Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bar, ayo putus
adalah kalimat ajakan yang gue kirim ke Bara 20 menit sebelum jam sebelas. Nggak langsung dapet balesan dari Bara. Yang gue dapetin setengah jam kemudian malah dia yang dateng ke studio Joina malem-malem.
Selain selalu izin ketika pergi ke orang tua dan Bang Putra, gue juga selalu izin dan kasih tahu Bara. Nggak heran kalau Bara bisa tahu kalau sekarang gue ada di tempat Joina.
Cuma ya... gue kaget. Kaget dengan kedatangan Bara yang tiba-tiba.
Semuanya di luar prediksi gue.
"Bar? Ngomong dong. Jangan diem aja."
Dan ya, sekarang di sinilah gue sama Bara. Tanpa jawab pertanyaan gue soal kenapa dia tiba-tiba dateng, Bara minta gue buat ambil jaket dan langsung ikut dia. Di mana setelah setengah jam di jalan tanpa tahu arah dan tujuan mau kemana, Bara pinggirin motornya di salah satu angkringan yang letaknya lumayan jauh dari studio Joina.
Bara sengaja pilih posisi tempat duduk yang agak sepi dan jauh. Mungkin supaya bisa leluasa ngobrol sama gue tanpa harus didenger orang. Atau kalau misalnya sampai ada keributan di antara gue sama Bara nanti, kita nggak begitu ngundang atensi orang lain.
Pengendalian emosi Bara emang bagus. Cuma ya siapa tahu aja kan Bara khilaf dan jadi marah-marah ke gue.
"Bentar, Ta. Gua lagi coba atur emosi," ucap Bara yang sukses bikin gue langsung diem.
Nggak tahu mau bales gimana. Dalem hati, gue maki-maki diri sendiri.
Bara itu jarang marah. Sekalinya marah biasanya karena cemburu. Dan kali ini dia marah lagi, tapi bukan karena alasan yang sama.
Marahnya kali ini lebih serem. Gue bisa lihat dari rahangnya yang agak mengeras. Gue... nggak pernah lihat Bara semarah ini.
Gue lirik jam yang ada di tangan kiri gue.
23.40
Aduh.
Udah makin malem. Mana dingin. Jaket yang gue pake tadi nggak cukup buat halangin dingin yang masuk dan nusuk ke badan gue.
Refleks, tangan gue ngelipet tangan di dada. Telapak tangan kiri dan kanan gue jadiin penghalang dingin di lengan.
Entah karena gue seengak bisa diem itu apa gimana, Bara yang ngeh langsung noleh ke gue dengan pandangan tajem. Terus ngelirik ke arah lengan gue. Nggak pake lama dia buka jaket black jeansnya dan dipakein ke gue.
