13 - Semua Ribut

621 56 1
                                        

Hai, udah baca part sebelumnya gak?

Ohiya kalo ada banyak typo di part sebelumnya bisa kasih tanda ya, komentarin di sana. Soalnya gak langsung revisi.

Nanti kalo udah ada waktu revisi, akan di perbaiki kata-katanya biar rapi.

_____

PEMANDANGAN snack berjejer di sepanjang rak Indomaret. Berbagai macam jenis snack terpajang rapi berdasarkan mereknya. Lalu lalang pembeli mengitari luasnya Indomaret, membeli produk barang makanan, kebutuhan sekolah, kebutuhan anak-anak dan camilan. Rania sedang memilih camilan untuknya menonton drakor. Mengambil keripik singkong rasa balado dua bungkus, wafer tango coklat, dan sejumlah camilan lainnya masuk ke keranjang.

Anara, mamanya juga ikut membeli keperluan memasak di rumah. Mengelilingi rak penuh sayuran dan daging serta bumbu dapur.

"Ma, mau masak apa? Lama banget milihnya," keluh Rania selesai memilih camilan mencari mamanya. Keranjang belanjaan Anara masih kosong, hanya sayuran saja yang masuk di sana.

Anara masih tidak bergeming memegang satu daging ayam, satunya lagi daging sapi. Menatap mereka bergiliran.

"Ma!"

"Apa!?" Anara membentak Rania kala di ganggu saat sedang pemilihan daging.

"Lama banget belanjanya,"

"Bingung mau masak apa sekarang. Daging ayam apa sapi?" menunjuk kedua daging di tangannya memakai isyarat mata.

Rania segera mengambil daging ayam memasukannya ke keranjang lalu menaruh daging sapi di tempatnya lagi. "daging ayam aja, susah banget kayaknya milih menu makan. Aku bebas mau makan apa aja,"

Mamanya sering ribet memilihkan resep masakan di rumah. Apalagi libur kerja, mamanya akan berkutat di dapur seharian mencoba banyak resep makanan atau dessert untuk di santap. Abas, papa Rania cukup jarang di rumah karena bekerja di luar kota. Jikalau di rumah mamanya akan lebih ekstra memasak banyak jenis makanan. Lebih baik papa jangan pulang.

"Tapi kemarin juga makan ayam kan?"

"Gapapa ma, aku makan apa aja mau kok."

"Mama buatin adonan semen mau kamu makan?" tanya Anara menyunggingkan senyum manis nya pada sang putri terlihat menggoda.

Rania mengeluh, "duh gak jelas banget mama ih."

"Kamu tuh gak jelas juga," kata Anara tidak mau kalah pada anak tunggalnya.

Tidak mau ribut lebih lama, Rania segera mengajak mamanya ke kasir membayar total belanjaan. Di sana masih saja mama mencari gara-gara agar bisa berdebat kecil dengan sang anak.

"Kamu beli camilan banyak gini buat apaan?" tanyanya setelah mbak kasir mengeluarkan semua camilan Rania dari keranjang. Mengecek setiap harganya.

"Buat makan ma, gak mungkin buat ngepel."

Mbak kasir tidak bisa menahan tawanya mendengar perdebatan kecil antara anak dan orang tuanya.

"Balikin lagi setengahnya!"

Ini mah bikin malu namanya kalo di kembalikan setengahnya, sudah di hitung harganya oleh mbak kasir.

"Bikin malu kalo di kembalikan ma," tolak Rania, mbak kasir terus menyimak sambil menunggu di bayar totalnya. Tidak bergeming, lagian tidak ada antrian di belakang keduanya.

"Malu apanya? Tinggal taruh lagi terus udah kamu balik ke sini. Gak ada yang ketawain kamu," Anara bersikukuh ingin mengembalikan camilan Rania setengahnya.

RANIA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang