Yang membuat ku trauma adalah, ketika seseorang tahu persis apa yang aku lalui. Kemudian dia berjanji untuk memberikan sesuatu yang berbeda, namun tetap berakhir melakukan hal yang sama.
♡♡♡•
•
•
•
•Alana POV
Aku menggeliat dari tidur ku, aku merilik jam pukul 05.20. Baiklah... Aku segera bangun , jarang sekali aku bangun lebih awal dari biasanya. Saat aku merapikan tempat tidur ku, aku mencium aroma masakan sangat enak. Tunggu, apa bibi sudah datang? Biasanya bibi datang jam 6. Siapa yang sedang memasak di dapur pagi-pagi begini.
Saat aku menuruni tangga, ku lihat dari sini. Yang sedang memasak itu adalah seorang lelaki. Ya tuhan... Apa dia perampok?, aku menutup mulut ku. Tidak, jika dia perampok lalu mengapa dia malah memasak di dapur. Aku menggeleng-gelengkan kepala.
Aku berjalan mengendap-ngendap, saat sudah berada tepat dibelakangnya. "Pagi, kau sudah bangun?," Dareel berbalik menghadapku, astaga ini membuat ku terkejut. "Bagaimana tidur mu? Maaf aku masuk tanpa meminta izin darimu, tapi syukurlah aku tau cara agar bisa masuk kesini dengan mudah," lanjutnya membuatku semakin bingung.
"Apa yang kau lakukan disini?," Astaga Alana.. apa yang kau tanyakan ini, jelas-jelas dia sekarang sedang memasak. Bagaimana aku tidak bingung, dia tiba-tiba ada di dalam apartement ku sepagi ini. Tunggu, apa dia membobol pintu ku?. Aku segera berlari ke arah pintu depan untuk mengecek kondisinya. Syukurlah pintu ku aman dan tidak rusak, tapi bagaimana dia bisa masuk. Apa dia tau sandi apartement ku? Aku berjalan lagi ke arah dapur menemuinya.
"Aku sedang memasak, duduklah dulu sebentar lagi sudah matang. Ah iya, apa kau hari ini kehabisan bahan makanan? Ku lihat kulkas dan rak semuanya kosong. Jadi aku tadi membelikan sedikit bahan-bahan untuk memasak," Apa? Dia menyuruh ku untuk duduk? Lelaki ini benar-benar.....
"HEEYY..," teriak ku di belakang Dareel. Ku lihat dia terkejut hingga menutup sebelah telinganya. "Berhenti memasak, now!!," Aku melihat nya dari bawah sampai atas. "Apa lo ini cenayang? Kok lo bisa masuk apartement gue? Penjagaan diluar ketat banget dan lo bisa masuk kesini. Lo tau sandi apartement gue?," Tanya ku gregetan pada Dareel.
"Kamu lupa, waktu SMA aku kan pinter banget masalah komputer. Jadi aku bisa ngeretas sandi apapun itu, termasuk sandi apartement kamu," Jujurnya pada ku sambil tertawa dan mengelus rambut ku. Lalu dia berbalik lagi melanjutkan kegiatan sebelumnya.
"Apa-apaan sih, ini nggak lucu sama sekali. Cepet pergi dari sini!!," Ucapku menarik tangannya. Namun detik itu juga dia berbalik memeluk ku.
"Jangan marah-marah Al, maaf yaa aku masuk rumah kamu tanpa ijin," Ungkapnya mengusap punggung ku. Ini mengingatkan ku pada 8 tahun lalu saat aku marah, Dareel akan melakukan ini. "Aku tadi juga beli banyak es krim coklat mint kesukaan kamu, aku taruh di kulkas," Lanjutnya.
Aku melepaskan pelukannya, "Lo gak denger apa pura-pura bego sih? Udah 2 kali loh bahkan lebih, gue bilang jangan muncul di depan gue," Aku ingin mengakhiri ini sekarang juga. Dareel malah tersenyum di depan ku, Ya Tuhan.. kenapa dia selalu tersenyum seperti ini.
"Aku juga pernah bilang, mulai sekarang aku akan jagain kamu. Terserah kamu setuju apa enggak. Ini salah satu cara buat aku memperbaiki kesalahan ku, Al." Ucap Dareel mengelus pipi ku. Aku hanya menatapnya tajam, sungguh aku malas berdebat sepagi ini. Aku tidak memperdulikannya dan berjalan ke kamar ku. Aku rasa aku harus mandi untuk menjernihkan pikiran ku, ya itu benar.
Dareel POV
Dia sungguh menggemaskan, marah-marah padaku dengan wajah bantal nya yang sangat polos itu. Alana memakai piyama bermotif spongebob, kartun kesukaannya dengan rambut di cepol keatas. Aku sangat hafal apa yang dia suka.
Mungkin Alana tidak mau berdebat dengan ku pagi-pagi begini, dia naik ke kamarnya tidak menghiraukan ku. Tidak apa-apa ini lebih baik, dari pada di sini marah-marah, aku juga harus menyelesaikan masakan ini.
*
Setelah berkutat di dapur akhirnya aku menyelesaikan masakan ku, kesukaan Alana soto ayam dan perkedel daging.
Saat aku akan menjemputnya ke atas, Alana sudah turun dengan pakaian formalnya. Ah iya aku lupa, ini hari sabtu dia masih akan berkerja. Alana berjalan kearah meja makan dengan mata membulat dan bibir yang setengah terbuka, Astaga.. aku sangat ingin mencium bibir itu. Namun dengan cepat dia merubah raut wajah nya menjadi datar dan melirik ku.
"Apa lo yang masak soto ayam? Lo gak pesenkan? Gue gak yakin nih," Katanya sambil duduk di kursi.
Lalu aku mengambilkan piring dan nasi untuk Alana, "Eh eh gue bisa sendiri, lo.. lo duduk aja," Ucapnya mengambil alih piring yang ku isi dengan nasi tadi.Aku sekarang duduk di hadapannya, rasanya senang sekali melihat Alana berada tepat di depan ku seperti saat ini. "Aku yang masak semua ini, aku tau kamu jarang makan dirumah. Mulai sekarang kalau kamu mau makan apa bilang ke aku, nanti aku masakin," Ucapku antusias saat melihat Alana mulai melahap masakan ku.
"Sotoy banget sih lo, habis gue makan lo harus pergi atau gue panggilin satpam depan," Ucap Alana setelah menelan suapan pertama, yang ku balas dengan mengangguk. "Gimana rasanya? Aku udah siapin bekal kamu buat ke kantor. Aku habis ini juga mau ke kampus,"
"Rasanya B aja, lo gak makan?," Ungkapnya, Alana bilang rasa soto ini biasa saja? Bahkan setelah dia menambah nasi lagi di piringnya. Benarkan, dia sangat menggemaskan. Aku menggelengkan kepala sebagai respon, memang aku sengaja tidak makan karna nanti akan ada rapat. Aku tidak terbiasa makan banyak di pagi hari.
Alana telah menghabiskan makanannya, "Lo sekarang bisa pergi, biar ini nanti gue yang bersihin," Ucap Alana. Aku mendekat ke arah nya dan memeluknya, "Aku pulang ya, aku tadi nulis nomer hp ku di hp kamu. Udah aku simpen juga, nomer kamu juga aku simpen," Mendengar pernyataan ku ini dia membelalakan matanya, bersiap akan memukul ku dengan botol tupperware yang dia pegang.
"Lo juga masuk ke kamar gue? Woii sini loh," Teriak Alana menghampiri ku. Aku berlari ke arah pintu "Nanti angkat ya telfon dari aku" Ucap ku lalu menutup pintu dan segera masuk ke dalam lift.
Saat di dalam lift aku tidak berhanti tersenyum memikirkan kejadian beberapa menit lalu. Tidak apa-apa Alana terus memarahi dan memaki ku, Tidak apa-apa Alana saat ini membenci ku. Aku memang sangat pantas mendapat semua itu. Melihat Alana saja membuat ku bahagia dan mendengar suaranya membuat ku tenang.
Aku berjalan menuju area parkiran mobil, Drrtttt.... handphone ku berbunyi.
"Hallo,"
"Reel, lo dimana sekarang," Tanya Dion di sebrang sana.
"Gue mau jalan ke kampus,"
"Reel, lo bisakan jemput edwin di kantor polisi sekarang. Dia disana dari kemarin malam, gue baru tau pagi ini,"
"Apa? Oke gue berangkat sekarang," Aku langsung menghidupkan mobil ku.
"Gue lagi di bandara jemput profesor, sorry gak bisa ikut,"
"Iya gapapa, lo urus masalah profesor biar gue yang urus masalah kunyuk," Lalu aku mematikan panggilaan telefon setelah mendapat respon dari Dion.Ada apa lagi sekarang, tidak biasanya Edwin berurusan dengan polisi. Memang selain bekerja sebagai dosen, Edwin juga memiliki hobi mengikuti balapan liar yang di adakan seminggu sekali tiap hari jumat. Apa? Hari ini sabtu... tadi kata Dion, Edwin di kantor polisi dari tadi malam. Apa dia di tahan disana karna balapan itu? Ya Tuhan... Akan ku pastikan sebentar lagi ada peperangan antara Ayah dan Anak, Orang tua Edwin pasti akan mengetahui masalah ini.
******
TBCVote and Comen ya guys 😊
Thanks you 🤗15 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekian Kalinya [END]
RomanceKamu yang meninggalkan ku Kamu yang menorehkan luka Kamu pula yang membuat ku mati rasa tentang cinta Seperti kata mereka 'Jika dia cinta, dia akan kembali' Namun bagiku 'Jika dia cinta, dia tidak akan pernah pergi'. 🍁🍁🍁 Sepertinya, kata mereka l...