07 (21+)

311K 4.1K 45
                                    

Zidan menatap Mora dari cermin rias wanita itu. Istrinya itu sedang membersihkan make up nya dan melepas segala perhiasan yang melekat di tubuhnya.

Merasa diperhatikan Mora membalas tatapan Zidan dari cerminnya. "Kenapa, Mas?"

"Kenapa kamu tadi mau aja dipeluk sama Sony?"

"Lah, apa salahnya? Kamu kan tau Bang Sony udah aku anggap kakak sendiri. Jadi, gak mungkin aku macem-macem sama dia."

"Ya, tapi gak seenak itu, Mora!"

Mora mengerutkan keningnya. Mengapa suaminya ini seperti cewek sedang PMS saja? Marah-marah tidak jelas. Zidan bahkan pernah melihat Mora berpelukan lebih lama dengan Sony. Itu saat Sony akan berangkat ke Jerman untuk melanjutkan pendidikannya.

"Kamu kenapa sih? PMS?"

Zidan menggeram marah. Ia berjalan cepat ke arah Mora. Ia berhenti tepat di belakang tubuh wanita itu. "Aku lagi gak niat bercanda, Mora."

Mora menghembuskan nafas panjangnya. Kalau seperti ini mungkin mood Zidan sedang tidak stabil. Cara yang bisa ia lakukan hanyalah mengalah dan membuat lelaki itu melupakan kekesalannya.

Mora meletakkan kapas yang baru saja ia gunakan untuk membersihkan make up nya. Ia berdiri dan memutar tubuhnya menghadap ke arah Zidan.

Mora mengalungkan lengannya di leher Zidan. "Ya udah, maaf kalau aku salah."

Mora menjinjitkan kakinya. Tubuhnya hanya sebatas bahu Zidan. Ia mengecup bibir Zidan beberapa kali dan itu belum ada respon dari Zidan.

"Mas ...." Zidan menatap Mora dengan alis terangkat. Ia sengaja diam tidak membalas Mora, padahal ia sedang menahan nafsunya.

"Maafin aku. Aku kira kamu gak bakalan marah kalau aku peluk Bang Sony."

Wajah memelas Mora membuyarkan segalanya. Zidan tidak bisa menahan nafsunya lagi. Tangannya sudah ia lingkarkan di pinggang Mora dan bibirnya sudah mengecap manisnya bibir Mora.

Zidan menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk memperdalam ciuman itu. Mora meremas rambut Zidan. Zidan melepaskan ciumannya dan menatap Mora. "Hari ini ada hukuman yang menunggu kamu."

Mora meneguk ludahnya kasar. Kalau Zidan sudah berkata seperti itu mungkin besok pagi ia akan kesusahan untuk berjalan. Zidan akan menggempurnya habis-habisan, dan baru akan berhenti saat Zidan sudah puas dengan semuanya.

Tangan Zidan mulai merambat ke atas. Zidan mulai menurunkan resleting gaun milik Mora. Mora hanya bisa menumpukan kepalanya di bahu Zidan sambil menggigit bibirnya. Mungkin Zidan sengaja mengelus punggung Mora dengan sensual.

"Ehm ...." Suara tertahan Mora itu membuat Zidan langsung meloloskan gaun itu dari tubuh istrinya.

"Wow, no bra?" Mora hanya mengangguk saja. Kepalanya masih ia sandarkan di pundak Zidan. Memang gaun miliknya ini sekalian membungkus payudaranya, makannya Mora tidak memakai bra.

Zidan meremas bokong kenyal milik Mora itu. Bokong Mora masih terbalut celana dalam berenda berwarna merah. Itu membuat nafsu Zidan tambah naik. Merah adalah salah satu warna pembangkit nafsu.

Zidan menyusupkan jarinya dari samping celana Mora. Mora mendesah tertahan lagi. "Jangan nahan desahan, Mora!"

"Ahh ...."

Akhirnya desahan itu keluar saat Zidan mulai mengorek lubang milik Mora. Mora menggelengkan kepalanya saat merasakan Zidan mempermainkan dirinya. Zidan mengorek lubang miliknya dengan sangat lambat, sedangkan lubangnya sudah sangat gatal.

"Mas ... Masukin jari kamu ...." Zidan langsung memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang hangat milik Mora. Mora membelalak kaget saat dengan tiba-tiba jadi panjang Zidan sudah masuk ke lubangnya saja.

