Sore~~~
Jam berapa kira-kira kalian baca part ini?
Masih suka ga cerita ini?
Mau setia bareng Rania sampai ending?
Mau nunggu sampai Ages peka? (Ga mungkin) mungkin kalo dia punya perasaan.
Siap baca??? Happy Reading!
_____
KEDAI es krim menjadi pelampiasan kegalauan seorang cewek di hari yang panas ini. Hatinya panas, hingga harus menerima sedikit tidaknya asupan es krim yang mengandung rasa manis dan segar. Rania sengaja datang sendirian karena kedua sahabatnya akan memorotinya jika ikut ke sini. Kedainya agak ramai dan juga sangat populer di kalangan anak muda.
Tempatnya nyaman dan soft untuk para penyuka es krim. Ia memesan satu es krim rasa vanilla dan satu es krim rasa buah-buahan. Duduk dekat jendela yang berisi berbagai hiasan unik. Rania mengeluarkan ponselnya untuk memotret interior kedai.
Sama seperti pengunjung lain mengabadikan momen di sana.
"Permisi, ini pesanannya," pelayan membawakan dua cup ukuran jumbo sesuai pesanan.
"Terima kasih mbak!" balas Rania menerima dua cup tersebut. Ia akan menghabiskan keduanya meski banyak, demi menghilangkan rasa galau dan gelisah.
Pelayan langsung pergi dari hadapannya dan membiarkan Rania menikmati pesanan. Sembari menikmati pesanan, ia juga menikmati lagu yang mengalun merdu di kedai. Yummy–Justin Bieber menemani dirinya. Sangat cocok untuk mengiringi acara makan es krim.
Sedang asiknya menyuapkan sesendok es krim, Rania dikejutkan dengan kedatangan Vito di depannya dengan seragam sekolah masih di pakai cowok itu. Di balut jaket kulit hitam. Rania juga masih mengenakan seragam putih abu-abu.
"Uhuk ... Kak Vito ngagetin!" Rania tersedak.
Vito tertawa ringan dan menatap Rania seakan meminta maaf, "sorry. Asik banget makan es krim, lagi galau nih?"
Cowok ini membaca pikirannya. Rania bergumam saja dan mengangguk tanda ia memang mengatakan dirinya galau. Tidak di tutupi.
"Kemana aja kak kok gak pernah kelihatan?" Di sekolah jarang Rania menemukan cowok itu.
"Belajar buat ulangan bareng-bareng sama yang lainnya. Nongkrongnya di kelas aja," ucap Vito. Belakangan ini ia sibuk dengan buku dan juga rutinitasnya.
Setelah berucap begitu, Vito beranjak memesan es krim kemudian kembali duduk di tempat tadi. Ia tidak menyangka bertemu dengan Rania di sini. Jarang ia masuk kedai ini kalo bukan karena mamanya minta di belikan es krim. Sekalian ia menikmati harinya di sini dengan Rania.
Es krim pesanannya datang cepat. Ia memesan ukuran sedang dengan rasa coklat campur Oreo.
"Kak boleh tanya?"
"Tanya apa?" Vito menyesap sendok es krimnya. Terlihat imut di mata Rania.
Rania sedikit ragu, "itu, kak Ages juga ikut belajar?"
"Sejak kapan perhatian sama dia?" Vito membalikan pertanyaan. Ia sadar ada maksud dari pertanyaan itu. Vito tersenyum samar-samar.
"Bukan. Nanya aja bukan perhatian."
"Serius? Bukan suka sama dia?" Secepat itu kesimpulan Vito mengenai hati Rania. Insting cowok itu lebih tajam dari siapapun juga.
Seperti pernyataannya di kelas saat bersama Paula dan Amanda, ia benar-benar mengungkapkan bagaimana isi hatinya. Tertarik dengan Ages, ia terkena boomerang dari kata-katanya. Memantapkan hatinya, ia mulai bicara.
"Aku gak tau kak, tapi kalo suka aku bilang iya. Aku suka kak Ages tapi belum yakin," cicitnya. Sekiranya ia terngiang-ngiang dengan cinta pertamanya di bangku SMA. Bagaimana ia percaya Rama adalah cintanya yang pertama dan akan ia perjuangkan.
Tapi Ages datang dengan dunianya dan membawa Rania terjerat.
Vito berdehem, "cinta pertama bukan patokan untuk kisah percintaan kita. Kamu bisa jatuh cinta kapan saja dan dengan siapa aja. Gak peduli mau dia pertama ataupun terakhir tapi kalo udah cinta, perjuangkan," jelas Vito menasehatinya.
"Aku coba ya kak,"
Rania tidak sadar telah menghabiskan satu setengah es krim dari dua cup jumbonya. Ia menyelesaikan urusan hatinya dengan Vito dan es krim. Hatinya membaik atas saran dari kakak kelasnya.
"Gak salah mencoba berjuang walau nanti sakit. Setidaknya kamu tau rasanya sakit meski kemungkinan akan bahagia."
"Bener juga. Makasih ya kaka nasehatnya!" Rania memekik gembira. Ia telah kembali memantapkan hatinya memilih siapa.
Tanpa sadar bibirnya belepotan dengan es krim. Vito menggeleng cepat sambil mengambil tisu dan mengelapnya dengan pelan. Rania tersenyum, ia merasa dapat perhatian dari Vito seperti seorang kakak.
"Nanti pacar kakak marah," Rania menepisnya.
"Gak punya pacar."
"Terus Risa siapa kakak?" Ia perlu tahu hubungan rivalnya itu dengan Vito.
"Sepupuan doang."
Rania agak terkejut ketika Vito memiliki hubungan keluarga dengan Risa si cabe. Tapi ia tidak peduli, hatinya membaik itu saja yang ia pedulikan. Melihat Rania tersenyum Vito senang. Jauh dalam lubuk hatinya ia tidak rela Rania menyukai Ages, karena Vito memiliki perasaan pada gadis di depannya.
Meski begitu, ia tidak ingin egois. Biarlah Rania memilih cintanya.
Namun, dari luar kedai seorang gadis SMA memotret kejadian Vito mengelap sudut bibir Rania tadi. Ia tersenyum senang dan menyeringai.
"Dasar jalang!"
_____
TBC.
Ketebak siapa yang motret?
Vito sini sama aku yuk!
Jangan lupa kalian vote dan komen☺️☺️

KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA [Terbit]
Fiksi Remaja[Sudah terbit dalam bentuk e-book, tersedia di Playstore dan Playbook. Silahkan klik link pembelian e-book pada tautan yang sudah tersedia.] __________ "Gini ya rasanya punya pacar yang suka cosplay jadi kulkas berjalan." "Ish kak Ages udah satu jam...