KEHENINGAN menyelimuti kelas XII IPA unggulan di pagi hari tepat jarum jam pendek terus bergeser ke arah angka 9. Tidak mengherankan kelas ini selalu hening saat belajar, namanya juga kelas unggulan isinya anak-anak pintar dan perfeksionis dalam belajar. Kali ini beda lagi, keheningan terjadi sebab ulangan harian matematika sedang di adakan sangat ketat mengalahkan ketatnya celana abu-abu milik Juna. Gesekan pulpen, tangan, atau kertas beradu dengan meja kayu yang kokoh.
Peraturan dalam ulangan hariannya tetap sama, tidak boleh menyontek, membawa catatan kecil, dan paling bikin ketat tidak boleh tolah toleh, menggerakkan badan pun di larang keras. Siswa siswi selayaknya robot berdiri tegap lurus menghadap kertas ulangan.
Bagi Galang, semua aturan itu tidak berlaku untuknya. Kepalanya akan panjang ke sana kemari mencari secercah cahaya harapan memperbaiki nilai ulangan matematika tanpa belajar. Tempat duduknya di urutan berdasarkan absen, Galang duduk dengan Maira si cewek judes nan cuek seantero kelas.
Galang melirik isi kertas ulangan Maira diam-diam, sang korban tidak menyadarinya.
"Penyelesaian soalnya panjang amat dah, gimana gue nyonteknya," gumam Galang di sadari Maira.
Maira menjauhkan kertasnya tiada suara berisik, takut gurunya mengetahui keributan mereka. "bikin sendiri! Enak banget nyontek punya orang, sedangkan gue belajar sampai malem dan lo enak-enakan nyontek!" sinisnya bersuara kecil tapi kedengaran sangat kesal dengan tindakan Galang barusan.
Memasukan Galang ke kelas ini tidak ada gunanya.
"Bagi dikit kek," rengek Galang merayu Maira mencolek lengannya.
Tentu Maira menghindarinya. Memelototi cowok bandel di sampingnya.
"Gue aduin ke guru!" ancamnya menyelamatkan kertas berisi jawaban matematika yang sudah rapi di tulis tangan. Duduk menjauhi Galang yang punya potensi merebut jawaban.
"Tega lo aduin gue ke guru?"
"Berhenti nyontek baru gue berhenti ancam lo," ujar Maira menawarkan tawaran keringanan.
"Bodo amat gue nyontekin si Aldi aja lah," Aldi berada di depan Galang duduk tenang menulis jawaban.
Tak lama Maira bangkit dari kursinya, "Bu, Galang mau nyontekin Aldi!" ungkapnya lantang di dengan seisi kelas.
Wajah Galang berubah pucat di tatap tajam guru matematika killer. Maira tidak main-main dengan ancamannya. Galang melirik semua sahabatnya meminta tolong, sialnya tidak ada yang peduli dengannya. Mereka asik menjawab memalingkan wajah dari Galang. Sungguh tega punya sahabat tidak bermanusiawi!
"Galang Mahardika, apa benar kamu menyontek? Jawab saya dengan jujur!" tanya bu guru.
Galang gugup, "iya Bu,"
"Jika benar kamu menyontek, silahkan keluar dari kelas saya kerjakan soalnya di luar kelas." suruh bu guru tegas dan berwibawa.
Kertas dan pulpen di atas meja Galang ambil dengan lesu, menyesal memiliki sahabat super tidak peduli. Galang keluar kelas menyeret kedua kakinya berjalan cepat, melewati Juna kemudian menginjak sepatu cowok itu. Juna meringis kesakitan, menyorot tajam Galang.
Salah gue apa!? Batinnya di dalam hati tetap menyorot Galang yang ikut menatapnya penuh makna.
Galang sepertinya paham akan makna tatapan dari Juna lalu membatin, lo sahabat terjahat yang gue kenal! Setelah itu berbalik ala-ala film India terlihat lebay.
"Tunggu!" Bu guru mencegat Galang, "hape kamu taruh di depan meja guru," titahnya.
"Hape saya di kolong meja Bu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA [Terbit]
Teen Fiction[Sudah terbit dalam bentuk e-book, tersedia di Playstore dan Playbook. Silahkan klik link pembelian e-book pada tautan yang sudah tersedia.] __________ "Gini ya rasanya punya pacar yang suka cosplay jadi kulkas berjalan." "Ish kak Ages udah satu jam...