Sekali lagi...
Tidak ada seseorang pun yang baik-baik saja saat kehilangan.
Jika pun ada, dia hanya hebat dalam menyembunyikan rasa.
♡♡♡•
•
•
•
•Alana POV
"Menikalah dengan ku, dan jadikan aku satu-satunya lelaki yang boleh memakan masakkan mu," Ucap dareel disamping ku.
Aku menoleh pada dareel yang kini menatap ku intens, Meooww... Astaga lala, aku sangat merindukan kucing tampan ini. "Heeeyyy, baby kemarilah," Ucap ku saat akan menggendong lala.
"No, Alana, makan dulu," Dareel menahan tangan ku dan mengusir lala. Iisssshhh kenapa dia sewot sekali, "Bay baay lala," Teriak ku.
*
"Al, ucapan ku tadi... " Dareel bersuara dibelakang ku, a-apa yang akan dareel ucapkan, kenapa aku sangat gugup seperti ini. "Aku sungguh-sungguh," Lanjut dareel menatap ku serius.
"Ah, ya.. aku sangat merindukan lala dan kiki, boleh aku bermain sama mereka? Boleh ya, daahh," Aku berlari kearah belakang rumah dareel, menuju kandang lala dan kiki.
Aku menengok kebelakang, aah syukurlah dareel tidak mengikuti. Tidak alana, dareel... mungkin dareel hanya bercanda. Bercanda? Ah tidak, mungkin tanpa sadar dareel mengatakan itu.
Aku juga tidak bermaksud serius dengan ucapan ku yang mengatakan bahwa hanya suami ku yang boleh memakan masakkan ku, aku hanya bercanda. Ah menyebalkan sekali
*
Kini aku berada di taman belakang rumah dareel, sejak satu jam tadi dareel tidak menghampiri ku, kemana dia. Aku mengusap-usap kepala kiki yang berada di pangkuan ku, rasanya baru kemarin aku bertemu lala dan kiki tapi kenapa mereka begitu gendut saat ini.
"Kiki, kemana ayah mu," Ucap ku bertanya pada kiki yang hanya menatap ku dengan mata bulat nya, ah menggemaskan sekali.
"Mencari ku?," Ucap dareel di belakang ku menggendong lala. "Enggak," Jawab ku mengalihkan pandangan ku dari dareel. "Maaf nggak nemenin kamu, Dion telfon masalah kampus," Dareel mengusap hidung ku.
"Hidung kamu masih merah," Ucap dareel memperhatikan hidung ku, namun yang membuat ku salah tingkah adalah, jarak wajah kami yang sangat dekat dan hampir saja hidung dareel menyentuh hidung ku.
"Lala, sini.. Ya ampun, perut kamu gembul banget," Ucap ku mengambil lala dari gendongan dareel. Dareel tersenyum mengusap pipi ku, "Ya gimana gak gembul, lala makannya yang paling banyak," Ucap dareel mengelus perut lala.
"Dareel, kemarin... Apa kamu terlibat masalah keluarga Vano? Tadi pagi aku lihat berita, papa vano menipu inventor saham dan sekarang sedang menunggu proses persidangan, apa kamu terlibat?," Tanya ku pelan, berharap dareel mengatakan kebenarannya.
"Aku hanya membantu mengungkap keburukan perusahaan mereka, mereka juga terlalu menutup mata masalah gaji dan kesenjangan para karyawannya. Banyak dari pebisnis kecil yang baru merintis usaha yang tertipu oleh keluarga vano, Al," Penjelasan dareel membuat ku berpikir, apakah dareel juga terlibat di dalam masalah perusahaan papa, tidak mungkin.
"Apa karena vano juga waktu itu menjebakku dengan obat perangsang itu? Dan kamu membalasnya?," Tanya ku pada dareel. "Ya, itu juga salah satunya," Jawab dareel enteng memakan biskuit.
"Dareel, kamu tau apa resikonya ini? Maksud ku... kamu terlibat, dan keluarga vano sangat kuat.." Ucap ku mencoba menjelaskan pada dareel yang terlibat begitu santai ini.
"I know, Al. Tapi aku tidak takut apapun, aku punya banyak orang yang bisa ku perintah untuk menghancurkan mereka yang menyakiti mu. Terutama yang membuat kita tersiksa selama delapan tahun," Jawab dareel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekian Kalinya [END]
RomanceKamu yang meninggalkan ku Kamu yang menorehkan luka Kamu pula yang membuat ku mati rasa tentang cinta Seperti kata mereka 'Jika dia cinta, dia akan kembali' Namun bagiku 'Jika dia cinta, dia tidak akan pernah pergi'. 🍁🍁🍁 Sepertinya, kata mereka l...