60

75.1K 2K 37
                                    

Mora menatap gemas Arsen, kenapa anaknya sudah tumbuh secepat itu?

Mora menatap gemas Arsen, kenapa anaknya sudah tumbuh secepat itu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Empat tahun kurang dua bulan, itulah usia Arsen sekarang. Pipi Arsen yang kadang memerah membuat Mora rasanya ingin menggigit pipi bakpao itu. Arsen tumbuh menjadi anak laki-laki yang cerewet, tapi selalu memiliki sisi manis dari anak bungsu itu. Seperti saat ini, tiba-tiba saja sudah ada gelas di hadapannya.

"Apa ini?"

"Minum."

Mora terkekeh, ya gak salah omongan Arsen, ia saja yang pertanyaannya tidak jelas. "Iya mommy tau, abang yang buat?"

Bocah itu mengangguk. "Tadi abang minta sama mbak, mommy capek."

Jangan salah paham, Arsen tidak menjadi abang dan mungkin tidak akan pernah karena Mora hanya akan beranak dua saja. Bocah manis itu akan nangis apabila dipanggil 'adek' atau bahkan namanya. Entah dari mana Arsen mengenal kata 'abang', mungkin saja dari play group nya.

Mora tersenyum, ia mengecup pipi Arsen yang sekarang mencoba naik ke pangkuannya.

Ciuman itu membuat Arsen menatap Mora saat posisinya sudah enak. "Mommy napa?"

Mora mengacak gemas rambut Arsen. "Enggak kenapa-kenapa mommy, sayang, mommy cuma liatin kamu kenapa bisa ganteng dan gemesin kayak gini."

Bocah laki-laki itu semakin memamerkan gigi putihnya, tersenyum lebar kepada Mora. "Anteng?"

"Banget."

"Kak Win mana?"

"Belum pulang sayang, kakak masih ada kelas tambahan."

"Adda?" Entahlah sampai sekarang Arsen tetap memanggil Zidan seperti itu.

"Masih kerja, ini masih sore, ganteng."

Arsen mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mau esss."

"Minta sendiri sama mbak bisa?" ucap Mora dengan lembut disertai elusan di pipi Arsen.

"Bisa! Tapi ...."

"Tapi apa? Mbak mandi?"

"Heeh."

Mora tersenyum gemas, ia akhirnya berdiri dengan Arsen yang ada di gendongannya. "Oke, mommy ambilin untuk prince nya mommy."

"Mom?" panggil Arsen dengan manjanya.

"Ya sayang?"

"Mom! Kakak udah pulang! Hellow!"

Ekspresi Arsen yang baru saja diberikan es krim langsung berubah, ia menatap Mora dengan mata berbinarnya. "Kak Win!"

Mora menurunkan Arsen dan bocah itu langsung berlari sambil berteriak memanggil Queen. Untungnya kedua anaknya tidak pernah sampai berantem hebat, hanya kadang berebut mainan saja. Queen benar-benar menyayangi Arsen dan Arsen selalu saja nemplok ke Queen. Mora kembali membuka kulkas dan mengambil satu es krim untuk Queen.

My Possessive Husband [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang