Mora masih memeluk tubuh Zidan. Saat ini tubuhnya benar-benar lelah. Suaranya pun serak akibat teriak semalam. Usapan di pipinya bahkan tidak ia pedulikan. Tetapi, jari-jari yang memelintir putingnya membuat ia mengerang. Ia melepaskan pelukannya dari tubuh Zidan dan menatap Zidan dengan sayu.
"Aku capek, Mas. Kalau Mas mau berangkat kerja duluan aja. Aku kayaknya gak kerja, tubuh aku lemes ditambah lagi capek."
Zidan mengelus rambut Mora. "Ya udah, Mas mau mandi dulu, ya?"
Mora hanya mengangguk. Selimutnya ia tarik lagi hingga sampai lehernya. Ia mengambil bantal Zidan untuk ia peluk. Harum shampo Zidan langsung tercium saat Mora memeluk bantal itu. Aromanya manly sekaligus menenangkan. Tanpa sadar Zidan terkekeh gemas dengan Mora yang sudah tertidur kembali itu.
Zidan bangkit dari tempat tidur, ia akan membersihkan tubuhnya. Ahh, ereksinya pagi ini membuatnya ngilu sendiri. Membayangkan semalam ia menggempur Mora habis-habisan membuat juniornya tambah menegang.
"Nyolo nih kalau gini." Zidan mulai masuk ke kamar mandi dan mulai melaksanakan ritual paginya itu.
30 menit kemudian Zidan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di pinggulnya. Ia geleng-geleng kepala saat melihat bagaimana cara tidur Mora. Selimutnya sudah tersingkap sampai memperlihatkan perut ratanya. Kaki yang sebelah sudah tidak di dalam selimut. Zidan berjalan ke arah ranjang dan membetulkan letak selimut itu. Tetapi, Mora terbangun karena mencium aroma segar dari Zidan.
Dengan mata yang masih terbuka setengah, Mora bergumam, "Harum." Tanpa melebarkan pandangannya Mora menarik Zidan hingga menindih tubuhnya. Sebenarnya berat, tetapi dengan posisi ini Mora senang bisa mencium aroma Zidan. Mora menyusupkan wajahnya di pelukan leher Zidan.
"Iyalah aku harum, emang kamu yang masih bau."
"Ihhh." Tidak, bahkan Mora tidak bau. Zidan hanya menggoda wanita itu saja.
"Aku nanti masuk angin kalau gini terus, Beb." Dengan terpaksa dan pipi yang dikembungkan Mora melepaskan wajahnya dari leher Zidan.
Zidan bangun dari tubuh Mora dan membetulkan handuknya yang melorot. "Kamu mau sarapan apa? Roti? Nasi? Atau omelette?"
Mora mulai mengerjapkan matanya. Ia menyesuaikan cahaya yang masuk ke celah kamar dari jendelanya itu. "Mau nasi goreng aja deh."
Zidan mengangguk. Ia berjalan ke walk in closet untuk memakai bajunya. Ia keluar dari sana sudah memakai kemeja dongker dan celana bahan berwarna hitam.
"Mas, ikut ke dapur." Zidan yang tengah melipat lengan kemejanya hingga ke siku itu mengangguk. Sebelumnya ia mengambil salah satu kemejanya untuk dipakaikan ke Mora dahulu.
"Bangun dulu, pakai baju." Mora mengikuti arahan Zidan itu. Setelah kemeja Zidan terpakai di tubuhnya Mora mengulurkan tangannya untuk meminta gendong kepada Zidan.
Zidan tersenyum dan menerima uluran tangan itu. Ia menggendong Mora ala koala. "Aduhh, dedek kecil ini minta manja-manja." Mora menyusupkan wajahnya di leher Zidan lagi. Bagian tubuh ini adalah tempat favoritnya.
Zidan menurunkan Mora di atas meja pantry. Mora meneguk ludahnya melihat punggung tegap milik Zidan itu. Beginilah kegiatan pagi hari mereka setelah Mora ditempur oleh Zidan. Apalagi ditambah dengan hukuman kenikmatan yang Zidan berikan.
"Baunya enak." Zidan menatap Mora sebentar dengan senyumannya dan kembali lagi mengaduk nasi goreng itu. Oh iya, nasinya sudah Zidan masak jam 4 subuh tadi. Ia bangun hanya untuk memasak nasi, karena ia tau Mora kelelahan dan membutuhkan nasi untuk memulihkan tenaganya itu.
