bersiap-siap untuk terbang ke amerika.

Tentunya bersama dengan ku, aku tidak bisa meninggalkan alana begitu saja. Keadaan alana kemarin malam sangat membuatku takut. "Aku takut terjadi sesuatu... pa--papa, dia akan baik-baik saja kan?" Alana menangis dipelukan ku.

"Alana... dengar-- semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah, kamu juga belum sembuh sepenuhnya, aku ada bersama mu. Jangan takut, alana." Ucapku mencium kening alana.

*

Aku menatap alana yang terlihat sedikit pucat. Kami baru sampai di Boston, Amerika Serikat setelah menempuh perjalanan pesawat kurang lebih dua puluh satu jam.

Aku menggenggam tangan alana yang terasa dingin. "Al... apa kamu baik-baik saja? Ada yang sakit?" Tanya ku memastikan. Alana hanya menggeleng dan tersenyum sebagai respon.

Kami berdua memasuki rumah sakit massachusetts general hospital. Dari ujung terlihat seorang lelaki berpakaian hitam berjalan menghampiri kami. "Non... ." Sapa lelaki itu membungkuk pada alana.

"Han, apa yang terjadi sama papa?" Tanya alana menahan tangis, aku mengusap lengan alana menenangkan. "Teresa menipu tuan surya, wanita itu menjadikan semua uang tuan surya dan seluruh aset yang tersisa sebagai jaminan untuk permainan judi. Sekarang teresa melarikan diri karena menjadi buronan disini." Yohan menjelaskan pada kami.

"Karena itulah tuan surya menjadi stres dan serangan jantung." Alana menutup matanya rapat-rapat. Bukankah ini balasan yang setimpal untuk surya abraham? Namun, selain itu dia tetap ayah dari alana.

Aku sangat mengerti bagaimana perasaan alana sekarang. Meskipun hubungan mereka tidak baik-baik saja, tapi keluarga tetaplah keluarga. Alana berdiri didepan kaca sebuah ruangan, didalam sana terbaring lelaki dengan bantuan alat pernafasan.

Aku memeluk alana dari belakang. "Alana... ." Ucapku pelan. Alana berbalik dan memelukku, tangisan alana sangat membuat hatiku sakit.

Tiga hari papa alana masih belum sadarkan diri, kondisinya semakin melemah. Dokter menyarankan untuk bersiap-siap menerima apapun yang akan terjadi, karena semua yang terbaik telah dilakukan hanya Tuhan yang bisa menentukan.

Kini alana bersandar di bahu ku. "Dareel... " Alana bergumam pelan. "Ya," jawab ku. "Aku ingin mengatakan sesuatu--" belum sempat alana menyelesaikan ucapannya, dokter dan beberapa perawat berjalan memasuki ruangan tempat papa alana di rawat.

"Dareel ada apa? Apa yang terjadi dengan papa?" Tanya alana panik. "Tenanglah, papa mu akan baik-baik saja. Kumohon tenanglah... " ucapku memeluk alana yang menangis.

Setelah menunggu setengah jam, beberapa perawat keluar di susul oleh dokter yang menangani papa alana. "Sorry I have to say this, the patient's heartbeat has stopped. We are sorry for the passing of Mr. Surya." Ucap dokter itu.

"I hope you can release it sincerely," sambung dokter itu, berlalu meninggalkan aku dan alana yang kini menatap tubuh kaku tertutup kain didepannya.

"Pa-- papa?" Ucap alana pelan berjalan disamping ranjang. Alana menangis dan memeluk tubuh tak bernyawa itu. "Papa... alana disini, papa... alana disini," ucap alana berung kali.

Sekian Kalinya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang