"Kata gua sih temen lo aneh. Masa urusan pribadi dibawa-bawa ke tim?"
Barusan itu Baim, yang kebetulan lagi ikut nongkrong bareng gue, Joina, Gundala sama Gupi di salah satu tempat deket kantin gedung perpustakaan fisip.
Bukan gue. Justru Gupi yang angkat topik soal kejadian yang nimpa Bara ke kita-kita.
Ah, dan Bara lagi nggak ada. Hari ini dia nggak ke kampus karena sakit. Kata ibunya sih demam. Well, rencananya abis kelas siang nanti, gue bakal ke rumah Bara buat jengukin dia.
"Lo aja mikir begitu, apalagi Bara coba?" kata gue ikutan komentar.
"Gua aja kaga habis pikir. Lo tahu, Dit? Bang Ahmad hampir mukul gua pas gua coba tengahin dia sama Bara."
Oke, untuk yang satu itu Bara nggak cerita. Mungkin dia nggak terlalu merhatiin temennya yang lain karena dia sendiri waktu itu lagi dalam posisi tersudut.
"Gua protes. Nggak terima sama sikap anak-anak yang malah setuju-setuju aja buat naro Bara di bangku cadangan hanya karena Bang Ahmad nggak mau satu lapangan sama dia."
"Tolol emang itu tim. Untungnya gua kaga mau masuk pas ditawarin dulu." Kali ini Gundala yang kasih komentar.
Gundala sebenarnya juga sering main sama orang-orang di tim futsal fisip itu, tapi cuma buat sekedar main biasa. Bukan pas mau latihan atau tanding. Gundala nggak mau capek soalnya, dia maunya main ya sesuka hati dia. Pas dia lagi mau. Beda sama Bara dan Gupi yang lebih komit buat masuk ke tim.
"Terus, abis digituin, Bara sendiri gimana reaksinya?" tanya Baim ke gue.
"Ya kesel lah, Im. Gila aja dia nggak salah tapi malah harus yang nerima konsekuensinya. Makanya, Bara mutusin buat cabut."
Joina melotot. Gundala juga. Cuma Gupi sama Baim yang enggak. Kalau Gupi mungkin udah tahu karena dia ada di TKP, 'kan? Sedangkan Baim ya.... udah beberapa kali Bara ikut main sama tim futsalnya Baim di Fakultas Teknik. Jadi kayaknya Baim udah tahu bau-bau kalau Bara bakal keluar.
"Gua juga rencananya mau cabut," kata Gupi nambahin. "Udah kelihatan gimana cara mereka nyelesein masalah. Bisa aja ke depannya ada masalah kayak gini lagi, terus perlakuannya sama. Ogah gua setim sama sekumpulan orang yang nggak fair kayak begitu."
Hm... Bara tahu nggak ya kalau temennya satu ini mau ikutin jejaknya juga? Kemungkinan sih nggak tahu, kalaupun tahu, dia pasti udah cerita ke gue.
Tapi ya sikap Gupi udah ketebak, sih, sama gue. Nggak mungkin Gupi diem aja ketika temen deketnya digituin.
"Emang si Ahmad itu kenapa bisa marah banget sama si Bara dah, Dit?" tanya Baim penasaran.
Gue noleh ke Joina. Terus lihat ke Gupi sama Gundala yang langsung ngelihatin gue. Penasaran mereka ternyata.