34. Giving Bara a Silent Treatment

915 129 10
                                    

Here I am, di studio yang nggak terlalu besar ataupun kecil tapi super duper nyaman yang ditempatin sama Joina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Here I am, di studio yang nggak terlalu besar ataupun kecil tapi super duper nyaman yang ditempatin sama Joina.

Iya, Joina itu anak perantauan. Dan dia lebih milih buat sewa studio ketimbang kosan atau kontrakan.

Setelah ribut sama Bara tadi sore, gue mutusin buat pergi ke tempat Joina. Mau nginep sekalian curhat dan lepas penat.
 
 

"Silent treatment tuh salah satu bentuk emotional abuse tahu, Dit," kata Joina begitu gue selesai cerita soal penyebab dari pertengkaran gue sama Bara.  "Gue pernah baca pokoknya. Tapi lupa dah baca dimana. Kalau nggak salah ada bukunya juga," sambung Joina lagi.

"Tapi terkadang itu salah satu bentuk coping mechanism buat orang-orang yang ngerasa nggak didenger, Joi."

"Ya gimana mau didenger, orang lo nggak bilang? Dan malah diem-diem aja."

"Siapa bilang gue diem aja, Joi? Gue ngomong kok. Dulu emang gue sering tiba-tiba diemin Bara, mau itu emang ada yang salah atau guenya lagi PMS. Tapi semenjak Bara bilang kalau gue sama dia harus selalu terbuka dan ngomong, ya gue selalu omongin apa yang gue nggak suka dan suka. Pun sama Bara. Tadi juga gue bilang. Bilang semuanya. Bilang kalau gue nggak izinin, bilang soal alesannya kenapa. Tapi apa? Malah dibilang egois. Gue diem sekarang ini ya supaya nggak nimbulin perdebatan yang makin panjang. Silent Treatment tuh masih jadi bentuk komunikasi kok, Joi. Kadang ada beberapa hal yang emang harus kita diemin dulu, daripada terus disahutin dan jadi adu argumen yang nggak berujung. Apalagi sekarang gue sama dia lagi sama-sama ngerasa paling bener sendiri."
 
  

Jujur, gue juga nggak mau berantem. Gue nggak mau diemin Bara. Ya tapi gimana, gue masih kesel banget kalau inget Bara yang ngotot mau kasih tebengan ke Sita, bahkan sampai ngatain gue egois.
 
 

"Tapi tadi lo lihat sendiri kan kalau kata Gupi, Bara nggak jadi balik? Terus juga Bang Putra ngasih tahu kalau Bara dateng ke rumah. Gue yakin, cowok lo pasti mau omongin soal penyebab pertengkaran lo berdua. Lo sendiri kan yang bilang kalau Bara nggak betah marahan sama lo lama-lama?"
 
 

Gue anggukin kepala gue.
 
 

"Tapi gue pengen kasih pelajaran, Joi. Nggak langsung minta maaf gitu aja."

"Ya orang kalau salah kan emang harus minta maaf, Dit. Gimana deh lo?"

"Kalau tiap dia salah selalu minta maaf dan dapetin maaf gue dengan gampang. Bakalan gampang juga dia ngulangin kesalahan yang sama, Joi."

"Perkara lo gampang maafin apa enggak, dia gampang ngulangin apa engga. Itu perkara lain, Dit. Yang penting tuh dia minta maaf ketika dia tahu kalau dia salah. Aturannya udah begitu."

"Lo kenapa belain Bara banget deh? Naksir lo ya sama Bara?" tanya gue bikin gue langsung dapet lemparan kertas tisu dari Joina.

"Sembarangan!" kata Joina yang langsung bangun dari duduknya di depan meja rias. "Kalau gue naksir Bara, gue justru malah bikin lo sama dia makin berantem! Lagian cakepan juga Baim daripada Bara!" sambung Joina sambil meletin lidahnya ke arah gue.
 
 

bara; bright vachirawit ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang