Note : Harap kalo udah baca sempatkan jari kalian untuk vote dan komen beb. Gak sampai satu menitan kok, paling 25 detik. Berusaha hargai karya penulis pemula ataupun penulis yang udah pro.😎
Harap tinggalkan jejak kalian👣👣
Komen👉
_____
"SELANJUTNYA untuk yang akan lomba debat setelah ulangan umum bisa minta formulir pendaftaran sama Rania," jelas Rama mengintruksikan kepada peserta yang akan mewakili lomba di bidang akademik dan non akademik.
Para peserta kompak berkumpul di aula setelah ada pemberitahuan terlebih dahulu dari ketos mereka. Semua ambil bagian dari semua kelas. Ambil bagian di bidang yang mereka kuasai. Setiap tahunnya tentu akan ada perlombaan antar sekolah atas dasar silaturahmi atau menguji kemampuan siswa mereka. Sekolah akan berlomba-lomba mengirim siswa berprestasi untuk tampil di medan peperangan.
Bagi sekolah yang membawa banyak tropi kemenangan, akan mendapatkan gelar sekolah terbaik. Kali ini SMA Darmawangsa harus tetap mempertahankan gelarnya sebagai sekolah terbaik. Tak hanya yang berprestasi saja ikut serta, siswa bad boy kadang di embat juga. Tidak main-main memilih karena mereka juga unggul di bidang non akademik.
Rania kembali mewakili sekolah dalam lomba debat tahun ini. Biasanya di lakukan setiap enam bulan, tapi karena ini lomba yang berbeda dari tahun sebelumnya. Ada juga partner yang akan menjadi kelompoknya dalam debat nantinya. Di pilih berdasarkan kemampuan berbicara logis dan mampu membuat musuh mati kutu.
Rama terus memberikan informasi untuk di mengerti kembali oleh peserta lomba lainnya. Geri, sang wakil osis sibuk membagikan formulir pada siswa lomba non akademik.
"Lomba kali ini di adakan di SMA Pujangga. Kalo mungkin ada yang punya teman di sana bisa di tanyakan informasi lainnya mengenai lomba, karena mereka lebih banyak tahu tentang lomba yang akan di gelar."
"Silahkan kalian mulai berdiskusi sebentar sambil istirahat,"
Mereka mengangguk. Akhirnya terdengar suara-suara bincangan di aula. Rania sedang membagikan formulir pada calon peserta debat yang belum di seleksi. Mereka mendaftar di dalam sekolah dulu, lalu di seleksi barulah mendaftar kembali ke panitia pelaksana lomba. Rania yang sudah lulus tanpa seleksi telah mendaftar kemarin.
"Seleksinya kapan kak kalo boleh tahu?" Salah satu peserta putri bertanya atas usulan temannya yang belum berani bertanya. Rania punya aura menyeramkan jika wajahnya datar. Apalagi kalo sudah menyangkut jabatan osisnya.
"Belum tahu. Belum di info sama penyeleksinya," sahut Rania jujur. Ia belum tahu siapa penyeleksi nanti karena sepertinya setiap tahun di ganti-gantian. Tahun lalu saja ada dua penyeleksi setiap bulannya.
Rania merobek secarik kertas lalu menulis sesuatu di sana, "nih kalian simpan no wa saya, nanti chat aja kalo perlu. Sekalian kalian bisa buat grup dan di sana saya kasih info untuk lombanya."
Salah satu dari mereka mengambil kertas itu. Menyimpannya di saku rok. Kemudian mulai duduk kembali agar tidak mengganggu kegiatan Rania yang masih menyebar formulir. Pesertanya banyak, tapi perlu di seleksi juga.
Paula berada di depan bersama osis inti lainnya. Mendiskusikan hal yang perlu di diskusikan. Menjadi osis bukan untuk gaya-gayaan. Tapi dilihat dari tanggung jawab mereka yang tiada duanya. Mereka di pilih atas penilaian guru-guru mengenai kinerja kerja mereka. Osis ibarat tangan kanan guru di sekolah. Mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan sekolah. Ulang tahun sekolah, Graduation kakak kelas, lomba-lomba, di tunjuk ke sekolah lain kadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA [Terbit]
Fiksi Remaja[Sudah terbit dalam bentuk e-book, tersedia di Playstore dan Playbook. Silahkan klik link pembelian e-book pada tautan yang sudah tersedia.] __________ "Gini ya rasanya punya pacar yang suka cosplay jadi kulkas berjalan." "Ish kak Ages udah satu jam...