21

89.6K 3K 111
                                    

Tubuh Mora menegang saat Zidan mengambil benda itu dari sakunya. Rasanya ingin menghentikan Zidan, tetapi tubuhnya rasanya susah bergerak.

"Yang ...."

Dan kejutan yang akan di rencanakan Mora gagal total! Zidan sudah mengetahuinya duluan. Mora memejamkan matanya, ia bersandar di kursi kerjanya membiarkan Zidan yang entah bagaimana reaksinya.

Sedangkan tangan Zidan bergetar saat menggenggam benda pipih berwarna putih dengan dua garis merah itu. Ini ia tidak salah kan? Ini testpack kan? Ini milik Mora? Ia mendongak perlahan menatap istrinya yang belum mau menjawab segala pertanyaan yang ada di otaknya.

"Kamu mah gak asik, aku mau ngasih kamu kejutan padahal. Nanti malem niatnya aku mau ngasih kamu, eh kamu nya nemuin duluan."

Kalimat itu seperti jawaban tersirat dari Mora. Kejutan? Berarti ini benar! Ini milik istrinya! Spermanya sudah menghasilkan benih di dalam perut rata yang baru saja ia ajak ngobrol tadi! Dan, berarti-- tadi ia benar mengobrol dengan anaknya!

"Aku bakalan jadi daddy?"

"Gak, jadi babu."

Bukannya marah, Zidan tersenyum lebar mendengar itu. Ia mendorong kursi kerja Mora dan langsung menubruk tubuh itu dengan bahagia. "Alhamdulillah! Makasih!"

Buliran bening jatuh pertama kali dari mata kanan Zidan dan berarti itu air mata bahagia. Lelaki itu memeluk tubuh Mora erat sambil terus menggumamkan kata "terima kasih" dan ucapan syukur lainnya. Perjuangannya selama delapan bulan pernikahan akhirnya membuahkan hasil. Hasil genjotan nya telah hadir di dalam perut Mora.

Zidan mengurai pelukannya, ia berlutut di depan Mora sambil tangannya mengusap perut Mora yang masih rata. "Jadi kamu tadi teriak karena ini?"

Mora mengangguk. "Tadi teriak karena mau langsung kasih ke kamu, tapi aku mikir enak kayaknya aku ngasih kejutan kamu nanti. Eh, sekarang malah kamu tau duluan, gak jadi deh kejutannya."

"Tapi, aku dah terkejut."

Mora tersenyum malu, ia memukul dada Zidan. Lelaki itu tersenyum senang sambil kembali memeluk Mora. "Hari terbahagia di hidup aku sampai saat ini ada empat."

"Empat?" tanya Mora sambil menyamankan kepalanya di bahu lebar Zidan.

Zidan berdehem, tangannya mengusap-usap punggung Mora. "Pertama, waktu kamu nerima tembakan aku di sekolah."

"Ralat, itu kamu maksa."

Zidan terkekeh. "Tapi, aku anggap itu aku nembak kamu. Kedua, waktu kamu terima ajakan nikah aku. Ketiga, waktu hari pernikahan kita. Keempat, ini, waktu ada malaikat kecil yang ada di rahim kamu."

"Setiap hari emang kamu gak bahagia sama aku?"

Zidan mencium gemas pipi Mora. Kemudian, ia menatap wanita itu dengan gemas. "Tau ah, gemes aku sama kamu. Yang pasti selama hidup aku sama kamu, aku selalu bahagia."

Mora memilih mengangguk. Ia menjatuhkan kepalanya ke dada bidang Zidan. "Laper ...."

Zidan tersenyum, tangannya mengelus surai lembut Mora. "Bumil laper ya? Mau mamam apa?"

"Mau sup ayam."

"Chef Zidan bikinin mau?"

Mora mengangguk sambil mengangkat kepalanya. "Tapi, kamu masak sendiri ya, aku mau buat desain dulu. Nanti gak siap-siap."

"Gampang, tapi bayarannya dulu."

Bibir di depan Zidan mengerucut. "Belum di bikinin udah minta bayaran. Apaan?"

My Possessive Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang