Matahari yang belum memunculkan dirinya seharusnya dunia masih terasa dingin, tetapi berbeda dengan kedua sejoli yang tengah bergerak dengan lincah di atas ranjang mereka. Ranjang sampai berdecit dan suara penyatuan mengiringinya. Tidak lupa juga suara cecapan dari kedua bibir yang bertemu itu.
"Ehmm ahh mashh ahh ahhh."
Zidan memegang kedua paha Mora, lebih ia kangkang kan lagi kedua kaki itu. Pinggulnya menyentak semakin dalam dan saat itu pula desahan Mora terdengar semakin keras. "Aghh sayangg nikmat ahh."
Mora memegangi kedua payudaranya yang memantul kencang akibat sodokan Zidan. Wanita itu menggelengkan kepalanya frustasi. "Inihh ahh terlalu kencang mashh ...."
"Shit! Jangan di jepit sayanghh."
"Mau cum ahh mashh."
Zidan menyingkirkan tangan Mora, ia meremas payudara Mora sedangkan kedua kaki istrinya ia letakkan di bahunya. Penisnya yang keluar masuk vagina Mora menjadi pemandangan indah untuknya.
"Keluarin sayang."
Tubuh Mora menegang, ia meremas tangan Zidan dan cairannya keluar dengan deras. Tubuhnya bergetar saat cairannya belum berhenti keluar. "Ahh ehmhh maahh masshh ...."
Zidan tersenyum senang, ia malah memainkan klitoris Mora dan cairan Mora terasa hangat membungkus penisnya. Zidan berhenti memainkan klitoris Mora, ia mengelus perut Mora. "Banyak keluarnya. Squirt hmm?"
Mora mengangguk, permainan kasar Zidan selalu membuatnya squirt. Apalagi sodokan Zidan yang mengenai g-spot nya berulang-ulang, sudahlah itu sangat nikmat rasanya.
"Lanjutin atau enggak, sayang?"
"Bentar, aku nafas dulu," jawab Mora dengan terengah-engah.
Zidan terkekeh, ia mendiamkan penisnya di dalam sana, tangannya memainkan puting Mora yang menegang sempurna. "Memek Mora anget banget."
"Kontol kamu yang enak, mas."
"Sampe buat kamu muncrat sebanyak itu."
Mora dengan lemah memukul dada Zidan. "Nyodok nya terlalu dalam."
"Tapi kan enak."
Mora tersenyum malu, ia mengangguk. "Jam berapa? Masih ada berapa menit sebelum comel ganggu?"
"Jam lima, masih ada dua jam lagi."
"Kamu ngantor?"
"Enggak, di rumah aja, gak ada yang penting."
Mora mengangguk. "Ya udah, bentar ya."
"Iya, cantiknya Zidan."
Mora mengelus punggung Zidan yang sekarang telungkup di atas tubuhnya. Ia dan Zidan sepakat untuk membangunkan Queen jam 7 pagi, apapun yang terjadi agar gadis kecil itu terbiasa bangun pagi. Ia juga selalu menyuruh agar gadis itu berjemur dengan matahari pagi baru setelah itu mandi.
"Aku boleh di atas?"
"Silahkan." Zidan menggulingkan tubuhnya. Tangannya mendekap pinggang Mora sesekali meremas pantat Mora. Payudara dan pantat Mora sama-sama seperti squishy untuknya, kenyal, padat, tapi empuk dan bisa di jadikan bantal.
Mora tersenyum manis. "Mau sambil pangku, mas."
Zidan menggeram gemas melihat ekspresi wajah itu. Ia melumat sebentar bibir Mora. "Apa yang enggak untuk kamu."
Zidan bersandar di kepala ranjang dan Mora mulai bergerak di atas lelaki itu. Mora mengelus tengkuk Zidan, bibirnya nengecupi rahang Zidan. "Mhhmm mass."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Husband [Selesai]
RomanceAlmora Ziudith Pangestu. Seorang desainer cantik yang awalnya berasal dari keluarga Revano. Mora, seorang desainer yang bahkan kostum rancangannya sudah terkenal di dunia, bahkan tahun lalu ia diundang di acara New York Fashion Week. Nama keluarga R...