13.

19.7K 2.6K 61
                                    

"huhu~ sa-saya pikir a-anda telah pergi" Sera menangis menumpahkan tangisnya sambil memeluk tubuh kecil milik Etilly.

'sa-sakit!!'

Sera memeluk tubuh Etilly terlalu erat membuat luka luka pada tubuh gadis kecil itu kembali terbuka.

"Sa-saya tak percaya anda telah pergi huhu~ la-lalu saya menuruni tebing, sa-saya yakin anda pasti--"

"Ka-kau akan membunuhku" ucap Etilly dengan ekspresi tertahan, perempuan di depannya memberikan pelukan yang terlalu erat.

Membuat luka luka yang telah ia bungkus dengan susah payah kembali mengeluarkan darahnya.

'ahh... Ia akan mati karena kekurangan darah'

(눈‸눈)

"Ti-tidak putri!! Apa yang terjadi pada tubuh anda, huhu~ ini salahku" Sera kembali menumpahkan tangisnya melihat luka luka gadis kecil di pelukannya mengeluarkan banyak darah.

"Ukh..."

Sera dengan panik berlari ke arah koper yang ia jatuhkan di pintu gua beberapa saat lalu.

Kakinya yang juga terluka akibat tertusuk batu saat menuruni tebing membuatnya berjalan tertatih tatih saat meraih koper yang ia bawa.

"Tak ada obat!!huhu~ tak ada obat di Dalam koper ini, putri--"

"Robekan beberapa kain lalu ikatkan ke lengan dan perutku"

"Putri--"

"Dan berhenti memanggilku putri, ukhh... "

Tangan Sera bergetar ketika merobek kain pada gaun yang berada di dalam koper putri Ferosty.

Setelah merobek-robek Beberapa kain Sera menghampiri Etilly dan mengganti kain yang berada di lengan dan perut Etilly dengan kain yang baru.

"Putri--"

"Ukh..., Sudah ku katakan berhenti memanggilku putri!!" Etilly dengan wajah yang menahan rasa sakit mengucapkan penolakan dari panggilan yang di ucapkan oleh Sera.

"La-lalu dengan apa saya harus memanggil--"

"Ferosty--"

"Ti-tidak putri!! Huhu~ bagaimana saya bisa begitu lancang dengan memanggil nama agung anda!!" Penolakan yang keras dapat terlihat di sepasang mata bengkak milik Sera.

"Lalu panggil aku sesukamu. Ukhh.., aku tak menyukai gelar putri yang kau panggil untuk ku" Etilly merasakan tenggorokan nya terasa semakin kering..

Ia telah kekurangan banyak darah membuat tenggorokan nya kering lebih cepat.

Ukh..

"Air! Be-beri aku air" pandangan nya semakin mengabur tenggorokan nya terasa panas dan kering di waktu yang sama.

Sera dengan tertatih tatih berlari ke arah pintu gua yang terdapat beberapa aliran kecil air.

Menengadahnya dengan daun yang cukup besar lalu memberikannya pada gadis kecil yang terbaring lemah di atas tanah.

"Huhu~ bagaimana bisa anda mendapatkan begitu banyak luka dalam satu malam?!!"

Sera bertanya dengan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya.

Seakan bertanya pada angin Sera tak mendapatkan jawaban apapun dari Etilly yang terbaring di tanah.

Etilly menutup matanya tak sadarkan diri segera setelah sera memberikan nya air.

Hari mulai menggelap udara malam terasa dingin.

Sera dengan susah payah mengumpulkan kayu untuk dibakar sebagai perapian mereka.

Banyak goresan yang terlihat di kaki pelayan itu namun seakan tak menyadari luka lukanya Sera dengan tekun memperhatikan api yang berada di depannya agar tetap menyala.

'Gadis kecil disampingnya harus tetap hangat'

Sera, pelayan itu mengabaikan rasa sakit yang ia rasakan dan dengan tekun mempertahankan nyala api dari perapian yang berada di depannya.

🍁

🍁

🍁

Mansion grand duchy

Matahari menyinari mansion grand duchy Memberikan kehangatan nya pada mansion yang terasa dingin itu.

Namun seberapa terang sang mentari memberikan sinarnya tempat itu tetap terasa dingin.

Suasana mansion grand duchy entah mengapa terasa sesak setiap kali seseorang menarik napas nya.

Grand Duke Celestial telah duduk di ruangannya memeriksa beberapa dokumen yang berada di meja nya.

'ia melakukan pekerjaan nya seperti biasa'

Grand Duke Celestial, Ert Vonrest Celestial menatap tumpukan kertas di atas mejanya dengan tatapan membosankan.

Ia akan melakukan pekerjaan nya seperti biasa namun perasaan menjengkelkan membuatnya enggan untuk membaca bahkan melihat tumpukan dokumen di depannya lebih lama lagi.

Duke Celestial mengalihkan tatapannya dari tumpukan dokumen menatap pintu yang berada tak jauh darinya.

Tatapan nya yang tajam seakan menanti seseorang untuk membuka pintu besar yang berada dalam pandangan nya.

Namun seberapa sabar ia menunggu pintu yang berada di depannya tak akan dibuka oleh seseorang yang ia nantikan.

Anak kecil yang selalu berlari ke arahnya sudah tak ada lagi.

Ia seharusnya merasa senang namun sesuatu yang aneh terus berkembang di dalam sana.

Sangat aneh sampai terasa menjengkelkan.

🍁🌳🍁🌳🍁🌳

Di chapter ini mungkin agak flat namun bagian seru menunggu di beberapa chapter kedepannya.

Jangan lupa tinggalin jejak yahh dan sampai jumpa di chapter berikutnya.


the last nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang