26

90.4K 2.6K 15
                                    

Mata coklat itu mengerjap-erjap pelan menatap lampu kamar, bingung apakah ia harus membangunkan sang suami atau tidak. Ia menghela nafas panjang, membalikkan tubuhnya dan tangannya melingkari perut Zidan. Ini sudah jam satu dan kamarnya hanya di terangi oleh lampu tidur yang ada di atas nakas, tetapi matanya belum bisa terpejam lagi setelah ia ke kamar mandi tadi.

Mora mendekat, ia menyusupkan kepalanya di bawah ketiak Zidan. Bibirnya mengecup bagian samping tubuh Zidan sehingga menghasilkan bunyi di tengah sunyinya malam.

Zidan dengan perlahan membuka matanya, ia melirik ke bawah dan menemukan istrinya yang masih mengecupi bawah ketiaknya. "Gak bisa bobok?" tanya Zidan sambil mengelus punggung Mora.

"Kok mas bangun? Mora pasti buat mas kebangun ya?"

Zidan menggeleng, ia membalikkan tubuhnya dan membawa Mora ke dalam pelukannya. Perut Mora yang sudah membesar membuatnya tidak bisa berpelukan erat dengan istrinya. "Enggak kok. Kenapa gak bobok lagi?"

"Gak bisa, perut aku juga laper."

"Laper? Mau mamam apa?"

"Pengen seblak sama bakso mercon."

"Hee?"

Mora mendongak dan mengangguk. "Iya, aku pengen yang pedes-pedes."

"Ini malem, nanti kamu sakit perut loh, sayang."

"Ayo cari," rengekan itu membuat Zidan menggaruk kepalanya. "Ini beneran?"

"Iya."

Zidan menghela nafas kasar, biasanya ibu hamil akan ngidam di waktu hamil muda atau trisemester pertama, tetapi berbeda dengan Mora. Wanita itu malah mengidam di trisemester kedua, mulai dari usia kandungan 15 minggu kemarin.

"Kamu mau ikut nyari atau kita cari di online aja?"

"Ayo kita cari, naik mobil sambil liatin gelap malam!"

Ucapan dengan nada semangat akhirnya membuat Zidan mengangguk. Ia menyingkap selimut dan memperlihatkannya tubuhnya yang hanya memakai boxer. Bayangan dari roti sobek itu membuat Mora menutup matanya, ia bisa khilaf!

"Kenapa?"

"Roti kamu menggoda."

Zidan melirik perutnya sekilas kemudian terkekeh. Ia berjalan menyalakan lampu kamar, kemudian memakai baju dan celana pendek. "Gak usah di tutupin gitu mukanya, kayak anak gadis aja, padahal bentar lagi dah jadi emak-emak."

Mora melempar bantal dengan kesal ke Zidan. "Kampret! Kamu juga yang buat aku jadi emak-emak."

Zidan mengangguk sambil tersenyum manis, ia mengambil hoodie Mora yang ada di gantungan dan menghampiri ibu hamil yang sedang mengerucutkan bibirnya. Ia mencolek hidung Mora. "Gak usah cemberut, tambah cantik jadinya."

"Heleh, modus."

"Beneran, cantik banget," ucap Zidan meyakinkan sambil memasangkan hoodie ke tubuh Mora.

"Kalau emang cantik, gendong dong."

Zidan meletakkan kedua tangannya di punggung dan lipatan lutut Mora. "Tanpa kamu suruh aku dah hafal."

Mora tersenyum gemas, ia mengecup pipi Zidan. "Sayang deh."

Zidan balas mengecup kening Mora. Mora menenggelamkan wajahnya di dada Mora, ia paling suka mendnegae detak jantung Zidan, iramanya masih sama, masih berdetak dengan kencang.

"Mas besok ada rapat?"

Zidan menurunkan Mora dengan hati-hati ke dalam mobil. "Enggak, lagian kalau ada rapat juga gak papa, untuk anaknya daddy apa sih yang enggak?"

My Possessive Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang