Pernah nggak sih kalian tuh ngerasa pengen diem aja?
Kayak yang.... pengen diemin orang tapi itu orang nggak ada salah apapun?
Nggak cuma satu, tapi banyak.
Bukan diemin sih, intinya pengen diem aja. Nggak mau ngomong. Jangankan ngomong, senyum pun males.
Mendadak badmood dan jadi pengen diem yang kalau dipancing buat ngomong tuh bisa aja malah jadi marah.
Pernah?
Kalau iya, well, kali ini gue lagi ngalamin itu.
Gara-gara perut yang bertingkah pagi ini, gue jadi badmood seharian. Bawaannya pengen diem mulu.
Dan Bara, yang kayaknya kebingungan karena tingkah gue jadi mendadak ngajakin makan siang di luar kampus. Padahal biasanya kita makan di kantin fakultas.
"Kamu kenapa deh?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bara tuh ya, kalau dia sadar gue lagi dalam keadaan mood yang kurang baik, pasti ngobrolnya pake aku kamu.
Gemes banget.
Rasanya gue mau narik pipinya saling gemesnya. Tapi pasti nanti bakal ditarik balik pipi gue sama dia kenceng banget. Makanya gue lebih milih cuma gelengin kepala. Lagian gue juga lagi males ngomong.
"Terus kenapa diem aja?" Bara nanya lagi.
Gue hela napas panjang.
Terus gelengin kepala lagi. Kali ini gue senderin tangan kiri gue di jendela mobil yang Bara bawa, buat nopang kepala gue.
"Kalau ditanya jawab dong, Dit."
"Nggak apa-apa, Bar."
"Kalau nggak apa-apa kok jawabnya ketus?"
Gue noleh ke Bara dengan alis bertaut. "Mana ketus????"
"Tuh tuh lihat muka kamu ke aku ketus banget!"
Gue berdecak.
Lagi males diajak bercanda.
Bara sadar akan hal itu.
"Dit?"
"Hn?"
"Ada gosip baru apa di twitter? Biasanya tiap saat ada aja yang kamu gibahin," kata Bara sambil ngerem mobilnya, lampu merah soalnya.
"Bar, aku lagi badmood, jangan disuruh ngegibah dong!" kata gue sambil ngelihat ke arah luar.
Jalanan kali ini nggak begitu ramai, nggak kayak biasanya yang bakal diisi sama banyak kendaraan yang lampu baru kuning aja udah berlomba-lomba buat pencet klakson. Bikin pusing.
"Tadi katanya nggak apa-apa???"
Gue nggak jawab sahutan Bara.
Gue takut nyeletuk yang enggak-enggak. Jadi gue diemin aja dulu.
"Coba sini cerita. Masalah tuh enaknya dibagi-bagi tahu biar bebannya berkurang. Kalau dipendem sendirian nggak enak," kata Bara lagi.
Gue hela napas.
Bener apa kata Bara.
Gue orangnya mudah dipengaruhi, apalagi sama Bara. Makanya denger omongan dia tadi, gue perlahan noleh ke Bara yang ternyata lagi lihatin gue.
"Tapi kamu janji kalau aku cerita nggak bakal diketawain?"
Baru anggukin kepalanya cepet.
"Kamu cerita lucu aja aku nggak pernah ketawa, apalagi kamu cerita serius??"
"Bara!!!"
"Becanda sayang,"
"Males deh cerita sama kamu, belum apa-apa udah dibecandain gitu. Udahlah nggak jadi aku cerita."
Bara mulai injek pedal gas karena lampu lalu lintas udah berubah jadi warna hijau lagi.
"Dit tadi denger nggak di kelas Gupi bilang kalau orang yang kalau mau cerita nggak jadi, hidupnya susah 7 turunan???"
Gupi Kanawut
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Temen sekelas gua sama Bara.
"Terus kamu pikir aku percaya?" tanya gue sambil mandang sebel ke Bara.
Bara tetep fokus lihat ke depan tapi bibirnya keangkat, dia senyum.
"Ya udah kalau kamu emang nggak mau cerita. Tapi jangan dipendem mulu keselnya. Nggak bagus tahu, Dit, nanti jadi penyakit hati."
Bener sih apa kata Bara, cuma ya lagi-lagi gue nggak respon.
"Oh iya, Dit, tadi masa si Gupi nanya ke aku mau makan sama siapa soalnya dia mau ikut. Terus aku bilang aja mau makan sama kamu. Dia langsung bilang nggak jadi ikut. Kayaknya dia udah tahu soal kita."
Gue nggak tahu Bara bermaksud ngalihin fokus gue dari hal yang bikin gue badmood sedari tadi apa gimana, yang pasti dia berhasil bikin gue agak kaget.
"Terus gimana?"
Iya gue nanya begitu. Soalnya kan Bara maunya gue sama dia backstreet dari orang-orang. Dan perkataan Bara barusan tuh kayak seolah mengimplikasikan kalau Gupi tahu soal Bara sama gue.
"Ya nggak apa-apa," kata Bara santai.
Kedua alis gue bertaut.
Bingung sama maunya Bara.
"Aku emang pengennya hubungan kita tuh nggak usah digembor-gemborin, tapi kalau emang ada yang tahu ya.... ya udah. Malah bagus kan?" tanya Bara yang sesekali noleh ke gue.
Gue diem.
Nggak bisa bilang iya ataupun engga.
Gue emang pengen banget semua orang tahu kalau gue sama Bara tuh udah ada dalam satu ikatan hubungan yang lebih dari teman. Terutama orang-orang di kelas kita berdua.
Cuma.... ya agak aneh juga.
Setelah hampir 3 bulan gue sama dia backstreet dan tiba-tiba Bara cerita kalau Gupi seakan udah tahu... kayak yang... aneh aja berasa gua punya skandal sama Bara terus terciduk sama paparazzi, padahal cuma pacaran doang.