"Mas ... Gatel ...."

Zidan terkekeh, ia berbisik di telinga Mora, sedangkan jarinya masih aktif keluar masuk lubang Mora. "Apanya yang gatel, Sayang?"

Mora mengangkat kepalanya, ia menatap sensual Zidan. "Lubang Mora gatel, Zidan. Pengennya kamu korek lebih dalam terus kamu masukin dengan cepat, keras, dan ehm ...."

Ucapan Mora terputus saat bibirnya sudah dibungkam oleh ciuman kasar Zidan. Zidan melumat bibirnya tanpa ampun. Lidah Zidan bahkan sudah menyusup ke bibir Mora. Ia melilitkan lidahnya dengan lidah Mora. Mora melenguh tertahan merasakan sensasi nikmat ini.

Mora melepaskan ciumannya. Ia menatap Zidan dengan sayu. "Zidan, please ... Faster ... Honey!" Mora berteriak saat mengucapkan kata terakhir itu. Zidan dengan cepat dan kasar langsung menambah dua jadi ke lubangnya. Ketiga jari Zidan sekarang membuat Mora terasa penuh.

"Ehmmm ... Penuh ... Zi ...."

Zidan tidak memperdulikan rintihan nikmat Mora itu. Ia menundukkan wajahnya dan langsung mengemut puting Mora yang sudah tegak. Puting Mora seakan siap untuk diemut.

"Ahhh ...." Mora meremas rambut Zidan. Ia benar-benar nikmat.

Mora semakin kalut saat ciuman basah Zidan itu turun dari kedua payudaranya. Ciuman basah Zidan sudah sampai di depan vagina Mora yang masih terbalut celana itu.

Zidan meneguk ludah kasar saat gundukan kenikmatan tiada tara sudah tersaji di hadapannya. Zidan mendongak untuk melihat wajah Mora. Ia tersenyum sinis saat melihat tatapan Mora yang sudah tertutupi gairah. Zidan menjilat milik Mora yang masih terbungkus celana dalam itu. Mora merapatkan kakinya, tangannya ia tumpukan di bahu Zidan, rasanya saat ini untuk berdiri saja ia bergetar.

"Mas, jangan main-main!" Zidan tertawa. Tangannya masih mengorek lubang Mora dengan perlahan sedangkan hidungnya ha gesek-gesekkan di milik Mora yang masih terbungkus celana itu.

Mora menatap Zidan yang sudah mulai melepaskan celananya itu. Ia menggigit bibirnya saat tatapan Zidan hanya terfokus pada miliknya. Ia menahan pahanya saat Zidan berusaha untuk membuka pahanya.

"Buka, Sayang."

Mora menggeleng. Zidan menggeram, ia membuka dengan paksa paha Mora hingga Mora terhuyung ke belakang. Untung saja tangan Zidan sudah sigap di belakang punggung wanita itu.

Kaki Mora dikalungkan Zidan di lehernya. Pemandangan indah milik Mora itu langsung tersaji di depannya. Zidan memasukkan lidahnya ke dalam lubang itu sambil berjalan ke arah ranjang. Mora membelalak kaget saat benda kenyal dan hangat itu memasuki miliknya. Mora dijatuhkan Zidan ke atas ranjang dan langsung membuat wanita itu merapatkan pahanya. Belum sempat di rapatkan, tangan Zidan sudah meremas pahanya.

"Biarin aku nikmatin ini dulu, Sayang." Uhhh, rasanya vaginanya berkedut saat mendengar suara serak Zidan itu. Zidan terkekeh saat melihat vagina Mora yang sudah becek itu. Ia saat ini sedang duduk di antara paha Mora dan wajahnya langsung berhadapan dengan milik Mora.

Zidan memasukkan kembali lidahnya dan mengorek lubang kenikmatan itu. Mora melengkungkan punggungnya di saat Zidan sudah menemukan g-spot miliknya. Jempol Zidan tidak hanya diam, ia memainkan klitoris Mora dan membuat Mora semakin mendesah nikmat. Satu tangannya yang nganggur Zidan arahkan ke atas untuk meremas payudara yang sedari tadi bergerak tak tentu mengikuti geliatan Mora itu.

"Ma ... Shh ... Aku mau ... Ahhh ...." Mora langsung menyemburkan cairan kental berwarna putih itu. Bukannya berhenti, Zidan malah menjilati cairan itu.

"Rasanya manis."

Tbc ....

My Possessive Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang