"Sayang?"
Gue, yang lagi beresin binder di atas meja, langsung noleh ke samping. Dongak dan dapetin Bara berdiri di samping tempat duduk gue.
"Kamu abis ini mau kemana? Mau aku anter dulu nggak sebelum aku berangkat sparing?" sambung Bara lagi sambil taro tangannya di pundak gue.
Gue lemparin ekspresi muka bete gue ke Bara.
"Ikut, sih."
"Nggak boleh," tegas Bara. "Bahaya. Ada si Arsyil."
"Ish!"
Ya gitu.
Semenjak kejadian si Arsyil, meski Bara udah omongin berdua sama oknumnya, tetep aja gue yang kena.
Entah Bara mau muji atau ngejek, dia bilang pesona gue pasti masih nempel di Arsyil. Dan buat menghindari kejadian yang tidak diinginkan, Bara sekarang ngelarang gue buat nemenin dia main futsal.
At least, sampai si Arsyil kelihatan bawa gandengan baru.
"Gue sama Joi aja deh. Mau ke kantin dulu."
"Ya udah, aku anter ya?"
"Ish ngapain??? Mau bonceng tiga, gitu?"
"Ya enggak. Joina suruh jalan aja sendiri."
"Yee! Enak aja lo, Bar!" Omel Joina yang duduk di samping gue.
Gue sama Bara ketawa. Bara bercanda. Cuma mau ngeledekin Joina aja. Biasanya kelas baru kelar Joina bakal langsung lari keluar karena dijemput Baim. Tapi karena udah putus, sekarang apa-apa sendiri lagi, kayak dulu.
Gue noleh ke Bara lagi.
"Lama nggak sparingnya?"
"Paling maghrib balik."
"Lama amat???"
"'Kan biasanya emang sampe jam segitu," jawab Bara sambil narik pipi gue. Katanya, dia suka gemes sama pipi gue yang gampang ditarik itu. Makanya narik pipi gue sekarang adalah salah satu hobi barunya.
"Tapi Lama banget ituuu." Keluh gue lagi.
"Ya udah nanti balik cepet deh."
"Jam 5?" ucap gue bikin raut wajah Bara berubah jadi datar.
"Sekarang aja jam 4, yang. Masa cuma sejam?"
"Emang nggak bisa sparing cuma sejam?"
"Enggak dong. Belum pemanasan. Main sama waktu istirahatnya. Terus mandi juga. Belum di jalan. 'Kan kamu tahu biasanya kayak gimana."
"Hiiiih, tapi, 'kan, biasanya aku ikut nemenin."
"Ya udah, ya udah nanti balik cepet." Kata Bara pada akhirnya.