12 - Pemaksa

591 62 2
                                    

"RANIA , kita duluan ya!" teriak seorang siswi berambut sebahu, melambaikan tangannya berpamitan pada Rania teman sekelasnya.

Rania mengangguk kala dirinya tertinggal di kelas sendirian. Piket sudah selesai, dirinya menjadi siswi terakhir keluar karena harus mengembalikan jurnal terlebih dulu. Kedua sahabatnya pulang duluan, saking lamanya menunggu Rania piket. Sahabat laknat seharusnya di buang ke laut, tapi Rania sayang mereka.

Ia masih berusaha mengunci pintu kelas agar tidak bebas di masuki oleh siswa lainnya. Kunci di sediakan oleh pihak sekolah, di wajibkan jika pulang sekolah mengunci kelas.

Tugasnya selesai, tinggal pulang. Ia menunggu Karel untuk di ajak pulang bareng. Dari minggu sebelumnya, Karel sering mengajaknya berbarengan ke sekolah. Menjemputnya di pagi hari kemudian pulang bareng di sore hari.

Sesekali banyak siswa menyapanya kala melewati koridor kelasnya. Mereka termasuk seangkatan Rania. Saat Rania menjadi trending topik sekolah, tidak ada yang menyapanya jika berpapasan dengan mereka. Mungkin karena kelewat kesal idola mereka dekat dengannya. Tapi setelah mereda situasi kembali baik.

"Ra, belum pulang?" Gladys datang dari balik pintu kelas IPS. Rania sengaja melewati banyak kelas agar tidak bosan menunggu Karel yang lama.

"Eh Dys, ini sekarang mau pulang."

Gladys mengangguk, kelasnya masih ramai di huni. "oh. Tumben lewat sini, biasanya gak pernah."

"Pengen aja sih," jawabnya asal.

"Lo belum pulang? Kelas lo rame amat," komentar Rania menengok kelas Gladys penasaran akan kegiatan mereka.

"Ada tugas kelompok jadi belum bisa balik. Tuh, kelompok lain juga ikutan buat di sekolah biar rame sekalian bagi-bagi pendapat." terdapat tiga kelompok yang berjejer duduk di depan kelas. Di lantai berserakan berbagai macam kertas dan alat tulis, gunting, pita.

Rania menebak mereka sedang membuat tugas seni budaya atau tugas lain yang mengharuskan menggunakan bahan tertentu. Rania juga pernah dapat tugas semacam itu, alhasil kelasnya sering kotor ketika selesai membuat mereka tidak mau membersihkan.

"Iya udah Dys, gue pulang ya. Takut ganggu," kata Rania merasa sudah membuang waktu Gladys.

Gladys tersenyum manis menampilkan lesung pipinya. "Gak papa, gak ganggu sih. Kalo lo mau pulang ya udah, hati-hati Ra."

Rania meninggalkan kelas Gladys. Berjalan santai menuju tempat parkir, ia yakin Karel belum di sana. Sedang bermain game dengan kawannya, itu pasti.

Ia sudah di lantai satu yang sepi. Kegiatan sekolah sangat minim, karena ekskul di adakan sabtu. Palingan cuma latihan tim basket saja yang kadang melakukan kegiatan seusai pembelajaran selesai.

Sebelum sampai parkir, Rania bertemu Rama ketua osisnya di sana. Mereka mengobrol sebentar.

"Lo balik bareng siapa?" tanya Rama pada Rania.

Rania kaget, tidak biasanya Rama akrab dengannya. Biasanya sekedar bertanya tentang osis, atau mengobrol hal lain.

"Bareng temen," bohongnya, yakali bilang bareng Karel nanti gagal deh pdkt.

"Mau balik bareng gak?"

Demi kepala adudu yang kotak-kotak, kejedot dimanakah Rama!?

Jantung Rania tidak aman sekarang. Sudah lama menanti momen ini, sejak kelas sepuluh bayangkan. Baru terbayar sekarang, gak akan di sia-siakan.

"Boleh kak?" tanyanya basa basi padahal mau banget kan.

Rama mengangkat jempolnya. "boleh lah ngapain enggak,"

RANIA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang