02 - Sidak

946 111 9
                                    

Ada yang masih jomblo gak beb? Kalo ada berarti sama dong kita.

Jangan lupa vote sama komen banyakin beb biar dapet jodoh. Spam komen di setiap paragraf juga boleh.

Spam emoticon kesukaan kalian di sini👉

Ingat doa sebelum membaca biar gak kebanyakan baper ...

_____

HARI menjelang sore menanti malam tiba. Rania siap pulang bersama Karel atas paksaan cowok itu. Dua curut sudah pulang duluan gegara di telpon mama masing-masing. Kalo saja Amanda tidak teriak sekeras toa di pastikan Rania sudah di rumah. Karel memergokinya di sana lalu mengajak pulang bersama, ya kabar baiknya teman Karel tidak tahu keberadaan Rania. Bisa mati gaya nanti di depan kak Vito calon gebetannya.

"Anjir Karel babi lama amat!"

Ia menunggu di luar gerbang saat Karel masih mengambil motor di parkiran sekolah.

"Ngambil motor serasa ngambil hati orang. Lama bener!"

"Tau gitu gue pulang bareng si Afri aja." tadi Afri lewat di depannya mengajaknya pulang bersama. Sayang di tolak Rania karena menunggu Karel.

Rania terus-menerus melirik jamnya sambil mendumel. Kakinya pegal-pegal berdiri setengah abad di sana. Untung daerah sekolahnya aman sentosa kalo saja ada preman mangkal pasti sudah habis Rania.

"Karel babi!"

"Lelet banget!"

"Mana kaki pegel, capek lagi si babi lam ... ANJIR BANGSAT!" tolong di kondisikan bibirnya Rania tuhan. Mohon jangan di tiru teman-teman sekalian, tidak sopan.

Sial, sekujur tubuh Rania basah karena cipratan air kotor dari kubangan jalan. Baju putihnya beserta rok abu sudah berubah kecoklatan. Baunya sangat tidak nyaman. Insiden ini di akibatkan oleh si pembawa motor ninja putih. Seorang cowok pula.

"Woi bangsat bawa motor yang bener dong!"

"Kalo gak bisa bawa motor mending nyeker aja deh!"

"WOI BUDEK MINTA MAAF KEK!"

Motor itu kian menjauh dari pandangan, menyisakan angin dan asap kendaraan. Rania apes! Memang jaman sekarang gak ada yang punya tata krama untuk sekedar minta maaf.

"SETAN MATI AJA LO!"

"WOI!"

"Setan gak usah teriak!" hampir Rania merjungkal ke belakang karena Karel meneriakinya tepat di sampingnya.

"Lah lo ngapain teriak?"

"Noh ada cowok bawa ninja gak bisa pelan bawa motor. Baju gue jadi kecipratan air kubangan."

Karel menatap adik sepupunya sedih, sungguh terlalu. "anak sekolahan mana?"

"Anak sekolahan kita,"

"Motornya warna apa?"

"Putih,"

Karel serasa mengenali motor itu, mungkinkah?

RANIA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang