10 - Sedikit Mereda

631 62 0
                                    

BERHARI hari Rania dan Ages masih jadi buah bibir penghuni sekolah, guru-guru, penjual kantin, tukang kebun, satpam. Belum ada yang percaya Ages memiliki hubungan dekat dengan seorang gadis, keseringan di kira gay karena menjomblo selama dua tahun di SMA. Setiap Rania berjalan di koridor, ada saja yang berbisik-bisik menggunjingkannya. Mengatakan hal tidak wajar, menuduh Rania menggaet Ages dengan pelet.

Kupingnya seakan tebal menerima segala perlakuan para adik kelas maupun teman seangkatannya. Mata mereka tak akan lepas jika Rania lewat di depan mereka, seperti seorang artis naik daun.

Beruntung teman sekelasnya selalu mendukung Rania, tidak ikut menggunjingkannya. Semua dari mereka turut membantunya untuk terhindar dari mulut pedas lambe sekolah yang juga menyerang Instagram nya. Berbagai komentar kebencian memenuhi kolom komentar pada postingan Instagram-nya.

Sekali lagi ia menghela nafas memasuki kelas sehabis dari ruang guru.

"Gurunya masuk gak?" Afri menodong Rania dengan pertanyaan.

Afri menyuruhnya memanggil guru Matematika karena ada jam pelajaran di kelas mereka, berhubung Rania piket.

"Belum ada, kata Miss Sheya palingan datangnya setengah jam lagi."

Sontak mereka bersorak senang. Berharap guru matematika tidak hadir hari ini. Rania kembali ke bangkunya sambil mengambil buku paket matematika untuk di pelajari lebih lanjut.

"Jadi kan lo buat akun ig baru?" tanya Amanda menaikan alisnya.

Sebelumnya Rania telah banyak bercerita pada kedua sahabatnya tentang Ages. Di mulai dari insiden kecil saat pertama bertemu, cincin, sidak, dan masalah follow memfollow juga. Mereka akhirnya mengerti jika masih terjadi kesalahpahaman sepihak dari kejadian ini. Mengira Rania benar-benar punya hubungan dengan idola sekolah mereka.

"Gak ah males gue, udah stuck sama yang ini."

"Fansnya ageslovers udah sepi di postingan gue," sambungnya.

"War banget dah fansnya, pakai acara nyerang lewat sosmed segala." gerutu Paula menyalahkan kelakuan fans aneh Ages. "untung lo gak di labrak langsung. Gak berani tuh sama osis."

"Kalo main labrak, sama aja cupu."

"Nangis entar," ledek Gara di belakang mereka bersama Afri bermain game.

Amanda menjitak kepala Gara tepat di dahi membuat cowok itu mengadu kesakitan. "sakit ogeb!"

"Biasain tuh mulut, ajakin les biar gak asal ngomong!" sentak Paula memarahi Gara.

"Jauhin tangan lo, bau!" menggeser tangan Amanda menjauh dari wajahnya, Gara berfokus pada gamenya. Amanda mencakar pipi Gara karena kelewat kesal di ledekin.

"Sakit bego," keluh Gara mematikan ponselnya berhenti bermain. "titisan nek lampir!"

"Cantik gini lo bilang nek lampir!?"

"Ngaca!"

"Awas, gue mau pindah!" Rania menggeser dirinya keluar menuju bangku depan. Konsentrasi belajarnya buyar saat ada perdebatan di belakang dirinya.

Karena Rania sibuk memikirkan cara menghindari Ages di sekolah. Seusai rapat dua hari lalu, Rania menjauhi segala yang berhubungan dengan Ages. Ia sampai rela pindah duduk ke sisi kanan demi kenyamanannya.

Menjauh demi kebaikan,

_____

Namun menjauhi Ages tidak semudah mulut berbicara. Faktanya Ages ada di pandangan Rania sekarang, bersamaan dengan Karel menghampirinya dari lain arah. Rania agak kaget melihat Karel tidak bersama temannya yang lain nongkrong di lapangan. Memilih ke lantai dua menghampirinya tanpa siapapun menemaninya.

"Ngapain ke sini?" tanya Rania melirik kakaknya bingung. Sepertinya Karel sedang ada masalah bersama teman lainnya.

"Gak diapain lo sama fans Ages?" Karel ikut menyandar pada pembatas dinding, memperhatikan wajah Rania seksama.

Sesuai harapan pelajaran matematika tidak berlangsung di kelasnya. Rania memilih keluar kelas menikmati hamparan awan dan langit biru. Daripada Paula dan Amanda cekcok di kelas dengan Gara merebutkan masalah game paling bagus.

"Maksud?"

"Di bully,"

"Hm ... di bully lewat sosmed," jawabnya jujur, Karel kaget.

"Bangsat," gumamnya didengar Rania jelas.

Rania memegang bahu Karel, "santai, mereka gak macem-macem."

Rania meregangkan otot tangannya merilekskan tubuh serta pikiran yang kacau balau akhir-akhir ini. "lo jangan berantem sama temen lo karena gue. Jangan rusak persahabatan lo karena gue."

"Lo tau?"

"Tau. Lo kepikiran gue di bully secara fisik?"

Karel mengangguk. "iya,"

"Gue gak lemah, udahlah lo santai aja. Ngapain sih gara-gara gue jadi berantem sama temen."

Sudut bibir Karel terangkat ke atas, menepuk pelan kepala adiknya yang pengertian. "iya gue minta maaf,"

"Sama temen lo bukan gue!"

"Iya sekarang!" Karel melihat ke bawah dimana temannya sedang di lapangan duduk-duduk.

Memang sempat merasa bersalah tapi egonya mengalahkan. Karel membesarkan masalah tanpa melihat sisi lain dari kebenarannya. Ia akan bertanya baik-baik alasan Ages menarik adiknya dalam lubang permasalahan.

"Sana!" usir Rania.

"Untuk sekarang jauhin Ages."

"Gue juga gak ada niatan deketin temen lo itu," tolak cewek itu menghilangkan tangan di dadanya. "manusia es kayak dia bukan tipe gue."

Barulah Karel pergi meninggalkan adiknya untuk berbaikan bersama temannya. Dari atas Rania memantau Karel bergabung kembali dengan Galang, Vito, dan Juna. Duduk berdampingan saling melempar senyum bahagia, tapi Karel terlihat membatasi jarak dari Ages.

Rania yakin ini karena Ages mendekatinya, Karel memiliki tempanen yang buruk. Membenci orang yang menyakiti keluarganya secara langsung, bahkan dendam. Tapi Rania berharap Karel bisa memaafkan Ages, harusnya Ages sadar itu. Bukan malah memperumit semuanya lagi, Rania berharap masalahnya semakin mereda jika mengindari Ages adalah kuncinya.

_____

TBC.

Mood nulis turun, jadi part ini pendek banget.

Butuh dukungan kalian lewat vote dan komen.

Spam komen👉

RANIA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang