Sedang apa kalian di rumah???
Maaf ya update nya baru hari ini, kesibukan menonton film, drama, jadi mager nulis😀
Setelah nonton Bad Genius The Series, aku lagi lanjut nonton Unforgettable Love drama China bergenre romantis. Coba deh kalo belum nonton, kalian tonton aja di jamin baper deh.
Kalian ada rekomendasi film, drama romantis lainnya gak?
Jangan yang genre horor atau mengandung Gore ya, soalnya aku gak suka dan gak berani nontonnya.
Dah ah, lanjut baca yuk!!!
_____
KICAUAN burung kalah dengan bisikan dan pekikan siswa di lorong koridor sore ini. Sekitar jam 14.12 pm siswa sudah di pulangkan dari berbagai kegiatannya di sekolah. Meski masih ada yang akan berada di sekolah untuk melakukan kegiatan lainnya selain belajar. Di sudut-sudut koridor banyak sekali siswi yang bergerumun membentuk kelompok memandangi dua insan beda jenis di depan kelas.
Tak ayal mereka melontarkan bisikan dan pekikan kala sebuah adegan terjadi dengan dua insan itu. Untuk para kaum Adam memilih menepi untuk mencari jalan pulang, menghiraukan kelakuan murid cewek yang sedang bergosip.
Siapa lagi kalo bukan karena interaksi antara Ages dan Rania di depan kelas XI IPA 1. Awalnya Rania ingin pulang melewati kelas-kelas yang berjarak tidak jauh dari kelasnya. Situasi masih aman. Lalu, Ages datang menyambut tangannya, menarik paksa mengajak pulang. Terjadilah tarik menarik hingga cek-cok mulut yang di saksikan siswa di sana.
"Lepas gak!?"
Ages tetap kukuh memegang lengan Rania paksa. Sudah tidak peduli ia jadi bahan obrolan dan tontonan.
"Lepas kak!"
"Dibilangin lepas!"
Rania tidak kuasa menahan kesal dan emosional di dirinya. Melepaskan cekalan Ages bukan perkara mudah. Tangannya sudah sebesar raksasa, tangan gadis itu hanya sebatas lidi sapu saja.
"Makanya pulang bareng," bujuk Ages santai.
"Gak bisa kak! Gue mau kerja kelompok!"
"Bohong,"
Oh lord. Rania benci di tonton seperti ini. Ia tidak suka. Tapi lihat cowok di depannya malah santai tiada resah. Ingin ia colok mata cowok itu jikalau tidak ada hukum menyakiti fisik seseorang.
"Kak, ayolah!" Pinta Rania mengeluarkan perkataan lirihnya memohon agar tidak dipaksa terus.
"Stop maksa, gue mau pulang bareng Karel aja."
Tidak di lepaskan juga, "Karel udah balik."
"Gue bilang sama Karel kalo kakak maksa-maksa gue!" Ancamnya membawa nama Karel demi di lepaskan dari sang es batu.
"Gue udah izin sama dia."
Rania menganga. Padahal saat itu Karel membatasi Rania mendekati atau didekati sahabat es nya. Tapi dengan jurus apa Ages bisa meluluhkan hati milik Karel?
"Kak!"
"Kak kita di liatin!" Lirihnya menunduk ketika ada yang menatapnya intens seperti memberikan sengatan sinar laser.
"Makanya, biar gak di liatin. Pulang bareng," tidak ada tawaran lain. Cowok ini memang sangat pemaksaan dalam segala hal.
Dengan berat hati demi reputasi dan rasa malunya. Rania menyentak tangan Ages dan mengangguk seraya berjalan menjauhi kerumunan yang menonton adegan kurang faedah.
"Oke pulang bareng!"
Teriakan Rania membuat Ages mempercepat langkahnya menyusul sang gadis. Tidak melewatkan kesempatan yang telah di berikan. Cowok itu mengedikan bahunya heran, ia segila itu membujuk Rania.
______
Bukannya pulang Rania, terdampar ditempat yang tidak ia sukai sama sekali. Sebuah tempat yang sangat sunyi, jejeran lemari tinggi ada di sana sini, buku bertumpuk nyaman di tempatnya, meja dan kursi di tata sedemikian rupa. Kalian bisa menebak ruangan ini.
Perpustakaan daerah yang pusatnya dekat dengan taman kota dan taman kanak-kanak. Rania mendengus malas di sudut ruangan memangku tasnya di dada. Dikiranya ia akan pulang dengan hati senang sampai rumah. Tapi Ages menjawabnya ke tempat membosankan ini. Itu menurutnya bukan menurut cowok es batu.
"Kak, katanya pulang!?" Mulut Rania lebih sering ngegas di dekat cowok modelan tembok itu.
Ages bersandar di rak tinggi sambil membaca sebuah buku tebal bersampul biru dongker. "Sebelum pulang belajar di sini dulu."
Mending gue tidur daripada di perpustakaan sebesar ini!
"Udah belajar di sekolah kan? Pulang ajalah kak," ajak Rania merengek tidak suka dengan tempatnya. Ia alergi terhadap perpustakaan. Sering ingin muntah melihat banyaknya buku di depannya berjejer rapi dengan berbagi warna dan tipe.
"Temenin dulu."
"Heh!? Suruh yang lain aja nemenin kenapa sih!?"
"Maunya sama lo. Biar sekalian kita dekat," ucapnya.
Dih, dikira Rania akan luluh dan berbunga-bunga apa. Andai Rama yang mengucapakan sepenggal kata itu pasti Rania senang hati masih di sini menemaninya membaca buku hingga lusa pun gak apa-apa.
"Ogah deketan sama kakak, gak suka!"
"Udahlah mau pulang!" Rania meninggalkan sudut ruangan, keluar tanpa menoleh sang penjaga perpustakaan.
Ages segera menaruh bukunya, mengejar cewek itu yang jalanya secepat siput. Ia salah mengajak Rania ke tempat ini, ia kira cewek itu akan suka.
_____
"Tunggu dulu!"
"Kenapa lagi!?" Rania menghentakkan kasar kedua kakinya di pijakan parkiran perpustakaan yang luas.
Ages menahan pergelangan tangan Rania lagi, "oke kita pulang."
"Dari tadi kek!"
Masih nyaman dengan posisi mereka yang tidak terlalu dekat tapi bertatapan. Ages bisa melihat kekesalan di wajah Rania.
"Ngapain sih kakak ngajakin gue ke sini?"
"Buat pdkt sama lo,"
Kedua kalinya Rania menganga lebar. Perpustakaan adalah tempat paling tidak romantis untuk pdkt. Ya kalo Rania suka membaca itu sih bakalan romantis. Semburat merah di pipi Rania keluar bersamaan saat Ages menariknya untuk menaiki motor.
Ages gagal pdkt.
_____
TBC.
Note : jangan lupa vote dan komen kalo kalian sudah baca. Walau part-nya pendek usahakan untuk menghargai karya penulis.

KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA [Terbit]
Teen Fiction[Sudah terbit dalam bentuk e-book, tersedia di Playstore dan Playbook. Silahkan klik link pembelian e-book pada tautan yang sudah tersedia.] __________ "Gini ya rasanya punya pacar yang suka cosplay jadi kulkas berjalan." "Ish kak Ages udah satu jam...