"Ah shit!" Zidan langsung berdiri saat merasakan miliknya yang sudah terasa nyeri. Ia berkacak pinggang, menatap Mora dengan bibir yang maju. "Kayanya nunggu isya dulu, ini kamu malah mancing aku!"
Mora tersenyum geli. Ia mengulum bibirnya sambil menegakkan punggungnya. "Aku juga lupa."
"Itu bibir gak usah di jilatin, beb! Sange aku nanti!"
Mora terkekeh, ia menarik Zidan untuk kembali duduk di sebelahnya. "Rasa kamu masih nempel sih di sini."
"Kamu minta di hukum ya malam ini, nakal banget." Zidan menggigit telinga Mora.
Tubuh Mora bergidik, ia menahan tangan Zidan yang mengelus perutnya. "Udah lama gak main kasar."
"Sumpah, sayang, jangan mancing dulu, aku gak tahan."
Mora tertawa, ia menepuk paha Zidan. "Sabar ya."
"Udah nyeri ini."
"Tenang, nanti di puasin kok."
Zidan mengangguk lemah, ia meletakkan kepalanya di bahu Mora. Tangannya mengelus pahanya sendiri, menahan agar miliknya tidak bangun.
"Mas."
"Hmm?"
"Mau anak berapa sebenarnya?"
"Dua cukup."
"Kalau dua-duanya cewek gimana?"
"It's okay, aku malah seneng jadi yang paling ganteng sendiri."
"Perusahaan?"
"Siapa tau salah satu mereka ada yang mau terjun ke perusahaan nantinya. Kalau gak mau gak papa sih, gak mungkin di paksa, masih ada orang lain."
Mora mengangguk, tangannya menarik-narik kecil rambut belakang Zidan. "Gak mau lebih dari dua?"
"Jujur ya pasti mau, tapi aku gak tega sama kamu, kamu kesakitan waktu ngelahirin."
"Semua cewek yang ngelahirin pasti kayak aku juga, mas, emang udah kodratnya."
"Aku tergantung kamu sih, kalau kamu mau ya aku gas aja, kalau enggak ya gak papa, satu si comel aja aku gak papa."
Mora mengecup rambut Zidan dengan sayang, ia tidak menyangka ia mendapatkan suami se-perfect Zidan. "Sayang banget," gumamnya sambil terpejam.
Zidan yang mendengar itu tersenyum, ia harap hubungan rumah tangga nya seperti ini terus, tidak boleh ada yang mengganggunya.
Tangisan nyaring dari box bayi Queen membuat Mora menggeleng. "Tuh anak kamu nangis."
"Kayaknya dia gak pengen banget daddy nya deket sama mommy nya," ucap Zidan sambil berjalan untuk mengambil Queen.
"Ngertiin daddy lah, cantik, daddy mau manja-manja sama mommy juga, mau nyusu sama mommy juga."
Perkataan Zidan malah membuat tangisan Queen menjadi lebih nyaring. Zidan meringis, ia menepuk-nepuk bokong gadis kecilnya itu. "Iya, iya, daddy gak ngambil mommy kamu. Ngalah daddy sama kamu, dek."
Mora terkekeh, ia mengambil Queen dari gendongan Zidan. "Kenapa anak cantik ini kebangun? Haus?"
"Daddy nya juga haus kali," gumam Zidan sambil duduk di sebelah Mora lagi. Ia memainkan ponsel nya.
Mora mencubit hidung Zidan gemas. "Kamu kan ada waktunya sendiri."
Mora menurunkan resleting bajunya. Payudara sebelah kanannya ia keluarkan dan langsung di sesap gadis mungil itu. Entah kenapa Queen tidak begitu suka menyedot payudara kirinya, bayi itu pasti menangis apabila di jejelkan payudara kirinya. Dan berakhir dengan kesempatan emas untuk daddy nya, Zidan yang menyesap payudara kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Husband [Selesai]
RomanceAlmora Ziudith Pangestu. Seorang desainer cantik yang awalnya berasal dari keluarga Revano. Mora, seorang desainer yang bahkan kostum rancangannya sudah terkenal di dunia, bahkan tahun lalu ia diundang di acara New York Fashion Week. Nama keluarga R...