03 - Tangan Seni

782 95 13
                                    

Spam komen 👉

Vote di pojok kiri bawah!

Selamat hari Kamis untuk kamu yang senyumnya manis🥰

Yuk semangati author hari ini dengan komen kalian💖

Lopyu beb

_____

"AGES tumben baru datang, ada apa gerangan?" celetuk Galang mempelopori bertanya lebih dulu.

Saking pintarnya otak Ages, ia menjadi siswa teladan di kelas XII IPA 1 yaitu kelas unggulan. Di urutan kedua ada Juna dengan otaknya yang encer meski kadang terkontaminasi oleh si Galang. Tak salah jika mereka heran Ages datang terlambat lima menit masuk kelas.

"Telat bangun," alasan simpel itu meluncur dari mulutnya. Faktanya ia begadang sampai malam bermain game untuk menghibur dirinya usai belajar kemarin.

"Sudah adinda dugong,"

Vito menggeplak otak Galang, canda maksudnya kepalanya. "adinda dari ladang pasir."

Ages menaruh tasnya di samping Vito lalu duduk di bangkunya. Ia sengaja memilih duduk bersama Vito ke banding yang lain. Lebih waras Vito menurutnya. Karel duduk dengan Juna dan Galang dengan Denis.

"Dari khayangan,"

"Ngawur lo kurang waras atau terlalu waras?" tanya Karel menanyakan kewarasan Galang.

"Sangat waras,"

Tidak ada lagi yang menanggapinya, malas berdebat dengan manusia otak terlalu waras di bumi.

"Ges kemarin lo gak ngalamin kejadian aneh kan?" Karel bertanya demikian demi memastikan ingatkah Ages di sumpah serapahi oleh adik sepupunya. Takutnya Rania bisa jadi buronan Ages karena sudah berani dengan cowok kutub itu.

"Maksud?" tanyanya pendek. Ialah kan manusia kutub irit bicara biar kata-kata nya gak kebuang sia-sia.

"Cewek?"

"Maksud lo Ages berubah jadi cewek gitu?" Galang mending gak usah lahir deh kayaknya. Karel menajamkan tatapannya pada Galang yang cengengesan.

"Ges lo... "

"Cewek yang kena cipratan air kotor jalanan?" tumben kalimatnya sepanjang rel kereta api.

Ages mengingatnya jelas ia di sumpah serapahi saat itu. Ia malas untuk sekedar turun dan meminta maaf. Dalam hatinya cewek itu hanya mencari perhatian darinya. Akibat keseringan cewek gatel yang mendekatinya demi perhatian.

"Maafin adik gue ya Ges, dia emang suka ngegas. Jangan ambil hati."

"Oh jadi yang lo maksud si Rania!?" Galang heboh sendiri mendengar Karel menyebut adik sepupunya.

Untung kelas unggulan ini muridnya pada gila belajar kan. Aneh saja jika Galang otaknya standar bahkan di bawah rata-rata ada di kelas ini.

"Siapa Rel? bukanya lo anak tunggal?" Vito yang tidak tahu menahu kebingungan.

Yang tahu hanya Juna dan Galang saja karena mereka sering bertemu di rumah Karel.

RANIA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang