Sudah tiga hari berlalu, tidak sedikit yang berkunjung untuk memastikan (Y/n) baik-baik saja. Dia selalu meyakinkan mereka untuk tidak mengkhawatirkannya karena dia sudah sembuh secara total. Mungkin, tidak semua.
Siang itu di Markas Mawar biru. (Y/n) melatih dirinya di halaman belakang, agar tak ada yang merasa terganggu jika sesuatu terjadi. (Y/n) lebih memilih untuk melatih tubuh fisik dan sihirnya daripada skil berpedang. 'apa yang harus kulakukan untuk pergi ke sana lagi?' dia berpikir sambil menyelimuti tangannya dengan mana, dan menghajar boneka kayu di hadapannya.
Mantra ringan mungkin mudah baginya, tapi tanpa grimoire itu terdengar agak menantang. (Y/n) masih tidak ingin menggunakan buku tebal itu, tapi masih membawanya kemana-mana untuk menjaganya. "Sialan!" Dengan satu tendangan, boneka kayu di hadapannya hancur menjadi dua. "Mencampur sihir dengan emosi itu tidak baik, loh."
"Tutup mulutmu, kau seharusnya tidak di sini." (Y/n) menjawab sebelum menoleh ke belakang, "Raia."
Pria itu tidak hanya datang sekali, mungkin berkunjung atau hanya memata-matai di tempat yang tertutup. "Tidak apa kan? lagian kamu tidak akan melaporanku." Katanya, bersandar pada sebuah kursi dalam meja teh. "aku tahu kamu sudah ingat siapa dirimu. Bahkan sebelum kamu reinkarnasi." Dia melanjutkan dengan mata tertutup. "Aku hanya aku. Aku bukan siapa-siapa, aku juga bukan orang spesial." (Y/n) membalas, "Ya, itu bagimu. Tapi bagi mereka.. mereka yang mencintaimu, menanggapmu spesial."
"Cinta.. ya? Bukankah menurutmu itu sedikit merepotkan?" Dia bertanya pada orang yang dianggap teman sekaligus musuhnya. "Merepotkan?" Raia mengulang, "Ya. Ambil contoh, Kau harus melindungi orang yang kamu cintai, dan mengorbankan satu negara. Atau mengorbankan cintamu demi kesemalatan semua orang."
"Aku mungkin akan mengambil pilihan pertama." Raia bergumam, (Y/n) menghela nafas ringan, dan duduk di hadapan Raia. "Aku juga, jika perlu." Mendengar jawaban darinya, Raia melebarkan matanya untuk sesaat.
"..Kau akan bergabung saat hari pembangkitan?"
"Aku tidak tahu, menurutmu aku harus melawan teman-teman lamaku?" (Y/n) balas bertanya, "Maksudku, kami ingin menghancurkan para manusia dan balas dendam." Raia menjawab sambil mengangkat bahunya acuh, lalu (Y/n) memberanikan dirinya untuk bertanya "Kenapa kalian masih menyimpan dendam setelah kejadian 500 tahun itu?"
Mata hitam Raia kini menatap tajam ke (E/c) miliknya, "Menurutmu kenapa..? Kenapa kalian bergabung dengan para manusia di hari yang seharusnya sempurna untuk Licht dan Tetia." Tubuh (Y/n) membeku saat mendengar suara Raia yang dalam, dia tak tahu dengan jawaban yang harus dikeluarkan. Dia tidak ingat apa yang terjadi setelah melihat kehancuran di depan mata masa lalunya. (Y/n) merundukkan wajahnya, menyerah. "Aku harus pergi, jangan sampai mereka tahu aku ada di sini." Katanya, "dan.. aku akan mengambilnya kapan-kapan." Dia menyeringai sebelum pergi ke sebuah portal.
Menyaksikan Raia menghilang dari pandangannya, (Y/n) merogoh saku dan mengambil sebuah Liontin batu sihir yang didapatkannya dari desa, dulu. Kaisar sihir—Julius benar-benar bodoh jika mengira (Y/n) akan memberikannya tanpa memberi persyaratan atau semacamnya. Lagipula, dia telah berjanji akan melindungi batu ini dengan jiwa dan raganya.
"Aku terdengar seperti antagonis dalam cerita."
Besoknya adalah Festival Bintang, dan (Y/n) masih berpikir apakah dia akan datang. Sol berkata bahwa ini akan menyenangkan, dengan kios-kios makanan serta hiburan. Teman-teman lainnya yang berasal dari mawar biru juga tak sekali dua kali mengajaknya bergabung dengan mereka. Lagipula, dia perlu sedikit hiburan dan menenangkan Pikirannya untuk sejenak.
"Apa kabar Lance sekarang, ya." Katanya sambil menatap langit-langit kamar. (Y/n) menggelengkan kepalanya sekali, dan pergi mencari pakaian untuk dipakai nanti sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐒𝐓 𝐆𝐈𝐑𝐋 ( black clover )
Fantasy꒰ 𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐂𝐋𝐎𝐕𝐄𝐑 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑 - .🍷 𝘷𝘪𝘰𝘭𝘦𝘯𝘤𝘦 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ꒱ ꒷꒦ 𖤐‧₊˚ writte in 𝖇𝖆𝖍𝖆𝖘𝖆 𝖎𝖓𝖉𝖔𝖓𝖊𝖘𝖎𝖆 ❝ 𝐀𝐊𝐔 𝐇𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐈𝐍𝐆𝐈𝐍 𝐁𝐀𝐇𝐀𝐆𝐈𝐀, 𝐒𝐄𝐏𝐄𝐑𝐓𝐈 𝐆𝐀𝐃𝐈𝐒 𝐋𝐀𝐈𝐍. ❞ ꒷꒦꒷︶︶ (n.) old book, disco...