Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gila ya, Bar, Amerika buat periode 2021-2024 beneran Demokrat total," kata gue ke Bara sambil terus scrolling bacaan salah satu di akun media sosial yang gue punya, yaitu twitter.
"Presiden Demokrat, House Demokrat, Senate Demokrat. Jadi baik Congress maupun Presiden semuanya Demokrat!" kata gue lagi yang sekarang langsung nurunin hape dan lihat ke Bara yang lagi sibuk sama laptop di depannya.
Bara lagi periksa makalah gue buat dikumpulin besok. Sebenarnya sih gue udah pede sama makalah gue itu, tapi Bara tetep maksa buat ngecek. Abis itu gue juga disuruh ngecek punya dia. Katanya buat lihat ada kesalahan ketik atau tanda baca nggak. Dosen mata kuliah itu emang cukup jeli sih, dan beliau juga penganut sistem pengurangan nilai tugas karena kesalahan ketik kalimat atau tanda baca.
Dan karena nggak ada kerjaan mendesak lain, jadi gue iyain aja ajakan Bara. Lagian sekalian ngedate juga sih hahaha dengan dalih ngerjain tugas tentunya.
Abis ini Bara janji mau nemenin gue buat makan ramen soalnya. BM banget nih huhuhu.
"Ya itulah harga yang harus dibayar Republican karena mereka mendukung Trump dulunya," kata Bara sambil noleh ke gue.
"Lagian Republican aneh banget nggak sih, kok mereka bisa-bisanya narik Trump buat gabung sama mereka?" tanya gue heran.
Setahu gue Trump itu awalnya bukan politikus tapi pebisnis.
"Republican tuh sebenernya udah hancur dari lama, Ta. Terus muncul deh tuh kelompok alternatif The Tea Party. Sewaktu Trump muncul tahun 2015, elit-elit Republican itu lagi dalam posisi krisis kepemimpinan.
Mereka nggak suka sama Trump, tapi Trump berhasil meraih dukungan arus bawah kulit putih yang selama ini nggak pedulian.
Trump sama sekali nggak sama kayak elit-elit konservatif Republican. Dia manfaatin platform Republican untuk naik. Dan dalam prosesnya, dia ganti elit-elit itu buat jadi ideologi Trumpisme, yang deket dengan nasionalisme kulit putih.
Trump menjalin kekuatan dari dua kelompok dimana kedua kekuatan ini bener-bener vokal mengancam semua kelompok Republican. Mereka harus tunduk, kalau nggak tunduk, mereka bakal tersingkir.
Makanya mau nggak mau mereka tunduk. Tapi ya dalam hati mereka tetep nggak suka Trump.
Dan di saat Trump goyah sekarang ini, banyak yang rame-rame pindah haluan jadi nyerang Trump. Tapi banyak juga dari orang-orang itu yang lebih milih diam. Mereka emang nggak pengen kena Trump yang ingin ngelakuin makar, tapi mereka juga nggak pengen jadi sasaran kemarahan pendukung fanatik Trump.
Jadi mereka sekarang beneran hancur karena ulah mereka sendiri." Jelas Bara panjang lebar.
Gue cuma bisa diem dengerin Bara ngomong. Salah satu hal yang gue suka dari Bara, yaitu wawasannya yang luas. Bara tuh... gue ajak ngobrol apa aja nyambung. Bahkan soal gosip atau thread-threadspill di twitter, meski kadang dia cuma iya-iya aja, tapi begitu gue ajak ngobrol dan mintain pendapat, dia bakalan yang beneran utarain pendapat dia secara objektif.
