30- Pa! Pernikahan itu bukan sebuah permainan

958 59 1
                                    

Malam ini Alice sedang bersiap-siap untuk dinner dengan Alex, sesuai janji kalau Alice akan dinner bersama Alex untuk membayar kebaikannya.

Alice memberitaukan pada Kevin kalau dia akan makan malam dengan Alex. Hahhhh kalian tau apa reaksinya? Kevin malah marah-marah gak jelas, Kevin mengatakan kenapa harus menerima ajakannya?

Alice tidak menghiraukannya, toh mereka tidak ada hubungan apa-apa. Biarin aja, yang penting dia menepati janjinya pada Alex.

Alice berpikir, yang salah siapa coba? Orang udah lama nunggu kepastian malah dianggurin, ya udah, suka-suka aku dong kalau mau pergi dengan siapa?

Suka tidaknya Kevin itu urusan belakangan.

Akhirnya Alex menjemput Alice sesuai dengan janji mereka. Mereka makan malam di tempat yang romantis, itu menurut Alex. Tapi, menurut Alice tidak, dia hanya biasa saja.

Setelah selesai makan, Alex mengantarkan Alice pulang kerumahnya, Kevin yang mengintip melalui jendela rumahnya mengomel-ngomel tidak jelas.

Keesokan harinya...

"Kak, hari ini kita makan siang bareng ya?". Ajak Alice untuk menebus apa yang terjadi semalam.

"Tidak bisa, siang nanti aku ada janji dengan clientku". Ucap Kevin ketus.

"Bagaimana kalau malamnya?". Tawar Alice kembali.

"Tidak bisa juga, aku lembur. Sudah ya, aku akan berangkat ke kantor". Ucap Kevin lalu melajukan mobilnya kencang, meninggalkan Alice yang masih berdiri di depan rumah Kevin.

"Kenapa dia marah? Apa gara-gara semalam? Tapi, itukan hanya dinner biasa". Alice pun berjalan menuju mobilnya dan melaju kerumah sakit.

Di rumah sakit.

Alice sudah disibukkan dengan banyaknya pasien yang berdatangan. Rata-rata pasien Alice datang dari rumah sakit Camron, karena disana sudah penuh makanya dipindahkan kesini.

"Hai Lis". Sapa Justin

"Eh Justin, hai"

"Siang nanti bisa kita makan bersama?". Tanya Justin.

Alice berpikir sejenak.

"Gimana ya? Aku udah ada janji dengan dokter-dokter yang lain, tapi kalau kamu mau gabung juga gak papa"

"Begitu ya, ya sudah, lain kali saja ya"

"Emmm, kalau lusa aku usahain, agar kita bisa makan bareng". Ucap Alice.

"Mmm ok kalau begitu, aku setuju, ya udah aku periksa pasien dulu ya". Justin pun pergi.

Alice mengecek ponselnya mana tau ada chat masuk dari Kevin. Namun, nyatanya gak ada.

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11.30

Di Cafe...

"Jadi kita ketemu di cafe cuma mau bahas perjodohan ini?". Tanya Kevin pada papanya.

"Iyalah, ingat ya, kamu jangan melakukan hal-hal yang nekat, sebentar lagi rekan kerja papa akan datang bersama putrinya Caludy"

Kevin menghembuskan napasnya lelah. Selang 20 menit kemudian rekan kerja papa Kevin datang bersama anaknya Claudy.

"Hallo om, hallo Kevin, ihh kangen". Caludy mencoba memeluk Kevin, namun Kevin menghindar hingga membuat Caludy hampir jatuh.

"Kevin!!". Bentak papa Kevin.

Kevin diam, lalu duduk kembali di kursinya.

"Baiklah, karena kita membahas pernikahan mereka, jadi, jangan ada emosi didalam pembicaraan ini". Ucap papa Caludy mencairkan suasana.

"Siapa yang akan menikah? Aku? Hah? Bukankah waktu itu aku sudah mengatakan kalau aku menolak perjodohan ini?". Ucap Kevin yang mulai kesal.

"Setuju atau tidaknya kamu, pokoknya kalian harus menikah". Ucap papa Kevin yang makin membuat Kevin jengkel.