"Dua nasi goreng ala chef Zidan sudah matang!"
Mora berbinar melihatnya itu. Warna dan baunya sudah menggugah seleranya. Ia bersyukur punya suami yang bisa masak seperti Zidan. Memang tidak semua masakan, tetapi setidaknya masakan untuk sarapan Zidan bisa membuatnya dengan rasa yang spesial.
Zidan mengangkat tubuh Mora agar wanita itu duduk di kursi. Setelah Mora duduk Zidan langsung mengambilkan segelas air putih dan segelas susu putih untuk Mora dan dirinya. Ia tidak terlalu suka susu, kecuali susu Mora. Ia meminum susu pun harus dipaksa Mora. Tapi, kalau minum susu Mora tanpa dipaksa pun Zidan langsung membuka mulutnya dengan ikhlas lahir dan batin.
Mora memakan nasi goreng buatan Zidan itu dengan lahap. Rasanya begitu enak. Apalagi perut dan badannya yang lelah membuat nasi goreng ini lebih nikmat.
"Makannya hati-hati, Sayang. Gak bakalan minta kok aku." Mora hanya mengangguk tanpa mengehentikan kunyahannya.
Zidan melongo saat nasi goreng di piring Mora habis tak bersisa, saat ini istrinya itu sedang meminum susu vanila itu.
"Kamu masih laper?" Dengan polosnya Mora mengangguk. "Masih mau nasi goreng lagi?"
"Emang masih ada?"
"Masih, aku tadi sengaja masak banyak." Tatapan Mora langsung berbinar. Ia memberikan piringnya kepada Zidan. "Mau lagi. Ambilin, ya?"
Zidan mengangguk. Sebelum berdiri ia mengecup pipi Mora. Ia memberikan piring itu kepada Mora dan diterima wanita itu dengan senyum senang.
"Mau susu lagi?" Mora menggeleng. Ia menelan nasi yang ada di mulutnya dulu. "Mau air putih aja." Zidan mengangguk lagi dan bangkit untuk mengambilkan Mora air putih.
Zidan mulai duduk dan memakan kembali nasi goreng itu. Tentunya pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Mora. Mora menolehkan kepalanya ke arah Zidan dan mengerutkan keningnya saat nasi di piring Zidan baru setengah yang lelaki itu makan. "Makan, Mas, jangan liatin aku terus."
"Habisnya kamu cantik sih."
"Gombal mode on."
"Kamu kerja?" Zidan mengangguk. Tetapi, setelah itu ia mengangkat kepalanya. "Eh, gak papa kan kalau aku kerja?"
"Ya, gak papa atuh."
Zidan tersenyum manis. Piringnya dan piring Mora yang sudah bersih dari nasi ia bawa ke tempat cucian piring. "Letak di situ aja, Mas. Nanti biar aku yang nyuci. Aku hari ini gak ke butik dulu, badan aku masih pegal-pegal."
"Nyuci dua piring sama satu wajan gak bakalan buat kadar kegantengan ku berkurang, Sayang."
Mora memutar bola matanya, "Pede."
Zidan hanya tertawa menanggapi itu. Ia mengelap tangannya saat sudah siap mencuci piring. Ia menghampiri Mora dan memojokkan Mora di antara meja pantry dan tubuhnya.
"Morning kiss, Beb." Mora terkekeh geli. Ia mengalungkan tangannya di leher Zidan dan mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah Zidan. Ia melumat bibir Zidan dengan lembut.
Ciuman yang berangsur selama 2 menit itu akhirnya dilepas Zidan. Ia menempelkan dahinya dengan dahi Mora. "Mau ke kamar atau kemana?"
"Mau ke kamar deh, aku mau lanjut tidur lagi, habis itu nanti langsung bersih-bersih." Zidan mengangguk. Ia menggendong Mora ke arah kamar dan mendudukkan wanitanya itu di ranjangnya dengan lembut.
"Dah sana tidur. Aku berangkat kerja dulu, Sayang. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam, Mas."
Tbc ....
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Husband [Selesai]
RomansaAlmora Ziudith Pangestu. Seorang desainer cantik yang awalnya berasal dari keluarga Revano. Mora, seorang desainer yang bahkan kostum rancangannya sudah terkenal di dunia, bahkan tahun lalu ia diundang di acara New York Fashion Week. Nama keluarga R...