"Ini tuh ya es krim nya gak habis-habis, gak cair-cair, gak bakalan ilang, es krim paling langka karena biasanya es krim itu halus ini berurat. Nih liat gede, mana panjang lagi."
Tidak tau kah Mora apabila suaminya sudah menelan ludah berkali-kali? Zidan menggigit bibir bawahnya, Mora mendeskripsikan itu sambil memijat-mijat miliknya dari luar boxer. "Yang! Pegang langsung!" ucapan itu akhirnya keluar karena Zidan yang sudah tidak sabar.
"Ihh ada yang sange berat. Kontol nya pengen diemut ya? Ketemu sama yang anget-anget gitu?"
Zidan meremas tangannya satu sama lain yang masih diikat itu. "Iya!"
"Idih si bapak ngegas, sabar sayang sabar." Mora terkekeh setelah mengucapkan itu. Ia mengecup ujung milik Zidan lalu dibukanya boxer itu. Tuingg, langsung menjulang milik Zidan di depan matanya. "Es krim ...."
Zidan bernafas lega, akhirnya milinya terlepas dari jeratan boxer sialan itu. Ia melirik ke bawah, Mora nya masih diam saja sambil menatapi miliknya. Apanya yang diliat sih? Ia dan Mora sudah delapan tahun menikah, apakah miliknya memang selalu membuat Mora sampai menganga seperti itu? Mora seperti perawan yang baru saja menemukan kontol.
"Ayang ...."
Rengekan manja dari Zidan membuat Mora tersadar. Wanita itu kembali menormalkan ekspresi nya. Tangannya mulai melingkupi milik Zidan dan memaju mundurkan di sana. Mora gemes sendiri sama tekstur penis Zidan. Kalau tegang ia gagah tapi kalau lagi mengkerut seperti kain lecek. Jangan ada yang membayangkan milik Zidan, milik Zidan tidak diobral!
Mora merendahkan kepalanya dan menjilati ujung penis Zidan. Cairan Zidan yang keluar sedikit di ujung itu membuat Mora malah semakin memasukkan penis Zidan ke dalam mulutnya. Hanya setengahnya yang masuk dan setengah lagi ia mainkan dengan tangan. Dua bola milik Zidan membuatnya gemas. Kenapa harus diciptakan dua bola, kan Mora jadinya ingin menariknya dari sana dan memainkannya secara terpisah dari penis Zidan.
"Ahh yess honey mmhhhh."
Mora tersenyum di sela-sela kepalanya yang maju mundur. Suara desahan Zidan itu sangat berat dan membuatnya merinding. Tubuh bawahnya selalu merespon dengan cepat desahan Zidan. Seperti sekarang, miliknya sudah basah dan pasti sekarang sudah membasahi seprei.
"Faster dear! Ahh iya sayang, enakk."
Mora memainkan kedua bola Zidan dengan cepat saat merasakan sebentar lagi penis Zidan akan menyemburkan cairan putih kentalnya. Mora menyedot-nyedot penis Zidan dan tidak lama sperma Zidan menyembur tenggorokannya.
"Ahhh it's so good."
Mora menatap Zidan yang terengah-engah. Mora menaiki tubuh Zidan dan berbaring di atas tubuh lelaki itu.
"Enggak di lanjut?"
"Kontol kamu belum bangun lagi, aku juga masih capek."
Zidan tersenyum mendengar itu. "Boleh ini dibuka ikatannya?"
Mora menggeleng. "Belum, tunggu aku nyelesain satu ronde."
"Kalau mau gesekin punya kamu, gesek aja, sayang."
Mendengar itu Mora menggesekkan vaginanya yang basah ke atas penis Zidan yang masih belum berereksi. "Mashh gatel banget sekarang punya aku."
Tangan Mora terulur ke belakang, membuka pengait bra nya dan langsung melemparkan bra itu ke sembarang arah. Putingnya yang menegang ia gesekkan dengan puting milik Zidan. "Ahh ngilu tapi enakhh."
Merasakan penis Zidan yang mulai mengeras, Mora makin semangat untuk menggerakkan pinggulnya. Tatapan Mora ke atas, menatap Zidan yang sedang memperhatikan juga. Senyuman Zidan saat dan lelaki itu menggigit bibir bawahnya membuat Mora menggeleng, ia tidak kuat, suaminya terlalu membuatnya sange.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Husband [Selesai]
RomanceAlmora Ziudith Pangestu. Seorang desainer cantik yang awalnya berasal dari keluarga Revano. Mora, seorang desainer yang bahkan kostum rancangannya sudah terkenal di dunia, bahkan tahun lalu ia diundang di acara New York Fashion Week. Nama keluarga R...