🤍 SK 21 • Menangis di Pundak ku 🤍

46 3 0
                                    

Lucu rasanya, ketika aku merindukan "Rumah" padahal aku belum pernah "Pulang"
♡♡♡





"Masuk lah," Ucap ku mengecup bibir Alana. "Baiklah," Alana berbalik dan melambaikan tangan, namun saat aku menyalakan motor, alana meraih tengkuk ku dan mencium ku, "Terima kasih," ucap Alana berlari memasuki Apartement. Aku terkekeh dengan tingkah alana, kenapa harus malu dengan cium ku bahkan jika dia meminta lebih pun akan aku beri.

Tunggu, ponsel Alana tertinggal di saku hoodie ku. Aku mamakirkan kembali motor ku dan menuju apartement Alana.

Alana POV

Aku sangat menikmati hari ini, lebih tepatnya saat bersama dareel. Sepertinya hari ini aku akan lebih sering tersenyum, entalah hati ku sedang baik saat ini.

Saat aku baru membuka pintu apartement, PLAKK. "DARI MANA SAJA KAMU? KENAPA TIDAK MENGHADIRI ACARA KELUARGA VANO?" Papa berteriak didepan ku.

Aku memegang pipi ku yang terasa sangat panas, dibelakang papa juga ada Vano yang menatap ku dengan smirk nya. Sialan

"Sudah aku tegaskan dari awal, aku tidak setuju dengan perjodohan ini. Menghadiri acara keluarga, persetan dengan itu, aku tidak peduli," Ucap ku menatap papa dan vano.

"SAMPAI KAPAN KAMU MEMPERMALUKAN PAPA SEPERTI INI HAH? PAPA TIDAK BUTUH PENDAPAT MU, SETUJU ATAU TIDAK, KAMU HARUS MENIKAH DENGAN VANO," Papa berteriak kembali di hadapan ku.

"Apa anda tau apa yang telah vano lakukan di belakang ku? Apa anda tau vano berungkali tidur dengan wanita yang berbeda? Apa anda tau itu? Tentu saja tidak, yang anda tau hanyalah uang, uang dan semua keuntungan milik anda. Papa? Bagaimana bisa aku memanggil mu dengan sebutan seperti itu?," Aku mengusap air mata ku yang perlahan jatuh, sesak sekali rasanya.

"Saat semua anak perempuan sangat mencintai papanya dan menjadikan papanya sebagai cinta pertama, tapi aku? Bahkan untuk memikirkan itu saja tidak mungkin. Kau... lelaki pertama yang membuat ku hancur, kau menghancurkan hidup anak dan istri mu. BAGAIMANA BISA KAU DI SEBUT SEBAGAI SEORANG AYAH," Teriak ku tepat di depan Papa.

Aku tidak bisa menahan marah dalam hatiku, aku tidak bisa menahannya lagi. Ya Tuhan.. ini sangat menyakitkan, begitu menyakitkan.

Saat papa akan menamparku untuk kedua kalinya, namun sesorang disamping ku menahan tangan papa. Aku menatap lelaki itu, Dareel..

"Berhenti, jangan membuat ku lupa bahwa anda adalah orang tua," Aku belum pernah melihat Dareel dengan raut menakutkan seperti ini, bahkan dengan tatapan yang begitu tajam.

"Kau?," Ucap papa terkejut, melepas cekalan dareel. Dareel menatap ku, "Kau kembali? Dasar keluarga penjudi, kenapa kau kembali hah?," Papa menarik kerah Dareel.

Namun dareel dengan cepat mendorong papa, "Aku kembali karena kau tidak menepati janji mu. Kau berjanji untuk memperbaiki keluarga mu, kau berjanji untuk menjadi papa yang baik untuk Alana. Aku salah karena mempercayai orang yang tidak punya hati," Ucap dareel yang berdiri di hadapan papa, aku menurunkan pandangan ku, dareel menggenggam erat tangan ku.

"Berhenti ikut campur dan pergilah," Papa hendak mendorong dareel, namun dareel menghindar. "Aku bisa menghancurkan perusahaan mu dalam satu perintah," Ucap dareel menekan suaranya.

Tiba-tiba ponsel Vano yang sedari tadi menyaksikan perdebatan kami berdering.
Ya, Hallo
.....
Apa?
.....
Bagaimana bisa? Papa bukan orang seperti itu, tidak mungkin papa menggelapkan dana perusahaan para inventor.
.....
Baiklah, aku akan kesana.

Sekian Kalinya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang