Angin selalu berhembus, waktu tetap berjalan. Dalam perjalanan waktu malam dan siang selalu bertukar tempat.
Di suatu tempat
"Ely!!"
Suara yang terdengar marah mengisi rumah mungil yang berada di tengah hutan.
"Ely, anak ini!"
Di dalam rumah yang terlihat sederhana, seorang wanita memegang kain pel dengan erat di dalam genggaman nya dan menatap ruangan minimalis yang terlihat sangat berantakan.
Ruangan yang sangat berantakan seakan akan seekor iblis kecil baru saja bermain di dalamnya.
"Hahhh..."
'benar benar iblis kecil!'
Wanita itu menghela nafas panjang dan masuk membersihkan kamar iblis kecil yang terlihat layaknya tempat berperang 2 kerajaan besar.
Disisi lain ketika wanita itu sibuk membersihkan, Seorang gadis kecil yang berada diluar rumah mungil tengah memainkan pedang kayunya bersama kakek tua.
"Pertahankan kekuatan pada genggamanmu!!"
Kakek tua yang memegang tongkat di tangannya duduk di bawah pohon yang rindang sambil memberikan instruksi kepada gadis kecil yang memegang pedang kayu di tangannya.
Keringat bercucuran panas matahari yang menyengat jatuh pada kulit gadis kecil itu yang telah memerah.
Gadis kecil yang tengah berlatih sangat keras adalah putri kecil dari kediaman Celestial, Ert Von Ferosty dengan jiwa Etilly yang telah berada di dalam tubuh itu.
Raut kelelahan dapat terlihat dengan jelas di wajah gadis kecil itu namun tekad yang kuat terus memancar di sepasang mata Ruby gelap miliknya.
"pernafasan yang lembut, biarkan alirannya mengalir rasakan setiap mana yang berada disekitar, kumpulkan mereka pada satu titik di dalam dirimu dan serap mereka secara perlahan.
Etilly mempertahankan postur kuda kudanya memegang pedang kayu yang terasa berat setiap waktunya.
SWUSHH...
Gadis kecil itu mengayunkan pedangnya dengan niat yang membunuh layaknya berhadapan dengan musuh.
Etilly mengikuti setiap instruksi yang diberikan padanya mengayunkan pedangnya dengan gerakan memutar dan mengurangi gerakan yang tidak diperlukan.
Berlatih pedang dan menyerap mana di waktu yang bersamaan membuat tulang tulang di sekitar tangannya merasakan sensasi kesemutan.
Meridian atau jalur energi yang menjadi tempat masuknya mana yang ia serap terasa hangat dan dingin di waktu yang bersamaan.
Penggunaan mana di waktu penyerapan membuat inti jiwa nya sedikit kacau karena kondisi tubuhnya yang dipaksa untuk melakukan 2 hal yang cukup sulit.
Ajaran yang diajarkan oleh kakek tua kepada Etilly adalah ilmu bela diri yang menggunakan pedang sebagai media mana untuk dialirkan.
Tubuh Etilly yang terus menyerap mana membagi 2 aliran mana yang diserapnya.
Aliran pertama akan mengalir dari tubuhnya menuju pedang nya dengan maksud untuk menambah kekuatan dari serangan yang ia lakukan.
Aliran kedua akan mengalir ke Dantian nya sebagai cadangan energi.
Dantian adalah pusat energi, tempat nya menyimpan mana yang telah ia serap.
Layaknya sebuah kolam yang terus terisi dengan mana yang berperan sebagai air.
"Cukup sampai disini"
Kakek tua yang terlihat renta itu berdiri dengan tongkat kayu sebagai penopang tubuh nya agar tak jatuh.
"...."
Tanpa memberikan jawaban Etilly kembali ke postur awal tubuhnya dan memberikan salam penghormatan dengan meletakkan kepalan kecil tangannya tepat di dadanya.
Etilly yang kelelahan menatap langit senja.
4 tahun telah berlalu semenjak ia bertemu dengan kakek tua yang sekarang berperan sebagai gurunya.
Ingatan nya tak begitu jelas namun kakek tua yang berperan sebagai gurunya mengatakan bahwa ia menemukan dirinya tak jauh dari rumahnya.
Saat itu ia dalam keadaan sekarat memegang tangan perempuan pengemis yang juga dalam keadaan sekarat.
Ia tak begitu ingat apa yang telah terjadi namun apapun yang telah terjadi maka terjadilah.
Hal hal yang telah berlalu tak cukup berarti untuk diingat.
Ikatan atau hubungan tak ada dalam dirinya namun sesuatu yang ia yakini berada tak jauh di dalam dirinya terasa membelenggu hatinya.
"Ely, masuk dan bersihkan dirimu"
Perempuan yang memakai apron lusuh memanggil Etilly yang berada diluar rumah berdiri diam tenggelam dalam pikirannya.
"Ya"
Etilly masuk ke dalam rumah yang sederhana itu menyimpan pedang kayu nya di samping pintu yang terbuka.
"Apa malam ini adalah waktu nya?"
Guru tua yang aura keberadaanya begitu tipis dengan begitu tiba tiba berdiri tepat dibelakang Etilly.
"Ya" (눈‸눈)
Kemunculan kakek tua yang begitu tiba tiba membuat Etilly yang sebagian kesadaran masih berada jauh dalam pikirannya menjadi sedikit terkejut.
"Ada apa dengan ekspresi mu?! Apa kau ingin membunuh orang tua ini dengan ekspresi mu!"
"...."
"Ahh~ sama sekali tak bisa di ajak bercanda"
"Tuan, iblis kecil kita tak cukup peka untuk mengetahui bahwa kau sedang bercanda" wanita yang masih memakai apron lusuh keluar dari ruangan yang mengeluarkan asap dari kayu bakar.
Di tangan wanita itu ada 2 hidangan yang dipegang nya dan beberapa hidangan mengikutinya tepat di belakang wanita.
Melayang layang dibawa angin yang halus.
Wanita itu memiliki pengendalian angin dengan sedikit konsentrasi saja ia dapat membawa barang dengan hembusan kecilnya.
"Ciiihh"
Guru tua memanyunkan bibirnya bertindak layaknya anak anak yang menderita di tengah orang orang dewasa.
"Hahaha~"
wanita yang membawa beberapa hidangan bersamanya tertawa kecil dan melihat ekspresi Etilly yang masih sama seperti sebelumnya.
"Katakan" Etilly masih memiliki suara layaknya remaja perempuan pada umumnya namun nada nya sedikit terasa dingin.
"Berhati hati lah, hari ini adalah perayaan perdamaian untuk kekaisaran dan--"
"Aku tahu"
Etilly tak menunjukkan reaksi yang berlebihan untuk menanggapi ucapan dari guru tua.
"Saya akan mengawasi nya tuan"
Wanita yang kini duduk di hadapan Etilly dan menyusun hidangannya dengan rapi bernama lusi.
Lusi adalah wanita pengemis yang diselamatkan oleh Etilly dan wanita yang juga berbaring di samping Etilly ketika di temukan oleh kakek tua.
🍂🍂🍂
Vote dan komennya
(•‿•)
Kalau ada typo atau kesalahan penulisan beritahu author yahh

KAMU SEDANG MEMBACA
the last night
Fantasy*belum revisi* Ert Von ferosty putri malang yang mendapatkan pengabaian dari keluarga nya sendiri. Di malam yang gelap dengan hujan deras dan suara petir yang menggelegar menjadi saksi sang putri Ert Von Ferosty menghembuskan nafas terakhirnya. Jiwa...