"Sekarang Kevin tanya sama papa. Yang mau nikah siapa? Kevin kan? Yang menjalani pernikahan itu siapa? Kevin juga kan? Jadi, semua itu hanya Kevin yang bisa memutuskannya, karena ini hidup Kevin". Ucap Kevin tanpa memandang sopan santun.

"Aku papamu Kevin, jadi aku berhak mengatur hidupmu. Apa kamu masih memikirkan Alice? Ya ampun Kevin sadarlah! Camron tidak akan merestui hubungan kalian, Alice adalah anak mereka satu-satunya, jadi itu tidak mungkin untuk kamu memiliki Alice. Camron orang besar, dia pasti akan memilihkan jodoh yang tepat untuk anaknya, dan itu bukan kamu Kevin". Ucapan papa Kevin seakan-akan menampar dirinya.

"Papa merendahkan aku hanya karena aku duda beranak satu? Seakan-akan papa mengatakan seperti itu pada Kevin. Itu melukai perasaanku pa. Walaupun Kevin tidak bisa bersama Alice, bukan berarti Kevin ingin menikah dengan Caludy"

"Apa yang salah denganku Vin? Aku masih muda, keluarga kita bersahabat sejak lama, aku berpendidikan, apa yang kurang dari aku?". Tanya Claudy menanggapi perkataan KeKevin.

"Kamu tidak memiliki kekurangan apapun, kamu sempurna. Tapi, letak kesalahan itu ada padaku, aku tidak mencintaimu"

"Persetan dengan cinta Vin, suatu saat kamu pasti akan mencintaiku, cinta butuh waktu, dan cinta datang karena terbiasa"

"Menurutmu cinta itu butuh waktu, dan cinta juga datang karena terbiasa, tapi tidak untukku. Bahkan bagiku jatuh cinta 5 menit pun cukup buatku untuk merasakan yang namanya cinta"

"Terserah apa katamu Vin, pokoknya kamu harus menikah dengan Claudy, tidak ada penolakan". Ucap papa Kevin bersikukuh.

"Kevin menikah bukan hanya karena Kevin mencintai orang itu, tapi, Kevin juga memikirkan Zayan, anak Kevin pa. Zayan saja tidak menyukai Claudy, lalu untuk apa Kevin menikahinya?"

"Jangan jadikan Zayan sebagai alasan untuk kamu menolak pernikan ini Vin". Bantah papa Kevin.

"Kenapa? Zayan anak Kevin, Zayan suka Kevin juga suka. Zayan gak suka Kevin juga gak suka"

"Tak apa jika Zayan tak menyukaiku, kan kita masih bisa sewa baby sitter". Ucap Claudy dengan santainya.

"Papa dengarkan apa yang dia katakan? Lalu untuk apa Kevin menikahi Claudy jika dia saja tidak bisa mengurus anaknya Kevin?"

"Kamu menikahi Claudy untuk dijadikan istri bukan pembantu"

"Tapi yang namanya mengurus anak itu juga kewajiban istri pa! Bukan baby sitter atau orang lain. Jika Kevin menikah hanya untuk merubah status Kevin atau hanya untuk pajangan, maaf Kevin gak butuh". Kevin pun mulai emosi.

"Kamu masih anggap papa kan? Jadi, tolong terima pernikahan ini"

"Lalu, apa papa pernah memikirkan persaan Kevin? Kevin ini bukan anak ABG lagi pa, Kevin sudah pernah menikah, Kevin sudah 32 tahun. Jadi, Kevin tidak membutuhkan perjodohan konyol ini. Sekali Kevin berkata tidak akan tetap tidak, dan tidak akan pernah berubah". Kevin menatap papanya tajam, dia tidak peduli lagi dengan status bapak dan anak, karena emosi sudah melingkari otak Kevin saat ini.

"Dan ingat satu hal pa, pernikahan bukanlah sebuah permainan. Tetapi, pernikahan adalah suatu hal yang sakral dimana keduanya menerima kekurangan masing-masing dari pasangannya, dan Kevin yakin papa mengetahui makna itu"

*tbc*

Handsome widower in Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang