15 - Kehilangan

777 55 8
                                    

Udah baca sampai part ini? Makasih, semoga tetap stay di cerita ini ya. Kalaupun kalian bosen gapapa kok kalian ninggalin aku😥, hehe canda.

Cuma mau bilang, kalo prolog nya di revisi sedikit. Kalo ada yang ngeh pasti tau kesalahannya di mana. Biar gak keterusan salah, aku perbaiki. Kalo mau baca ulang bagian prolog gaskan beb,

Aku tunggu notifikasi vote dan komen kalian ya di sini👉

Cerita ini berapa persen menurut kalian rankingnya?

10%-30%

40%-70%

80%-100%

_____

BAHAGIA. Kata itu keluar dari lubuk hati Rania paling dalam. Menciptakan kesenangan yang tiada banding di hidupnya. Akhirnya, Ages berhenti secepat itu menjauhinya. Terbukti saat cowok itu tidak menegurnya saat berjalan ke kantin tadi. Rania memeluk pilar tanpa malu melupakan kebebasannya seperti orang gila. Adik kelas lewat di hiraukan, memperhatikannya layaknya tokoh utama.

Rania berjalan pelan-pelan, setelah acara pelukable dengan pilar besar. Sekarang ia bisa leluasa di sekolah, Ages akan berhenti memberinya pengaruh negatif di sekolah karena dekat dengan cowok itu.

Di sela perjalanan, Rama juga berpapasan dengannya. Kesempatan Rania meminta maaf atas kesalahannya kala Rama mengajaknya pulang bersama, malah Ages memaksanya pulang bersama.

"Kak Rama," panggilnya sambil mengumbar senyum manis.

Rama menepi, menghampiri Rania yang memanggilnya, "kenapa Ra?"

"Maaf ya kak waktu ngajak pulang bareng, malahan gak jadi." Rania juga menjelaskan alasan kenapa ia meninggalkan Rama saat itu, mengatakan Ages memaksanya untuk pulang bersama.

Rama menerimanya, "gapapa, ternyata isu lo dekat sama Ages bener," ungkapnya hingga wajah Rania berubah muram.

"Cuma isu gak bener. Kita gak sedekat itu, cuma ya ... opini netizen sekolah aja."

"Kalo deket beneran juga gapapa, soalnya si Ages sering di bilang gay karena gak mau sama cewek." Rania berekspresi heran, Rama banyak tahu tentang Ages.

"Kakak satu kelas sama kak Ages?"

"Iya," katanya pendek.

Pantas saja Rama mengenal Ages, mereka ternyata satu kelas dengan cowok pemaksa itu.

"Itu aja kan yang mau di bicarakan?"

Rania mengiyakan, "iya."

"Okeh. Duluan ya mau ke kantin," pamit Rama.

"Semoga langgeng sama Ages," sambungnya memberikan senyuman termanis yang tidak pernah Rania lihat sebelumnya.

Kepala cewek itu mendadak pening karena pembahasan Rama. Setenar itu memang si cowok pemaksa, Rania kira Rama tidak tahu berita itu. Ketos idaman Rania itu sering kali sibuk di luaran sekolah.

"Mendadak gue pusing ngurusin para cowok tamvan, resiko jadi cewek cantik."

_____

RANIA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang