"Tadi ngobrol apa aja sama Gupi?"
Gue yang lagi coba pake helm yang Bara kasih angkat kepala gue dan noleh ke Bara.
Jadi... tadi dia lihat?
"Nggak banyak," jawab gue sekenanya.
Ya, emang nggak banyak kan?
Cuma sekedar soal dia tahu dari kapan gue sama Bara deket sama soal kenapa Bara ngajakin backstreet.
"Nggak banyak itu apa?" tanya Bara lagi. Kali ini dia keluarin jaket jeansnya dari dalem tas terus dipakein ke gue.
Padahal gue pake outter, tapi kata Bara itu nggak cukup buat nahan angin selama perjalanan nanti.
"Soal dia yang udah tahu tentang kita," kata gue lagi, "bahkan dari sebelum kita jadian."
Gue merhatiin ekspresi Bara. Nggak ada raut wajah kaget. Dia cuma angguk-anggukin kepala. Pertanda kalau berarti Bara juga udah tahu soal itu makanya dia biasa aja, nggak kaget kayak gue.
Bara nggak nyahutin lagi jawaban gue. Pun gue nggak lanjut ngomong. Pengen sih gue bahas perkataan terakhir Gupi... tapi kayaknya momennya kurang pas.
Bara pasti capek nggak sih abis main futsal begini? Mana masih harus bawa motor. Kalau gue bahas sekarang takutnya dia malah jadi keinget lukanya itu terus moodnya jelek.
Nggak. Nggak. Nggak.
Emang mendingan gue nggak bahas itu sekarang. Lagian Bara juga belum cerita ke gue, bukannya itu berarti dia juga merasa kalau belum saatnya gue tahu?
"Dit?" panggil Bara bikin lamunan gue buyar.
"Hm?"
"Mau berdiri di situ sampe kapan? Ayo buru naik."
"Eh iya!"
♡♡♡
Gue... gigit bibir bagian bawah ketika ngelihat tiket nonton yang udah gue pesen dari minggu lalu.
Gue sama Bara emang udah janjian nonton setelah musim uts. Nggak kayak yang lainnya, gue sama Bara tuh nonton jarang banget, bisa cuma sebulan sekali.
Dan gue yang tadinya semangat buat nonton malah mendadak gelisah. Bukan apa-apa... ini masalahnya film yang gue sama Bara mau tonton itu ternyata temanya...
"Kenapa, Dit? Tiketnya udah dituker kan?" tanya Bara dengan kedua tangan megang satu bungkus popcorn dan satu tumblr minuman ukuran large.
"U..udah sih."
"Sih?"
Bara sekarang mempersalahkan kata 'sih' yang gue tambahin di belakang jawaban gue. Peka amat sih jadi orang.
"Mau ganti film nggak Bar?" tawar gue pada akhirnya.
Bara ngerutin keningnya. Terus deketin badannya dan berdiri tepat di samping gue, "emang kenapa sama film yang mau kita tonton sekarang?" katanya sambil ngelirik hape gue.
Gue gigit bibir lagi.
"Elo nggak suka genre ini kan? Kita ganti nonton film yang genrenya lo suka aja, gimana?" tawar gue lagi.
Kening Bara makin mengerut.
"Coba pegang dulu, Dit," katanya sambil ngasih popcornya ke gue. Terus dia ambil hape gue buat baca sinopsis yang terpampang nyata di layar hape gue.
Bara baca dengan serius. Sesekali dia manggut-manggut.
"Nggak apa-apa kita nonton ini aja. Ayo, kita masuk. Pintu studionya udah dibuka kan?" katanya sambil balikin hape gue dan ambil alih popcornnya lagi.
Ah, Gupi sih! Gara-gara dia ngasih tahu soal Bara tadi, gue jadi kepikiran. Dan ya, sinopsis dari romcom yang gue pengen nonton sekarang ini sebelas duabelas sama kejadian yang pernah nimpa Bara dulu. Soal dikhianatin.
Ya semoga aja Bara udah bener-bener lupa sama kejadian itu.
♡♡♡
Masih dalam episode gue kepikiran soal Bara, yang sekarang duduk di samping gue dan fokus ke layar di depan kita.
Film udah setengah jalan, sekarang lagi proses menuju klimaks. Sepanjang nonton, nggak kayak Bara yang fokus ke depan sampe popcorn dan minuman sama sekali nggak dia sentuh, gue malah terus ngelirik Bara.
Tiap kali ada adegan atau scene yang menurut gue bakal triggering Bara bikin gue otomatis lirik Bara. Yang dilirik malah beneran nggak ngelepas fokusnya sedetik pun dari sana.
Sesekali gue ambil tangan Bara buat dipegang, dia noleh ke arah gue, senyum, bales megang tangan gue, abis itu fokus lagi ke depan.
Gue sampe speechless, dia beneran sebetah itu nontonnya sementara gue ketar-ketir nggak jelas. Padahal dulu Bara sering banget hela napas tiap gue ajakin nonton romcom, sekarang????
Untungnya durasi film itu cuma sampe 100 menit.
Omongan Gupi beneran bikin gue nggak bisa enjoy nonton. Dan Bara kayaknya sadar itu, karena setelah keluar dari studio dia tiba-tiba ngusap kepala gue sambil nanya, "lo kenapa?"
yang gue bales pake gelengan kepala.
Bukannya nggak mau terbuka.
Tapi gue kan emang nggak kenapa-napa.
Gue justru kepikiran takut Bara yang kenapa-napa.
"Kalau ada apa-apa bilang ya, Dit?" ucap Bara lagi bikin gue lempar senyum ke arah dia sambil anggukin kepala.
"Oh iya, Dit?"
"Hm?"
"Boleh peluk?"
"Hah?"
Tiba-tiba banget?????
Ada apa nih??????
"Pengen tahu kaos gue bau apa engga, ini kaos dari pagi soalnya. Dan kalau langsung lo endus nanti keliatan banget. Makanya coba peluk dan lo cium baunya."
Gue bingung. Tapi gue nurut aja. Gue langsung buka tangan gue dan Bara langsung narik badan gue ke pelukannya. Dia peluk cukup erat.
Gue cium aroma yang keluar dari kaos warna item yang Bara pake. Nggak ada bau menyengat, cuma aroma khas dari parfum yang Bara pake yang masuk ke hidung gue.
"Ng-"
"Tadi filmnya sedih banget nggak sih, Dit?" tanya Bara yang tanpa sengaja motong perkataan gue yang mau bilang 'nggak bau kok!'
Gue angkat kepala gue, terus lihatin Bara.
"Mau cerita nggak?" tawar gue pada akhirnya.